CHAPTER 11

276 27 23
                                    

"Jae sungguh, aku, aku sudah menemukan donor jantung yang pas untuk Jihoon"

Mata Jaehyuk berbinar. Sungguh. Ini kabar yang sangat baik. Jaehyuk tidak sabar untuk kesembuhan adiknya. Tapi jae. Jangan lupakan Asahi juga.

"Bagus. Siapa pendonor nya?" Tanya Jaehyuk.

"Entahlah jae. Yang pasti, orang itu bilang jangan beritahu padamu kalau dia yang mau jadi pendonor Jihoon. Satu lagi Jae. Katanya, ini permintaan terakhir dia. Dia mau hari terakhirnya adalah, membantu orang lain." Jelas Yedam.

Jaehyuk mengernyit.

"Maksudmu?"

"Entahlah, orang tuanya juga menyetujuinya. Yang pasti, orang itu memiliki gangguan mental. Depresi yang cukup serius. Dan permintaan dia adalah, mendonorkan jantungnya kepada orang yang membutuhkan. Dia memberi 2 pilihan pada orang tuanya. Mati dengan membantu orang lain, atau mati sia sia dengan bunuh diri. Dan orang tua orang tersebut memilih anaknya untuk pergi dengan membantu orang lain. Kebetulan jae, jantung anak itu terlihat sangat sehat. Hanya saja mentalnya yang rusak. Jadi tidak akan terpengaruh pada Jihoonnya." Jelas Yedam lagi berusaha meyakinkan.

Jaehyuk tampak berfikir.























"Hubungi Yoshi dan atur jadwal operasi secepatnya. Saya akan mengurus sekolah Jihoon untuk libur beberapa hari saat operasi nanti sampai Jihoon benar benar pulih dan sehat."

"Siap!"

•••

Jihoon mengayun ngayunkan kakinya di teras sekolah. Ini Jam istirahat, entah kenapa dirinya benar benar sangat bosan. Jam pelajaran ke 4 tadi itu matematika. Jihoon membenci matematika dari dulu. Maka dari itu dia selalu mendapat nilai buruk. Mana tadi ulangan harian mendadak, Jihoon khawatir dengan hasil nilai nya.

Jihoon mencemaskan nilai. Jika buruk, takut Jaehyuk marah sama seperti ayahnya dulu.

Puk!

Lamunan Jihoon buyar saat seseorang menepuk pundaknya. Jihoon menoleh kebelakang, mendapati Junghwan yang tersenyum padanya. Junghwan mendudukkan dirinya di samping Jihoon.

"Kak Jae barusan nelpon gue. Dia bakal ke sini sekarang, dan katanya. Dia udah nemuin pendonor jantung yang pas buat lo. Lo bakal segera di operasi, Ji." Ucap Junghwan.

Jihoon menbelakakan matanya. Apa ia tidak salah dengar? Bukan. Jihoon, Jihoon bukan kaget karena apa apa. Tapi. Tapi Jihoon belum siap. Dia terlalu takut untuk melakukan operasi.

"K-kakak serius?"

Junghwan mengangguk.

"Kapan operasinya?" Tanya Jihoon lagi.

Junghwan menoleh. Menatap lekat manik Jihoon.

"Kak Jae udah ngurus semuanya. Dan operasinya di mulai. Hari Kamis, Lo udah ngelakukan operasi tersebut. Maka dari itu kak Jae mau ngurus libur lo hari ini. Mungkin sebentar lagi akan tiba" jelas Junghwan.

Jihoon lagi lagi terkejut. Kamis? Tunggu. Sekarang hari Selasa, besok Rabu. Maksudnya? Besoknya lagi?! Secepat itu? Apa tidak memberi Jihoon waktu dulu untuk berfikir?

Junghwan menatap wajah Jihoon yang masih sama dengan posisi mulut terbuka. Tanda bahwa ia masih terkejut.

"Ji. Operasinya terlalu cepat ya?" Tanya Junghwan.

"Kak. Ji takut..." Cicit Jihoon.

Junghwan tersenyum. Ia mengusak lembut Surai Jihoon.

"Jangan takut. Gue yakin kok Lo bisa lewatin semuanya. Gue percaya, gue percaya Lo bisa bertahan sampai akhir. Jangan takut Ji. Sebentar lagi Lo bakal sembuh" ucap Junghwan memberikan beberapa kata penenang.

Rumah Sebenarnya [END]Where stories live. Discover now