dia hanya takut membawa luka

37 2 6
                                    

            Assalamualaikum, rakchoo😻

Apa kabar? Masi nyaman sama cerita ini?

Alhamdulillah, udah mo 1rb aja, doain ya.

                                        ...

“Perihal yang menyakitkan adalah pertemuan yang tak sengaja lalu keadaan memaksa untuk melepaskan.”

                                 -Tamara-

“Sembunyi dari masalah akan terjebak oleh masalah itu sendiri.”

                          -Galen Sadipta-

“Sejatinya laki-laki sejati tidak akan membentak perempuan dan berkata kasar kepada perempuan. Laki-laki yang seperti itu adalah laki-laki yang otaknya dilutut.”

                  -Sagara Adhiyaksa-

"De, sore ini lo mau kemana? Soalnya, rapih amat. Lagian, lo kan ga boleh kemana-mana sama bunda. Apa lagi papah kalo tau behhh.. Enak banget kalo lo rasain penuh tangisan." ucap Bima seolah-olah meledeknya.

Tamara memakai kerudung pasmina kaos berwarna abu-abu, dan pakaian gamis warna coklat tua. Wajahnya sangat cantik ketika tersenyum, apa lagi cocok memakai pakaian tersebut.

Gadis itu menoleh, dan alis kanannya terangkat. "Ada urusan sebentar, kok. Lo nasehatin gue atau ngeledek gue emangnya lo?" kesalnya.

Bima tersenyum miring melihat sang adek berdecak kesal. Ia menghampirinya yang berada di depan pintu untuk keluar. "Gue ga ngeledek lo kok, gue cuma jagain lo seperti apa yang bunda sama papah bilang sama gue. Gue juga ga mau lo kenapa-kenapa, karena lo ade gue satu-satunya. Kalo lo kenapa-kenapa, lo masih muda belum juga ketemu jodoh, repot nantinya." goda Bima tanpa ekspresi apapun.

Tamara menghelakan nafasnya kasar sampai terdengar oleh Bima. Ia benar-benar kesal pada pemuda disampingnya itu, sorotan matanya tajam ketika melirik kearahnya. "Gausah ngeledek gue kalo lo yang buat gue sengsara kek gini! Move on itu sulit bang, ya kali secepat duit mengalir. Ck, lo itu mempersulit apa ngasih gue solusi?"

"Ngasih solusi." jawab Bima enteng. Kedua alisnya pun terangkat hampir menyatu sembari tersenyum menggoda.

Mata gadis itu melotot tak percaya, begitu enteng sekali mengucapkan hal itu. Dan, apa ia bilang? Mengasih solusi yang membuatnya kesal? Itu yang namanya solusi?

Tamara memutarkan bola matanya malas. "Cowo gila." Setelah mengucapkan itu pun gadis tersebut langsung meninggalkan sang pemuda itu, karena pintunya sudah terbuka.

"Cowo gila. Siapa yang lo sebut cowo gila! Gila-gila gini banyak yang mau tau ga!?" teriak Bima ketika melihat punggung Tamara.

"Banyak yang mau si iya, tapi kapan pinangnya lo bang? Bilangnya banyak yang mau." teriak balik Tamara.

                                       🌿

"Gal, kita perlu bicara." Naya yang baru sampai di apartemennya Areksa, dan bertemu dengan mereka yang berada di depan apartemen pun mengajak Galen yang tengah ngobrol dengan Mahesa.

Galen menoleh dan tak lupa, tersenyum manis sebagai menyapa padanya. "Kenapa, hm? Kamu bicara apa kamu?" tanya Galen ketika melihat Naya berjalan mendekatinya.

"Kita harus bicara. Tapi ga kesini. Ayo," ajak Naya, tanpa gelisah wajahnya itu membuat Galen menatap wajahnya ketika gadis di depannya menarik tangannya untuk ke tempat lain.

Cemas amat, kenapa tuh? Pms kah? Galen membatin.

Ketiga pemuda itu menatap sepasang kekasih di depannya itu. Setelahnya, Gazza menundukkan kepalanya, merasa ada yang tidak beres dengan Naya. Mahesa menatap Areksa heran, seperti ada sangkut paut dengan pemuda di depannya, Areksa.

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang