CHAPTER 9

285 30 24
                                    

Jihoon sedang fokus kepada papan tulis. Tadi saat jam pelajaran pertama, perkenalannya lancar. Akhirnya, Jihoon benar benar senang saat dirinya menginjakkan kembali kakinya di sekolah. Ini adalah hari yang tidak akan Jihoon lupakan. Tadi banyak yang mengajaknya berkenalan. Wahh, ramah ramah ya.

Saat ini sudah waktunya istirahat. Jihoon sedang di kantin bersama Haruto dan Junghwan.

"Wan aku di kasih bekal oleh kak Jae" ucap Jihoon sambil membuka tempat makan tersebut.

Junghwan mengangguk.

"Lah, emang lu enggak mau nyoba makanan kantin? Enak anjir" ucap Haruto.

Jihoon menggeleng.

"Jihoon mana boleh makan sembarangan. Kak Jae bikinin timbel karena Jihoon enggak boleh makan sembarangan" jelas Junghwan.

"Kenapa?"

Baru Junghwan ingin menjawab, tapi Jihoon sudah duluan menyela.

"Enggak papa kok Haru. Aku emang lagi kurang sehat. Jadi jangan dulu makan sembarangan" jelas Jihoon.

Haruto mengangguk.

"Oh iye. Gue lebih tua dari lu. Lu manggil gue kakak juga dong" ucap Haruto dengan senyum jahilnya.

Pletak.

"Jangan mau ji"

Haruto meringis saat jitakan itu mendarat di dahi nya.

"Jahat Lo, Jung"

"Ga peduli si."

"Sok kull"

"Bodo"

"Belajar."

"Gue udah pinter"

Jihoon hanya menatap polos kepada kedua anak yang KATANYA udah dewasa ini malah bertengkar. Lihat lah? Apa Jihoon yang semenggemaskan ini pantas di sebut ayah? Astaga..

"Anjing."

"HEH!"

Jihoon baru menyadarinya kalau dia mengeluarkan kata mutiaranya. Sontak Haruto dan Junghwan langsung meneriakinya.

••••

"Bagus Doy, tendang terus Doy"

DUGH!

Uhuk! Uhuk!

Beberapa tendangan, pukulan. Telah Asahi terima. Saat ini dirinya berada di gudang sekolah bersama dua laki laki yang tengah memukulnya habis habisan.

"Doyoung-shi.." lirihan itu keluar dari mulut Asahi.

Doyoung mengangkat satu alisnya.

"Mau lagi? Nih"

BUGH!

Uhuk!

Skakmat! Asahi batuk darah. Doyoung tertawa puas saat melihat hasil yang ia lakukan tadi tepatnya di gudang sekolah. Doyoung melirik Keita.

"Doy? Pergi enggak?" Tanya Keita.

"Cabut aja. Palingan bentar lagi mati" ucap Doyoung di iringi tawa lalu pergi meninggalkan Asahi sendiri di gudang.

Asahi mencoba bangun dan bertumpu pada barang barang di sekitarnya. Dadanya sakit, entah kenapa rasanya sangat sakit. Asahi terus berjalan hingga akhirnya anak itu sudah kembali ke luar gudang. Seperti biasa, keadaan sekolah sepi dan bahkan dia bolos lagi jam terakhir. Asahi menunduk. Dia takut mengecewakan Jaehyuk, takut jika Jaehyuk akan seperti ayahnya dulu. Asahi tidak mau. Cukup di sekolah saja. Di rumah juga jangan.

Rumah Sebenarnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang