Chapter 14 Logika

123 29 3
                                    

Nara sangat marah, dia gelisah. Beberapa waktu lagi dia bertemu Lazuardi. Pria itu bilang, sebaiknya rencana pertunangan mereka tidak dilanjut. Lazuardi tidak memiliki perasaan apapun padanya, dia cukup sopan meminta maaf kalau mungkin melakukan sesuatu yang salah.

Mana mungkin Nara menerimanya ucapan Lazuardi, pria itu merupakan tangkapan yang sangat besar baginya. Sebenarnya waktu itu, ketika ayah tirinya mengatakan pada ibunya kalau beliau berencana mempertemukan Lana dengan anak kelurga Ranjaya, Nara sangat marah, kenapa lagi-lagi Lana.

Selama ini, dia dan ibunya telah mengurus pria tua itu. Tapi, hanya Lana yang ada dipikirannya. Untunglah, ayahnya masih mempercayai ibunya untuk melakukan segala sesuatu. Dengan mudahnya, ibunya berkata Lana tidak datang ke lokasi dan Nara menggantikan sebagai permintaan maaf.

Nara sangat amat gembira saat mengetahui itu Lazuardi. Pria itu tampan dan sangat layak menjadi pasangannya, apalagi dia anak keluarga terpandang. Nara akan menang dari Lana, setelah selama ini hidup dalam bayang-bayang perempuan itu.

Jadi, bagaimana mungkin dia menerima kalau Lazuardi dengan segera membatalkan pertunangan mereka bahkan sebelum diresmikan. Nara menggengam ponselnya dengan kemarahan.

Saat dia berpura-pura rapuh dan menghubungi Gio untuk menceritakan ini. Gio mengatakan satu hal yang mengejutkan, kalau Lazuardi dekat dengan rekan kerjanya saat ini.

Perempuan yang bernama Lana.
Lana? Bukankah mereka saling tidak menyukai? Waktu pesta amal malam itu, Lazuardi sangat kesal pada Lana. Karena itu, Nara menyimpulkan kalau Lana telag mengetahui hubungan Lazuardi dengannya dan bermaksud merebut Lazuardi.

Lama si perempuan penyihir, dia begitu mudah membuat orang jatuh hati padanya. Nara kemudian mendatangi Lana, walaupun kemudian dia sedikit menyesal. Khawatir kalau kedatangannya malah membuat Lana semakin bersemangat mendekati Lazuardi.

Hanya saja, Nara cukup pintar. Dia merekam pembicaraannya dengan Lana saat itu. Lazuardi pasti tidak akan suka saat mengetahui Lana mendekatinya karena bermaksud balas dendam.

***

Diam dan bergeming, pandangan Lazuardi menatap pada Nara.

"Maaf, mungkin, aku kelewatan bertindak seperti ini. Kamu mungkin nggak menyukainya, Lazu. Aku hanya nggak mau kamu menjadi korban Lana yang selanjutnya," ujar Nara lirih.

Lazuardi tidak menjawab. Entah kenapa, dia jadi kurang menyukai perempuan yang bernama Nara ini. Dari yang biasanya, biasa saja.

"Kamu mengonfrontasi Lana dan merekam pembicaraan kalian? Kamu sudah merencanakan ini bukan, Nara?" Lazuardi berkata, menohoknya dengan telak. Wajah Nara seketika berubah warna.

Nara mengalihkan pandangannya. "Lana mendekati kamu karena dia ingin balas dendam padaku. Sejak awal dia tahu."

"Kenapa kamu mendatangi Lana? Karena aku mengatakan nggak ingin melanjutkan rencana pertunangan ini? Sejak awal orang yang ditunangkan denganmu bukanlah aku, Nara. Tapi, abangku." Lazuardi akhirnya bicara.

"Kamu dengar sendiri, kan? Lana bilang kalau dia kasihan padaku karena aku nggak dianggap. Menurutmu, kalau dia nggak tahu, apa dia bisa bicara seperti itu?" Nara nyaris berdiri menjelaskan pada Lazuardi. Dia bahkan bicara berbelit-belit.

Mereka lama berdiaman lagi. Namun, Lazuardi sedang membaca situasu. Karena itu dia enggan bicara.

"A-ku, sepertinya, aku jatuh cinta padamu, Lazu," kata Nara dengan sedikit bergetar.

"Kamu bilang, kamu mencintaiku, Nara? Kita baru beberapa kali bertemu," kilah Lazuardi.

"Apa kamu tahu, saat SMA dulu, Lana selalu merayu orang yang menyukaiku.
Bahkan pacarku!" Nara meninggikan nada suaranya. "Setelah kami putus, Lana mencampakan laki-laki itu. Lana selalu pintar seperti itu, bersikap seperti korban."

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang