rumah sakit yang sama

49 5 0
                                    

"Gue kecewa banget sama Tamara, gue pikir dia ga begitu mudah buat jatuh cinta sama orang, nyatanya? Gue terlalu percaya," ucap Naya. Naya kira, Naya adalah sahabat yang paling selalu ada bahwa selalu mengerti akan Tamara, namun salah.

"Gue juga berpikir begitu, apa lagi Bima ga pernah cerita apapun sama kita." ujar Galen.

Mahesa menghelakan nafasnya perlahan, kemudian hembuskan perlahan, "kecewa boleh, Gal, Nay.. Tapi, kita ga sepatutnya salahin mereka berdua. Mereka pasti ada alasan tertentu, dan belum bisa jelasin. Maybe.. Karena waktu belum tepat."

Mahesa adalah sosok yang bisa dibilang pengertian, dewasa dari sahabatnya yang lain. Paling mengerti apa yang mereka rasakan.

"Lo ga kecewa Hes? Sahabat lo itu udah kecewain lo!" tegas Gazza sedikit emosi. Ia menunjuk jarinya kearah Mahesa.

"Terus gue harus kecewa sama kaya lo pada? Emosi gitu? Terus gunanya sahabat apa kalo lo aja ga percaya sama sahabat lo? Lo ga pikir apa? Ini yang namanya sahabat, hm? Sahabat begini ha? Za, kita tuh sahabat. Seharusnya saling mengerti walapun keadaan yang sesulit ini sekarang! Bukannya begini.." pekik Mahesa. Mahesa menatap kearah sahabatnya sambil mengatakan hal itu.

Semuanya terdiam, namun otaknya masih tidak bisa diam apa lagi hati masing-masing masih mendumel tidak jelas.

Gue harap si, mereka mengerti. Apa lagi Tamara, dan Bima bisa belajar dari semua ini. Gue harap juga, setiap pilihan Tamara adalah sumber kebahagiaan bukan memaksaan. Batin Mahesa.

                                     ****

"Bang..." lirih Tamara. Gadis itu memasang wajah sedihnya.

Bima yang tadinya fokus nyetir, ia pun menoleh dan berdeham."Ra, gausah khawatir. Gausah didengerin omongan mereka."

"Tapi bang.. Mereka bilang bener, kalo waktu itu gue jujur dan ga bikin Areksa koma. Pasti, semuanya ga bakal terjadi." Ribuan ucapan yang sama, gadis itu menyalahkan dirinya sendiri tanpa henti.

Sagara yang duduk dibelakang yang tadinya memandang memandangan, setiap perjalan namun tatapan menjadi kearah Tamara yang tepat dibelakangnya."Tamara, sampai kapan kamu bersikeras salahin diri kamu?"

Gadis itu mendengar suara Sagara, ia pun menjawab, "Sampai semuanya baik-baik aja. Sampai Areksa kembali sembuh,"

"Kita doain aja, ya? Jangan terus-terusan begitu. Kita harus berdoa, semoga Areksa sembuh dan semuanya akan kembali normal meskipun semuanya harus kita lewatin bersama-sama." ucap Bima diangguki oleh Tamara dengan tersenyum.

Bima sedikit melirik kearah Sagara yang menundukkan kepalanya, ia kembali fokus menyetir."Sagara, semuanya masih bingung.. Dan, kalian berdua jelasin nanti diwaktu yang tepat."

"Gimana reaksi Areksa? Sakit bang.."

"Sakit yang mana Ra? Sesakit Areksa atau sesakit Sagara, hm? Jangan menyakiti keduanya, Ra."

Ya Allah, kuatkan hati hambamu ini.. Saya memang tidak bisa membuatnya jatuh hati kepada saya, ya Allah.. Ketuklah hatinya untuk bisa memilih seseorang yang membimbing kejalan yang lurus, batin Sagara.

                                      ****

"TOLONG!!!!"

Dari tadi tidak ada yang menolong Ocha, bocah itu teriak terus-terusan, ia tak mungkin bisa mengangkat tubuh wanita itu. Hawa sudah terbaring dilantai, wanita paruh baya itu terjatuh tadinya.

"Tolong..." pekik Ocha. Bocah itu menangis, sambil menggoyangkan tubuh wanita tersebut, namun hasilnya nihil. Wanita itu tidak sadarkan diri.

"Assalamualaikum.." Salam Rana. Rana melirik kedalam dan terdengar suara tangisan.

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin