hal menyakitkan bukan?

85 35 296
                                    

"Lo ngapain janji-janji segala sama bokap Gue? Kita cuma dijodohin belum menikah. Main janji-janji segala!" pekik gadis yang masih mendumel saja terus, dihalaman rumah Sagara.

Sagara memang dari tadi tidak merespon apapun, yang gadis itu bicarakan. Namun kali ini, laki-laki itu menjawab."Bukan sembarang janji yang saya ucapkan tadi."

"Halah! Kebanyakan yang Gue denger tuh janji doang," ketusnya.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Kekeh mendengar ucapan dari calon istrinya itu."Tapi langkahnya laki-laki sejati bukan seperti, malahan janji ada hal yang akan ditepati bukan di ingkari seperti cowo kamu."

"Janji juga adalah hutang."

"KAKAK CANTIK!!!" teriak bocah mungil itu sambil berlarian dan menuju kearah gadis yang berjilbab segitiga warna hitam. Sesampainya, Ocha memeluknya.

Gadis itu tersenyum kekeh melihat bocah itu."Hai. Apa kabar? Ocha lagi ngapain tadi emangnya?"

"Alhamdulillah, Ocha baik! Ocha lagi bantuin main boneka, kakak cantik, main yuk?" ajak Ocha melepaskan pelukkan dan menarik tangan mungil Tamara, tanpa menolak ia mengikuti bocah yang menariknya.

Sedangkan Sagara hanya menggelengkan kepalanya melihat calon istrinya sangat akrab dengan calon adek iparnya itu.

Saya harap.. Salah satu alasan nanti, Ocha akan jadi luluhkan hati mungil kamu.

                                      ****

Ting!

Papah
Assalamualaikum, nak, kamu nanti jemput Tamara lagi dirumahnya Sagara, tadi sini. Soalnya ini sudah sore, papah gamau dia malahan kluyuran dan ketemu sama Areksa.

Mendapatkan pesan dari papahnya, Bima langsung bangkit dari duduknya meskipun masih ngobrol dengan sahabatnya.

"Mau kemana lo, Bim?" Salah satu sahabatnya itu membuat para sahabatnya menoleh menatap Bima berdiri menatapnya.

Gazza menganggukkan kepalanya."Iya, lo mau kemana? Tumben akhir-akhir ini lo pulang cepet?"

Tanpa berfikir panjang, pemuda itu menjawab."Ada urusan."

"Urusan sepenting apa sampe ninggalin kita? Bahkan lo akhir-akhir ini lo berubah." pungkas Areksa memasang wajah kesalnya yang memerah.

"Gue ada urusan penting, Sa. Berubah apanya Gue? Ga ada perasaan," ujarnya. Pemuda itu tau betul apa yang dibicarakan tentang 'berubah' akhir-akhir ini Bima jarang nongkrong, pulangnya selalu cepat sendiri, sering ga punya waktu untuk sahabatnya.

Semua itu karena larangan dari papahnya, agar kedua anaknya bisa menjauhinya, meskipun pemuda itu sudah menganggap mereka adalah keluarganya. Namun, ini demi adek kesayangannya, tapi bagaimana nanti jika yang ia anggap sahabat, keluarga, itu malahan akan membencinya? Itu lah yang Bima rasakan.

Bima takut kehilangan sahabat-sahabatnya.

Bima takut adeknya tidak sesuai harapan kedua orang tuanya.

Bima takut dibenci oleh sahabatnya.

Bima takut dikeluarkan dari geng motor yang ia cintai.

"Urusan apa si, Bim? Lo jarang lho main bareng sama kita. Sekali aja untuk ini kita main, ngobrol." celetuk Mahesa.

"Waktu adalah emas, jangan sia-siain waktu untuk hal seperti ini. Waktu itu sangat berharga, kematian bisa datang kapan aja." papar Bima membuat para sahabatnya diam nembisu.

                                       ****

"Enak rotinya?" Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan semangat, roti bolu memang enak karena itu adalah salah satu makanan kesukaannya.

"Umma bikin seneng atau beli?" Tamara bertanya sambil mengamati roti yang berada ditangan mungilnya.

Hawa tersenyum mendengar pertanyaan dari calon mantunya. Ia menjawab dengan lemah lembutnya."Bukan. Sagara, Sagara yang buat."

Mendengar hal itu mata gadis itu melotot tak percaya, kok bisa gitu? Itu lah yang Tamara fikirkan.

"Ap—apa? Dia yang masakkin?" pekiknya sambil menunjukkan kearah Sagara yang tengah berjalan kedapur.

"Iya kakak, abang emang suka buat itu. Katanya.. Buat cemilan, enak kan?" Bocah yang bernama Ocha itu menjelaskan kepada gadis yang tengah duduk bersamanya, ia benar-benar tak percaya.

Kok bisa ya.. Cowo masak? Ga punya gengsi atau pun imagine? Gue aja mager kalo masak, pada dasarnya.. Gue ga bisa masak juga.

"Hahaha, iya. Enak," tawa hambarnya. Tamara benar-benar tak percaya memakan makanan yang dimasak oleh laki-laki yang ia tak sukai?

"Syukur lah, kalo enak, bawa aja sekalian buat kasih sama bunda kamu." balas Hawa. Wanita itu tersenyum tulus menatapnya.

"Gausah, tan. Nanti malahan jadi ngerepotin aja. Aku gamau itu." cicit Tamara. Laki-laki yang berada didapur sedikit terkesan, perempuan yang ia kagumi rendah hati.

"Kakak cantik.. Kalo bawa rotinya jangan banyak-banyak, soalnya abang Saga belum makan.. Katanya buat kakak cantik, tapi kasihan.." adu Ocha.

Sagara menepuk jidatnya, setelah mendengar hal itu. Adeknya betul-betul tidak bisa dikompromi, memang benar ia menyajikan roti itu untuk calon istrinya, untuk tau ia suka atau tidak.

Astagfirullah.. Ocha-ocha.. Hadeh-hadeh..

"Aku ga akan bawa, Cha. Ini buat abang kamu aja, takutnya nanti sakit. Nanti gabisa ajak main Ocha lagi, emang.. Ocha mau?" Bocah mungil tersebut menggelengkan kepalanya dengan wajah polosnya.

"Gamau! Ocha gamau babang Ocha sakit.." cicit Ocha.

Tamara tersenyum manis, ia sangat cantik sekali. Bahkan memakai jilbab tambah cantik."Umma.. Keknya.. Aku harus pulang, ini udah sore. Nanti papah marah."

"Mau saya anter?" Dari suara tersebut tau betul siapa, Tamara menggelengkan kepalanya pelan.

"Gausah, Gue bisa balik sendiri." tolaknya.

"Loh, bahaya nanti kalo kamu sendirian. Mending dianter sama Sagara, ya?" rayu Hawa.

"Biar ga nimbul fitnah nanti, Ocha juga ikut."

"ASIKK!!!!" pekik Ocha. Bocah mungil sangat semangat bahkan untuk hal itu, sepertinya ada rencana dibalik itu.

Namun selangkah mereka berjalan untuk mengantar kepintu, ada yang mengetok pintu membuat alangkah jalan mereka sedikit cepat dan langsung membuka pintu.

"Bang Bima?"

Ya, Bima datang tepat waktu menurut Tamara. Selamat, ia sungguh tidak suka jika berjalan lagi bersama laki-laki yang sangat ia tidak sukai sama sekali.

Melihat wanita paruh baya, Bima langsung menyalimkan panggung tangannya. Laki-laki bernama Bima itu tersenyum tulus.

"Kamu jemput adek kamu, hm?" Laki-laki tersebut menganggukkan kepalanya.

"Iya tante, papah tadi kirim pesan buat jemput Tamara, takutnya malahan ngrepotin. Saya bawa motor kok," jelas Bima dengan tulus.

"Ga repot kok, malahan saya sangat senang jika calon mantu saya datang kesini." ucap Hawa. Hawa sangat berharap, gadis itu akan menikah dengan putranya, ia sudah anggap Tamara sebagai menantunya.

Sebenarnya.. Saya juga ingin menanyakan sesuatu, namun, mungkin bukan waktu yang tepat untuk itu. Tapi, saya sangat ragu untuk menanyakan hal itu kepada Tamara.

Mencintai kamu, memang pahit, ya? Namun, saya selalu berdoa menyebut namamu disepertiga malam saya.

                                      TBC

Hiii temen-temen.
Aku up double, aku up setiap hari ganggu ga ya? Ga ganggu rl kalian?
Ujian aku udah selesai, mohon doanya semoga hasilnya memuaskan.

Temen-temen, kalian suka endingnya happy atau sad? Komen disamping👉🏻

Follow ig: @skyhornswoggle
                  @are.ksamahendra
                  @sagaraa409

Maaf banget ya, aku belum up AU-nya soalnya lagi sibuk banget, tapi aku usahakan si.. Pasti aku updatee😭🙏🏻🙏🏻

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Where stories live. Discover now