12. Kala

43 7 8
                                    

Tidak terlampau jauh rentang usia Baskara kecil sebelum berakhir di dapur Rumah Makan Daharan bersama Hadi―bapaknya. Hadi ingin menurunkan bakat memasaknya kepada Baskara dengan cara terjun langsung. Prabu menyetujui ide Baskara bekerja di dapur dengan harapan putra Hadi itu akan menggantikan jejak bapaknya jika sudah tiada. Karena Baskara masih bersekolah dan hanya bisa membantu di hari minggu atau tanggal merah, Prabu tidak ingin menggunakan istilah buruh masak. Baskara hanya membantu dan mendapat upah.

Berbeda dengan Wisnu yang bisa mogok tidak mau membantu di dapur, hal itu tidak berlaku bagi Baskara. Hadi akan memaksanya dengan segala cara. Anaknya itu sudah harus bangun sebelum subuh dan masih mengantuk ketika menyeret langkahnya, berjalan bersama Hadi.

"Makanya kalau tidur jangan malam-malam biar bisa lihat jalan," omel Hadi ketika kaki Baskara tersandung dan jatuh menelungkup. Bukannya ditolong, Hadi hanya menunggu anaknya bangkit sendiri.

Baskara termanyun sambil membersihkan tangan dan dengkulnya dari debu. Mengenai tidur larut malam, dia tidak bisa lelap karena keduluan Hadi yang sudah pulas, mengorok. Namun mendapati perkataan memojokkan seperti itu, Baskara tidak membalas. Anehnya lagi, tidak ada rasa jengkel. Sejak paham hanya memiliki Hadi setelah ditinggal untuk selama-lamanya oleh sang Ibu, Baskara merasa kehadirannya di hidupnya sudah lebih dari cukup. Tempelengan Hadi juga tidak lagi hadir menemani hari-harinya.

"Kamu ingat pesan Bapak, kan?" terang Hadi ketika memegangi kedua pundak Baskara dan menatap lurus matanya. Tinggal beberapa langkah mereka sampai di rumah Prabu, dan kejadian Baskara tersandung menjadi pemantik pertanyaannya.

"Dilarang malu-maluin dan harus hati-hati sewaktu bantu Bapak di dapurnya Pak Prabu."

"Bagus. Anakku ancen pinter (anakku memang pintar)."

Sambutan Prabu selalu meriah setiap kali Hadi dan Baskara datang, sebab keduanya selalu hadir paling pagi. Setelah itu, tugas pertama Hadi adalah membuatkan kopi panas untuk orang-orang di dapur, sementara Baskara menyiapkan bumbu dapur yang harus dikupas atau dicincang.

Tak lama, penghuni dapur mulai berdatangan. Pekerjaan dimulai selepas mereka menyesap kopi tanpa udut. Prabu yang duduk di singgasana di dekat sumur segera mengomando anak buahnya.

Dari posisinya duduk, Baskara terkagum melihat sikap Prabu. Semua orang mendengarkannya tanpa perlu mengulang. Jauh di lubuk hati, Baskara ingin menjadi Prabu. Namun ketika pantauannya menangkap Hadi sedang meracik bumbu ayam bakar dengan telaten, dia seolah paham bahwa garis takdir telah ditentukan. Seperti jarak antara posisi Hadi dan Prabu, seterang itulah dia memahami bahwa anak tukang masak akan bernasib sama seperti bapaknya.

"Kerjaanmu sudah beres, Bas?" Tiba-tiba Prabu menyadarkan Baskara dari lamunan.

"Anu...," dari ekor matanya, Baskara melihat Hadi sedang melirik, mencuri dengar obrolan, "sudah, Pak. Habis ini saya cuci irisan pare dan bunga pepayanya di sumur."

"Jangan lupa sendiri-sendiri airnya, terus kamu remas-remas sewaktu dicuci menggunakan air garam sebelum dibilas dengan air bersih lagi supaya nggak terlalu pahit." Meskipun sudah tahu Baskara tidak akan mengecewakannya, Prabu tetap mendikte apa yang harus dilakukan untuk masakannya. "Paham?"

"Inggih, Pak."

Kelegaan terlihat dari raut Hadi. Baskara melesat sedikit membungkuk ketika melewati Prabu menuju sumur untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Setelah selesai dengan pekerjaanmu, tolong bangunkan Wisnu ya, Bas. Terus kamu ke Daharan. Nanti aku suruh dia nyusul buat bantu kamu siapin tempat lesehan. Dodo juga aku suruh bantu-bantu. Soalnya ada tamu dari Pemkot mau liwetan di sana."

"Inggih, Pak."

Beres menyiapkan pare dan bunga pepaya untuk Hadi olah, Baskara bergegas menuju rumah Prabu setelah menimpakan kakinya di keset karena takut keramik putih kediaman orang yang mempekerjakannya berubah kusam akibat terinjak olehnya. Apalagi jika sampai lantai keramik putih itu bisa bicara: miskin... miskin... miskin, setiap kali Baskara melangkah.

Resep Rahasia BaskaraWhere stories live. Discover now