janji laki-laki sejati

63 5 1
                                    

"Ra, gimana sekolahnya hari ini, hm? Happy?" Seperti biasannya, Lian selalu menanyakan seperti kepada kedua anaknya, ia tidak pilih kasih, meskipun anak pertamanya juga berbeda satu tahun dengan putri kesayangan-nya.

Gadis itu menoleh meskipun tadinya naik tangga untuk ke kamarnya, namun ia berhenti dan menoleh kearah sumber suaranya. Ia memutarkan tubuhnya menjadi menatap Lian—papahnya."Maybe so happy?"

Pria paruh baya itu duduk tak jauh dari tangga membuat ia, melihat larutan wajah putrinya lesu, ia pun tau mungkin ada masalah dengan kekasih pujaan hatinya."Cerita aja sama papah. Papah pasti dengerin, bunda lagi keluar sama tante Hawa. Kalo mau makan udah dimasakkin sama bunda."

Lian adalah seorang ayah yang selalu menjadi irian seorang perempuan, ia sangat suka mendengar putrinya bercerita tentang hal-hal random. Beliau, sangat menyayangi putrinya. Apapun ia bisa lakukan demi kebahagiaan putri kesayangan-nya.

"Yah.. Balikin handpone aku.. Aku butuh, yah.. Mau berapa lama lagi? Kalo ada hal penting.. Nanti aku gatau!" Memang Handpone gadis itu belum saja dikembalikan, membuat hari-hari Tamara menjadi hampa. Apa lagi, Lian yang menyuruhnya untuk menjauhi kekasihnya, meskipun ia tau, apa alasan utamanya.

"Assalamualaikum.." salam pemuda yang lolos masuk kedalam rumah, dan membuat Rana girang atas kehadirannya.

"Waalaikumusallam. Sini-sini, ayo masuk, dan duduk, silakan. Nanti, ya, saya buatkan minuman." Wanita itu membuat Tamara menatap heran, apa lagi, tak asing dengan pemuda yang tengah duduk disofa, menundukkan kepalanya.

Rana ia pun meletakkan bahan-bahan makanan kedapur. Wanita itu melihat putrinya yang lagi memikirkan sesuatu, dan suaminya ngobrol dengan pemuda itu sampai putrinya dicuekin.

"Tamara, ganti baju dulu. Nanti turun, ada Sagara. Dia mau bicara sama kamu, jadi.. Usahakan make pakaian yang sopan!"

Sontak terkejut dong, bagaimana tidak? Jadi, guru itu adalah Sagara yang lolos membuat Areska mengalah dan turun tangan. Jadi itu Sagara? Sagara yang cowo santri itu? Ga salah lagi, si.. Tapi kenapa Gue baru tau dia jadi guru, bahkan di sekolahan Gue!

                                      ****

"Apa.. Tamara lupa sama janjinya?" gumam pemuda itu, meskipun masih terdengar oleh sahabat-sahabat priknya.

Sore ini, pemuda yang bernama Areksa Mahendra berada dimarkas, ia tak pernah pulang, baginya, rumahnya adalah markasnya. Apa lagi, dari kecil, pemuda itu tidak pernah dianggap ada, oleh orangtuanya, bisa dibilang pilih kasih karena, Areksa bukan anak tunggal.

Sahabatnya tau betul, bagaimana latar belakang pemuda itu, sampai kekasihnya juga tau bahkan tidak tega meninggal seorang Areksa Mahendra.

"Ga mungkin. Dia punya alasan sendiri, ga mungkin lupa sama janji yang kalian buat. Selupa-lupanya Tamara, dia ga mungkin lupa sama janji yang kalian sendiri buat. Kan, kita saksinya." Perkataan Galen memang benar, hubungan Tamara dan pemuda itu emang sudah bertahun-tahun, tanpa ada kata putus. Sahabatnya pun menganggukkan kepalanya, seolah-olah setuju dengan perkataan Galen.

"Katanya aja tuh, sama abangnya." sambungnya. Galen menunjukkan tangan kanannya kearah Bima lebih tepatnya, sampai mereka pun menoleh kearahnya.

Pemuda itu memang diam, namun ia juga mendengarnya. Karena, semuanya sudah direncanakan oleh keluarganya, terutama Lain—papahnya sendiri yang memintanya.

Gazza menepuk bahunya, dan bertanya."Bim, lo kenapa akhir-akhir ini?"

Pemuda yang bernama Bima itu melirik sejenak, lalu menjawab,"urusan sama kalian emang apa? The point."

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα