28-Kesepakatan

193 34 13
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Goals setan saat sepasang insan belum halal ialah mendekatkan. Tapi pada saat sudah berakad, misinya beralih untuk memisahkan.

 Tapi pada saat sudah berakad, misinya beralih untuk memisahkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AKU merasa ini sudah sangat berlebihan. Diberi hadiah butik oleh anaknya, lantas diberi tiket gratis umroh dari ibunya. Dan itu terjadi dalam waktu yang berdekatan. Aku takut ini merupakan sebuah ujian untuk mengetes tingkat kematreanku.

Aku menatap tanpa minat sertifikat butik yang tertera jelas namaku, serta tiket umroh pun tergelak di meja begitu saja. Kepalaku malah pening, bisa-bisanya mereka bertindak aneh, dan di luar dari kebiasaan. Kalau untuk Mama sih tidak terlalu, tapi untuk ukuran Bang Fariz aku patut mewaspadai.

"Kamu mau nafkah perbulan, kan? Mau di-transfer atau cash?" tanya Bang Fariz yang baru saja kembali dari dapur dengan secangkir kopi hitam.

"Abang abis kepentok apa sih? Kok sekarang gampang banget keluarin uang. Dulu mah boro-boro, susahnya minta ampun!"

Bang Fariz lebih memilih untuk menyeruput kopinya terlebih dahulu sebelum berujar, "Abang sedang berusaha menjadi suami yang sesuai dengan keinginan kamu. Ada yang salah?"

Aku mengangguk cepat. "Ada, jelas sangat ada. Karena perubahan Abang terlalu signifikan dan mencurigakan. Apa yang lagi Abang rencanakan?"

Bang Fariz malah geleng-geleng kepala lalu kembali meletakkan gelasnya di atas meja. "Abang pelit dan perhitungan diomelin, Abang royal malah dicurigain. Sekarang malah Abang yang bingung, serba salah jadinya."

"Bukan gitu maksud aku. Aku cuma gak habis pikir aja, kok perubahan Abang bisa secepat kilat ini. Dari dulu aku desak-desak supaya berubah, gak ada hasilnya."

Bang Fariz menghela napas singkat lalu berucap, "Abang juga kurang ngerti sama perubahan dalam diri Abang. Dulu tuh berat banget kalau kasih kamu lembaran, bawaannya pusing dan nethink. Tapi semenjak kejadian di rumah Mama waktu itu buat Abang mikir. Ternyata sejahat itu yah Abang sama kamu."

"Ya mana aku tahulah. Seharusnya Abang yang lebih mengetahui tentang diri Abang sendiri," sahutku.

"Saat tahu alasan Arum morotin Abang, semua trauma itu seakan hilang. Kayak ya udah gitu, lagi pula uang yang diambil Arum untuk kepentingan berobat Papa, untuk menutupi biaya sehari-hari, dan juga kuliah Arumi. Abang jadi lebih legowo," imbuhnya dengan pandangan menerawang.

"Abang masih ada rasa sama Mbak Rumi?" tanyaku memastikan. Aku benar-benar butuh validasi yang kuat, agar hatiku tak diliputi kecemburuan terus-menerus.

"Ngaco kamu. Nggaklah, rasa cinta itu sudah lama hilang. Yang ada sekarang itu rasa ingin melindungi, karena, kan dia adik Abang," jelasnya.

Aku mengembuskan napas lega. "Syukurlah kalau gitu. Aku gak mau Abang ada skandal sama adik kandung Abang sendiri."

No Khalwat Until Akad || ENDWhere stories live. Discover now