Chapter 20

1 1 0
                                    

“Itadakimasu!!!!”

Bahagia sekali rasanya, mendengar teriakan riang Nanae lagi sebelum makan. Situasi menyenangkan ini seperti sudah lama sekali menghilang. Aku sangat merindukannya.

“Nah, kalau begini kan bisa saja makan sedikit langsung terasa kenyang!” seru Shoji sembari membuka ikatan serbet di kotak bento miliknya. “Rasanya aku mau membuat kalian babak belur jika sampai permusuhan kalian berumur satu minggu!”

Nanae melongok begitu melihat isi kotak bento yang dibawa Shoji. Sampai-sampai gadis itu tidak peduli sama sekali dengan celotehan cowok itu barusan.

“Shojiro, sejak kapan kau suka makan onigiri?!” pekik Nanae dengan ekspresi penuh keheranan menghiasi wajah putih berbintiknya.

Aku langsung menahan tawa yang hampir meledak begitu Shoji memelototkan mata. Pemuda itu kini terlihat kikuk. Ditatapnya Nanae lalu ganti menatapku. Jelas sekali ia sedang menyembunyikan sesuatu di balik tatapan itu.

“Aku.., aku tiba-tiba saja suka makan onigiri. Memang kenapa, ada yang salah?!” ucapnya kemudian dengan volume yang naik-turun tak beraturan.
Aku langsung melempari pemuda itu dengan tatapan nakal. “Sudahlah, mengaku saja. Kau membawa onigiri karena itu makanan kesukaanku kan?” cetusku yang sudah tak sabar menyahut sejak tadi.

“Percaya diri sekali kau dengan pendapatmu itu!” teriak Shoji sambil mulai menggigiti pinggiran kepalan onigiri di tangannya. Aku hanya merespon itu dengan tawa mengejek.

“Ya sudah. Besok silahkan bawa nasi, sayur, dan laukmu seperti biasa. Aku kasihan dengan tubuh kurusmu itu. Nanti bertambah parah,” cetus Nanae sambil menggeser kotak bento-nya ke hadapanku.

Sambil mengambil satu kepalan onigiri dari kotak Nanae, aku mengangguk tanda setuju dengan ucapan gadis itu barusan. “Ya, dan jangan lupa habiskan semua onigiri yang kau bawa sendirian,” tambahku.

Mendengar kalimatku itu, Shoji langsung mendongak dan memelototiku. Tampangnya yang bagiku nampak sangat konyol itu menjadi alasanku untuk tertawa heboh kali ini.

“Kalian jangan begitu. Tubuh yang kurus dan tinggi ini kan selalu jadi idaman para gadis!” pekik Shoji membela diri. Langsung disahut oleh Nanae dengan suara yang tak kalah keras.

“Siapa bilang? Aku justru menyukai cowok yang memiliki tubuh atletis dan berotot besar!”

“Dan berkulit hitam juga?” sahut Shoji yang kemudian tertawa nakal. “Itu betul-betul penampilan fisiknya Kenji Mishima!”

Gemas sekali melihat semburat merah merona di pipi Nanae. Gadis ini sama sekali tidak bisa menutupi perasaannya itu. Bisa kutebak, jantungnya pasti berdebar kencang saat ini. Pasti dia sedang terbayang-bayang penampakan Kenji Mishima di kepalanya.

“Aku bingung dengan anak gadis. Apa mereka hanya melihat dari luar saja? Tidak mempertimbangkan tabiat dan tingkah laku dari seseorang untuk jatuh cinta?” tanya Shoji tiba-tiba. Mengalihkan pembicaraan.

“Menurutku tidak begitu. Aku sendiri memang menyukai seseorang dari penampilannya dahulu karena itulah yang pertama kali kulihat ketika bertemu seseorang,” komentarku. “Ada kalanya kita menyimpulkan sendiri bagaimana kepribadian seseorang dilihat dari penampilannya. Tapi rasa suka bisa saja hilang ketika kita sudah dekat dengan orang itu ternyata tingkahnya mengecewakan..”

“Ya, aku setuju,” sahut Nanae, “tapi syukurlah, orang yang kusukai dari fisiknya ternyata kepribadiannya tidak buruk dan mengecewakan..”

Shoji nampak mengangguk dengan kuat. “Kalau begitu, Achan bisa saja berhenti menyukai pemuda itu ya?”
Aku berhenti mengunyah. “Eh, maksudmu?” tanyaku bingung. Begitu kuedarkan pandangan menatapnya, Shoji langsung menggeleng seperti salah tingkah. Aneh sekali.

“Ah, maksudku begini, Achan kan belum mengenal si kelas B itu dengan baik jadi belum tahu kan apakah kepribadiannya buruk atau tidak?”
Mendengar jawabannya itu, entah, perasaanku kurang puas seperti ada yang mengganjal. Dengan terpaksa karena melihat ekspresinya yang mulai kebingungan itu, aku pun memutuskan untuk mengangguk tanda setuju saja.

Begitu menoleh menatap Nanae yang duduk di sampingku, ada ekspresi penasaran nampak jelas di wajah gadis itu. Apa mungkin ada rasa yang sama seperti yang sedang menggebu-gebu di kepalaku sekarang pada dirinya?

Shoji yang sudah lama kukenal ini… sekarang mulai nampak aneh.

Kupandangi sebentar jam di layar ponsel sambil kakiku bergerak cepat menaiki tangga. Hanya ada sisa beberapa menit lagi sebelum waktu istirahat makan siang habis. Aku harus segera tiba di atap.

Mungkin Manato masih di sana sekarang? Apa mungkin dia kelaparan dan terpaksa makan di kantin sekolah? Apa mungkin sekarang dia sedang berada di toshoshitsu dan menghabiskan waktunya untuk membaca buku?

Sinar yang menelusup dari celah pintu ke atap yang sedikit terbuka langsung menyambut. Kuhadang silaunya sinar itu dengan tangan kanan. Sambil tangan kiriku mendorong pintu itu hingga terbuka lebar.

Begitu menapaki lantai atap yang nampak kering dan kasar, tubuhku terasa terbakar oleh panasnya mentari. Sambil mengusap tangan yang mulai kepanasan, kugerakkan mata. Mulai mencari sosok Manato.

Di mana dia? Kenapa tidak ada di sini?
Tertegun sebentar, aku pun membalikkan badan dan berjalan pelan kembali ke tangga. Lalu dengan lemas, aku menuruni tangga kemudian berjalan menyusuri koridor. Mataku bergerak mencari kelas B.

Aku melangkah pelan menuju pintu kelas itu dan mulai mengintip ke dalamnya. Yang benar saja, sembari makan siang mereka masih sempat membahas materi bersama dengan buku yang terbuka di atas meja? Kalau anak kelas B saja sudah seperti ini, bagaimana dengan Kelas A?

Mataku berhenti bergerak ketika mendapati sosok pemuda berambut lurus dengan potongan sederhana yang sedang tersenyum itu. Manato Matsuzaka. Dia sedang berdiri. Bersandar di dekat jendela dengan sebuah buku di tangan. Nampaknya dia sedang mendiskusikan sesuatu dengan teman di sampingnya itu.

Gadis yang sedang berdiri di sampingnya itu, dia Sakura. Senyumnya mengembang tampak bahagia sekali. Ada rasa nyeri yang menggores ulu hatiku. Rasanya aku ingin berdiri di tengah-tengah mereka dan ikut mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.

***

Bersambung ke Chapter 21

Sayonara, SkyWhere stories live. Discover now