Chapter 23

1 1 0
                                    

Gadis itu mendengus keras. Lalu tangannya langsung meremas bahuku. Menggoncangnya kuat. Aku berusaha mendorong ketika ia mulai menarik-narik rambutku sambil berteriak histeris.

“Hentikan. Sakura, hentikan!!”

Manato tersentak kaget. Pemuda itu langsung menghampiri kami. Lalu ditariknya tangan Sakura dengan kuat. Berusaha memisahkan kami yang mulai kesetanan.

“Sakura, lepaskan dia!!”

Bisa kulihat jelas bagaimana Manato menarik dan mendorong gadis itu menjauhiku. Tapi dia tak menyentuhku sama sekali? Pemuda itu malah mendorong Sakura dengan sangat kuat. Sampai-sampai menjatuhkan tubuh gadis itu ke lantai.

“Sekali lagi kau lakukan ini terhadap Achan, aku tidak akan pernah memaafkanmu!!”

Nampaknya bukan aku saja yang terkejut dengan tindakannya itu. Sakura pun langsung kaget bukan main. Terlukis jelas di wajah gadis itu yang mulai pucat. Manato, mengapa pemuda ini sepenuhnya melindungiku? Apa maksud perkataannya tadi?

Sakura menatapku dan Manato bergantian. Sangat marah. Lalu, gadis itu pun bangkit dari posisinya yang terguling di lantai akibat dorongan Manato yang sangat keras tadi.

“Manato, bukankah kau lihat sendiri gadis itu yang menamparku duluan?!” teriaknya lirih sambil mendelik penuh kebencian padaku.

“Aku tidak mau mendengar apa-apa darimu!!” jawab Manato.
Semakin kaget. Sempat tertegun sejenak. Akhirnya wajah gadis itu nampak ketakutan. Ia pun berlari tunggang-langgang meninggalkan kami.

Lama aku terdiam. Hanya bisa menunduk. Menatapi lantai semen yang mulai panas membakar kakiku. Aku masih kaget dengan kejadian ini. Seluruh tubuhku mulai melemas. Namun jantung ini terus memompa dengan kencang. Kami-sama, apa sebetulnya rencanamu?

Tanpa sadar, lengan Manato sudah memegangi kedua bahu ini dengan lembut. Aku langsung mendongak menatap wajah pemuda itu. Yang kini sangat dekat dengan wajahku. Kemudian, ia memelukku erat. Sangat erat.

“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, tapi kumohon maafkanlah aku..” bisiknya lembut.

Aku tidak mengerti mengapa Manato melakukan semua ini. Apa alasannya lebih membelaku dibanding Sakura? Gadis yang sudah lebih lama ia kenal. Yang bahkan sudah sangat dekat dengannya. Sahabat mendiang kekasihnya.

Sampai aku muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah kebersamaan mereka tadi, semuanya tampak baik-baik saja. Tapi mengapa ia langsung mencoba melindungiku ketika Sakura menyerangku? Bukankah dia melihat sendiri, aku yang terlebih dahulu menyerang gadis itu?

Pikiranku sudah begitu kacau. Aku tidak sanggup berkata-kata. Hanya bisa tenggelam di dalam pelukan yang begitu hangat ini. Untuk pertama kalinya pemuda ini memelukku. Ini sungguh mengejutkan.

Tak bisa kubayangkan hal mengejutkan apalagi yang akan terjadi setelah ini.
Apakah ini mimpi?

***

Mata ini baru saja mau terpejam begitu kudengar suara bel yang nyaring memecah sunyinya malam yang terasa panas ini. Langsung saja kugerakkan kaki untuk menopang tubuh yang sudah terasa sangat lelah.

Kakiku berjalan pelan. Lalu kunyalakan lampu. Melirik jam di dinding. Jarum pendeknya menuju angka sembilan dengan jarum panjang yang mengarah ke angka dua. Aku pun beralih menuju pintu dan keluar dari kamar.

Tidak biasanya Okaa-san pulang jam segini? Tak selarut yang sudah-sudah. Aku mengucek-ngucek mata sebentar lalu memutar kunci. Suara bel berhenti begitu kutarik gagang pintunya.

“Hirose Ayaka?”

Heran. Sosok wanita cantik yang sedang berdiri di hadapanku ini bukanlah Okaa-san. Wanita yang nampak sangat rapi itu kemudian tersenyum simpul. Menatapku penuh makna. Siapa dia?
“Namaku Fukada Ichigo, kau ingat?” tanya wanita itu tanpa melepaskan senyum.

Langsung saja, ada getaran yang mengguncang tubuhku. Bayangan sosok Otou-san yang sedang tersenyum melintas di benak ini. Raga ini seperti tersengat listrik. Darah dan jantung ini kembali bergejolak kuat.

“Silahkan masuk!” kataku cepat sambil membuka pintu lebar-lebar.

Aku langsung berlari ke dapur. Mulai menengok ke sana-sini. Mencari apa yang bisa kusuguhkan untuk wanita yang telah berjasa membawa kabar dari orang yang sangat kucintai.

***

“Bagaimana kabar Otou-san? Mengapa kami tidak bisa menghubungi beliau sama sekali?!”

Begitu selesai menyuguhkan secangkir teh hangat dengan asap yang mulai mengepul dan menebarkan wangi ke seluruh ruangan, rasa penasaranku menyeruak keluar. Dada ini sudah dipenuhi oleh kerinduan akan Otou-san.

Sekarang, aku duduk berseberangan dengan Ichigo Fukada. Dengan dibatasi sebuah meja bundar di ruang tamu. Wanita inilah yang telah mengabarkan kondisi Otou-san kepada kami lewat surat.

“Tenangkanlah dirimu. Kita akan membahas ini perlahan-lahan,” ucap wanita itu sambil kembali menyunggingkan senyum simpul.
“Sebelumnya, terima kasih karena Anda telah repot-repot mengirim surat kepada kami. Lalu terbang dari Singapura ke sini!” seruku dengan emosi meluap-luap. Aku berdiri dan mulai membungkukkan badan berulang kali.

Melihatku begitu, Dokter Fukada buru-buru bangkit dari duduknya. Langsung menghampiriku. “Tidak perlu begitu. Kalian adalah keluarganya, jadi sangat berhak tahu akan hal ini,” katanya sambil mulai membelai bahuku dengan lembut.

Untuk kesekian detik, aku tertegun sebentar. Sungguh malu rasanya. Padahal aku adalah anak dari Otou-san, bahkan beliau sekarat pun aku baru mengetahuinya dari orang lain! Orang lain saja sebegitu pedulinya terhadap Otou-san. Sampai repot-repot datang kemari hanya untuk menyampaikan kabarnya secara langsung.

Kakiku melemas. Tanpa sadar, tubuhku lunglai hingga terduduk di lantai yang berlapiskan tatami  hangat itu. Air mata mengalir ke luar membasahi pipi. Dengan tak tahu malunya aku malah terisak keras di hadapan Dokter Fukada.

***

Bersambung ke Chapter 24

Sayonara, SkyWhere stories live. Discover now