ragu untuk memilih

40 5 0
                                    

"Bun, kenapa aku kemarin udah ada dikamar? Siapa yang nganter aku?" Gadis itu bertanya sambil turun dari tangga.

Rana yang berada didapur yang mendengar itu pun menjawab, "ayah kamu lah, siapa lagi. Kamu itu kemarin ngantuk, dan tidur. Jadi ayah kamu bawa kerumah sekalian pamit sama nak Saga."

"Terus sekarang gimana keadaan tante Hawa?"

Rana berjalan keruang makan untuk meletakkan makanan yang ia masak."Bunda belum kesana, kita nanti kesana ya? Mumpung hari minggu kamu ga masuk sekolah juga."

"Hm.. Ya, tapi bunda duluan aja sana ayah."

"Kenapa begitu?" tanya Lian seketika berjalan kearah ruang makan. Pria itu duduk berhadapan dengan putrinya.

Gadis itu melirik kearah ayahnya dengan sedikit ragu, lalu ia menghelakan nafasnya perlahan kemudian hembuskan, "aku mau jenguk Areksa, yah. Aku mau tau kondisinya gimana sekarang.. Apa lagi, temen-temennya marah sama aku."

Lian menatap putrinya, wajahnya gelisah. Ia menatap sedikit tajam membuat gadis itu menundukkan kepalanya."Yang mau papah jodohin itu Areksa atau Sagara? Kenapa kamu ga bisa memilih?"

"Kalo pun aku memilih, jawabannya akan tetap sama."

                                      ****

"Bang bima!!!"

Kini Tamara sudah berada dirumah sakit bersama keluarganya, niatnya untuk mengunjungi Hawa—ibu Sagara. Namun, ada niat juga gadis itu untuk menjenguk Areksa—mantan kekasihnya.

Gadis dengan ramput lurus berwarna hitam dan panjang itu berlarian untuk menghampiri pemuda yang berdiri tepat diruangan yang Areksa berada disana. Merasa terpanggil, pemuda yang mempunyai badan tinggi itu menoleh.

"Lo ngapain kesini?" Kali ini bukan Bima yang menjawab, namun Galen. Galen mendengar teriakkan dari gadis itu membuatnya menoleh dan menatap tajam kearahnya.

Untuk apa gadis itu kesini lagi? Bukankah sudah mempunyai calon?

"Hm... Sorry.. Gue cuma pengen jenguk Areksa. Maaf soal kemarin.." Gadis itu menundukkan kepalanya, gadis tersebut memakai jaket warna abu-abu bergambar beberapa princess.

Jaket itu memberian Areksa. Jaket yang sangat gadis itu jaga, jaket yang selalu ia pakai kemana saja. Jaket yang sederhana tapi istimewah.

"Ngapain lo make jaket yang Areksa kasih? Biar kita maafin lo gitu aja?" Pemuda yang bernama Gazza itu salah fokus menatap jaket yang ia pakai. Gazza tau tentang jaket itu, karena pas membelinya bersama pemuda itu. Gazza lah yang memilihnya. Gazza tau serela gadis itu ya, karena bertanya-tanya.

"Ngapain lo pada mojokin adek gue? Gue tau kalian semua pada kecewa sama adek gue, tapi lo gausah pada seenaknya bikin sakit hati! Lo pikir hati cewe itu ga sakit, apa! Mikir! Gausah mikirin diri lo pada." tegas Bima kepada sahabat-sahabatnya itu. Ia tau, kecewa itu sakit apa lagi memaafkan seseorang juga tidak mudah. Tetapi, itu adeknya. Perempuan yang selalu ia sayangi, ga mungkin jika Bima diam saja. Jelas tidak terima.

Galen tersenyum smirk, "gitu? Gue? Gue mikirin gue sendiri doang? Lo pikir gue ga mikirin Areksa? Areksa sahabat gue? Lo kira begitu, ha!? AREKSA SAHABAT GUE DARI KECIL! DIA PASTINYA KECEWA BANGET BIMA! DIBOHONGIN SAMA CEWE YANG DIA SAYANG! LO PIKIR!"

Gadis itu malahan terdiam. Ia bingung harus berkata apa, memang ia tau betul semuanya kecewa kepadanya. Ia hanya bisa meminta maaf saja tak bisa lebih.

"Kalian apa-apaan ini? Kaya anak kecil aja dipermasalahkan. Emang kita kecewa sama lo, Ra. Tapi lo juga harus bisa memilih, jangan bikin Areksa terus berjuang tapi hati lo buat orang lain, apa lagi.. Areksa belum tau. Gimana nanti kalo dia tau." ucap Mahesa. Sebenarnya Mahesa sudah pusing memikirkan percintaan sahabatnya itu, bagaimana jika ia mempunyai pacar kalo sama seperti ini? Tidak! Bikin pusing saja.

ANTARA DUA SURGA { SELESAI }Where stories live. Discover now