overthiking

101 33 201
                                    

"Sialan, sialan!!!" dumel Areksa. Pemuda satu ini malam-malam sudah membuat kedua sahabatnya geleng-geleng kepala.

"Lo kenapa si, Sa? Duduk aja gabisa diem tuh mulut?" Mahesa melihatnya sudah geram dengan Areksa, ia masih ngoceh-ngoceh tidak jelas.

Gazza mendengarnya memutarkan bola matanya."Kaya lo gatau, dia tuh lagi latihan siapa tau.. Jadi penyanyi dangdut."

"Gila." sahut Areksa kepada Gazza. Lagian ada-ada saja ngoceh dikira latihan jadi penyanyi dangdut.

"Lo udah ketemu sama Tamara, Sa?" Areksa menggelengkan kepalanya. Seharian ini, ia boro-boro ketemu Tamara, apa lagi ngobrol sama gadis itu.

Mahesa sangat tau bagaimana perasaan pemuda itu, kacau. Apa lagi, chat tidak direspon satu detik saja sudah ngaum-ngaum seperti singa yang kelaparan.

"Lo udah chat?"

Ia menganggukkan kepalanya."Iya, Gue udah spam sampe tangan Gue pegel, Mahes. Gue udah telepon tapi kaga di angkat-angkat."

"Mungkin.. Dia bosen sama lo, Sa. Lo kan cowo posesif, ga sabaran. Mungkin cari yang lebih baik," ujar Gazza dengan polosnya.

Sorotan mata tajamnya pun mengarah kearahnya, bahkan Gazza menjadi takut, apa lagi salah bicara, namun fakta. Apa lah yang boleh dibuat oleh Gazza?

"Ngomong sekali lagi Gue potong tuh mulut lo." ancam Areksa tak main-main membuat Gazza menelan saliva dengan jantung yang berdebar kencang mendengar ucapan Areksa.

"Kalo pun emang bener, Gue juga akan usahan jadi lebih baik, Gue gamau kalah saing dari siapa pun. Kalo Gue bukan jodohnya, Gue akan maksa dia jadi jodoh Gue seumur hidup!" sambungnya.

"Paksain kok kehendak tuhan,"

                                      ****

"Ada apa, nih rame-rame datangnya, Ran? Kok ga kabarin?" tanya wanita paruh baya yang merupakan umma dari kedua anak itu, yang bernama Hawa.

"Silaturrahmi,Wa. Oh, ya.. Ini suami Saya, Wa, ini anak pertama Saya, namanya Bima, dan sebelah anak terakhirku, Tamara." Rana menunjukkan semua anggota keluarga, kepada Hawa dan Sagara, keduanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Eh tan, Ocha-nya mana?" Tamara bertanya kepada Hawa, Hawa tersenyum dan menunjukkan bahwa Ocha tengah dikamar mandi. Gadis itu mampu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Oh ya, maaf jika saya lancang.. Apa.. Anak pertamamu sudah anda calonkan dengan orang lain atau dijodohkan?" Lian bertanya langsung dengan cepat, bahkan membuat Tamara melotot tak karuan perasaan.

Mendengar itu pun putrinya langsung sorotan matanya kemana-mana. Jantungnya berdebar kencang menunggu jawaban dari Hawa, bagaimana tidak? Bertanya pria itu benar-benar konyol baginya, bukan hanya konyol tapi membuat masa depannya terancam berat.

Bukannya menjawab dahulu, wanita paruh baya itu seketika kekeh mendengarnya."Saya sangat senang mendengarnya, pak. Sepertinya.. Jodoh emang ga kemana, ya?"

"Umma.." lirih Sagara yang terasa malu bahkan tidak enak hati kepada keluarga Lian, karena ucapan beliau.

Hawa melirik kearah anaknya itu."Saya belum mau menjodohkan anak saya dengan siapa pun, pak. Saya sering kali menasehatinya untuk menikah, sebelum saya tidak ada didunia ini, saya ingin melihatnya bahagia dengan pasangannya. Namun, selalu saja, dia hanya ingin saya sembuh, dan tidak mau membicarakan tentang pernikahan, meskipun bisa dibilang umurnya sudah cukup."

Menjelasan wanita tersebut membuat keluarga Lian terkesan, namun tidak dengan Tamara gadis itu sangat bosen bahkan tidak ada hal yang membuatnya senang.

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Where stories live. Discover now