CHAPTER 05

136 17 19
                                    

Happy Reading🔥

Hari ini aku tidak perlu mengeluarkan uang karena Vinny bersedia mengantarku. Sejauh mata memandang, aku begitu mengagumi keindahan kota kelahiranku ini. Frankfurt yang dimana menjadi kota pilihan destinasi dari banyaknya turis yang aku lihat.

Aku melihat sebuah tanda WELCOME to CASTELYUR saat mobil Vinny berbelok ke kiri. Sepanjang jalan berbaris pohon yang memanjakan indra penglihatan. Kawasan hijau yang sebenarnya sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi.

"Apa kau sudah pernah kemari, Vinny?" tanyaku ketika melirik sepupuku yang tampak sudah mengetahui tempat ini.

"Tentu saja, Cathy. Aku pernah tampil sebagai DJ disini."

Aku terkejut. "Di Castelyur? Dalam rangka apa perusahaan itu mengundangmu?"

"2 bulan yang lalu, Castelyur berhasil memenangkan perhargaan sebagai perusahaan saham terbaik di kawasan Uni Eropa."

Wow! Satu kata ini yang bisa aku ucapkan setelah mendengar penjelasan Vinny tadi. Seketika aku teringat dengan perkataannya tadi pagi. Apalagi aku hanya iseng saja saat melamar di perusahaan itu. Semoga saja semua ini tidak ada sangkut-pautnya.

Aku terpukau melihat sebuah gedung perusahaan yang mirip seperti bangunan kerajaan. Ternyata benar yang aku dengar dari orang-orang jika Castelyur memang salah satu perusahaan yang sangat di idam-idamkan banyak orang. Tentu saja kalau melihat dari bangunannya aku sangat yakin masuk ke perusahaan ini sangatlah sulit.

"Terima kasih untuk tumpangannya, Vinny," ujarku sembari tersenyum.

"Jangan mengucapkan terima kasih, Cathy. Kau itu sepupuku. Jadi wajar saja aku mengantarmu."

"Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu," ujarku.

"Hubungi aku jika kau sudah selesai, Cathy. Aku pasti akan langsung menjemputmu dan tidak ada penolakan." Aku menggembungkan pipiku karena merasa sebal dengan kalimat terakhir Vinny yang langsung melanjutkan ucapannya saat aku ingin menolak.

"Baiklah." Aku berkata dengan sedikit tidak ikhlas.

"Kalau begitu semangat, Alexa Cathy Olive! Aku pergi dulu. Bye!"

"Bye!" Setelah mobil Vinny berlalu, aku kembali menghadap ke depan. Menarik nafas perlahan untuk membuat diriku menjadi lebih rileks dan mulai menyemangati diri. Kakiku mulai melangkah untuk masuk ke dalam gedung perusahaan dan dapat aku lihat banyaknya karyawan yang berlalu-lalang.

Aku berjalan mendekati tempat resepsionis dan dapat aku saksikan mata wanita yang menjadi resepsionis itu meneliti penampilanku. Aku pun jadi ikut memperhatikan apa penampilanku memang buruk. Padahal aku memakai celana kain hitam atasan putih, pakaian formal biasa untuk melakukan interview kerja. Di negara kalian juga seperti itu bukan?

"Maaf, tapi kami tidak bisa memberikan sumbangan dalam bentuk apapun!"

Astaga! Apa maksud resepsionis ini? Apa dia pikir aku seorang pemintaan sumbangan? Jika saja aku tidak sedang dalam interview, sudah sejak tadi aku acak-acak penampilannya yang seperti wanita malam itu. Aku mencoba untuk tersenyum, meskipun sebenarnya aku sudah gemas ingin membuat keributan dengannya.

"Maafkan saya, Nona! Tapi kedatangan saya sebenarnya untuk melakukan interview kerja," ujarku penuh kesopanan.

"Interview?" Aku menatap resepsionis itu dengan bingung. "Setahu saya perusahaan sedang tidak membuka lowongan kerja. Apa Anda sedang mencoba menipu?'

Aku terkejut mendengar ucapan itu. Jangan katakan apa yang tadi Vinny katakan benar kalau ternyata Castelyur memang tidak membuka lowongan pekerjaan. Aku pun mengambil ponsel di tasku lalu membukanya untuk memperlihatkan e-mail balasan atas lamaran iseng yang aku coba itu.

"Saya tidak sedang menipu. Ini saya ada buktinya," ujarku seraya menyerahkan ponsel. Namun ada suara yang menghentikan pergerakanku.

"Ada apa ini, Cia?"

Oh Tuhan, apa aku juga harus menghadapi orang ini? Jika dilihat dari penampilan tampaknya sosok yang cukup berpengaruh, karena dapat dibuktikan kalau wajah resepsionis sombong ini sedikit pucat.

"Maafkan saya, Tuan Antonius! Katanya wanita ini datang untuk melakukan interview dan saya mengatakan kalau perusahaan tidak membuka lowongan pekerjaan. Tapi wanita ini malah bersikeras."

"Jaga sopan santun dan tutur katamu saat menjawab siapapun itu, Nona Cia Sandra!" Sosok itu memasang wajah seramnya dan itu membuatku menelan saliva dalam diam ketika suara tegas itu terdengar.

"Maafkan saya, Tuan Antonius!" Aku ingin tertawa ketika wanita sok cantik ini terdengar ketakutan. Tapi lebih ke arah malu sebenarnya.

Wajah dari sosok pria yang bisa dikatakan sudah paruh baya itu menolehkan pandangannya ke arahku dan itu membuatku sedikit takut jadinya. Apalagi mengingat kejadian beberapa saat lalu.

"Apa benar yang dikatakan Nona Cia ini, Nona?"

Dengan senyum yang sebenarnya terpaksa, aku mengiyakan. "Benar, saya datang hari ini untuk melakukan interview kerja, Tuan." Dengan buru-buru aku memberikan ponsel pada sosok itu.

"Panggil saya Antonius, Nona."

"Nama saya Cathy, Tuan Antonius!" jawabku. Aku harus tetap mempertahankan kesopanan, meskipun orang di depanku meminta dipanggil namanya saja. Tentu itu tidak sopan sebenarnya mengingat jika Tuan Antonius ini tampak seusia ayahku.

Tidak ada yang tampak aneh setelah aku memperhatikan sosok ini. Alisku sedikit naik menandakan aku bingung karena senyum yang terbit di wajah sedikit keriputnya itu.

"Mari ikuti saya, Nona Cathy! Saya yang akan mewawancarai Anda."

Ucapan itu malah membuatku menatap tidak percaya. Apa benar kalau aku akan melakukan wawancara kerja? Akhirnya setelah sekian lama mencari pekerjaan dan melakukan interview namun ditolak, apa di Castelyur ini awal langka yang baik?

Aku mengikuti Antonius yang berjalan di depanku. Sejauh ini banyak karyawan yang menyapanya dan itu mampu membuatku sedikit gugup sekaligus kesal ketika melirik karyawan pria mengerling nakal.

Aku tahu kalau aku memang cantik. Tapi apa mereka akan seperti itu terus? Tidak mungkin diantara karyawan itu ada yang belum menikah. Tapi zaman sudah semakin maju dan itu berarti tingkat perselingkuhan juga akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu.

Langkah kaki Antonius berhenti dan otomatis aku juga ikut berhenti. Aku memasang senyum yang sejujurnya hanya sebagai bentuk dari rasa terkejut saat Antonius menoleh ke arahku.

"Masuklah ke ruangan ini, Nona Cathy! Saya akan segera kembali lagi." Aku segera melakukan apa yang Antonius katakan, meskipun aku sangat gugup memikirkan apa saja yang akan ditanyakan nanti.

Ruangan ini sedikit luas dan juga dilengkapi dengan berbagai bentuk pot tanaman. Aku memilih duduk seraya meletakan dokumen yang aku bawa diatas meja. Mataku menjelajah isi ruangan.

Entah mengapa aku tertarik untuk melihat-lihat. Ditambah lagi dari sini aku bisa melihat pemandangan hutan lebat di sisi selatan. Mungkin itu pohon-pohon yang aku lihat sepanjang perjalanan tadi.

Aku menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Memperlihatkan sosok yang menatapku dengan senyuman. Tentu aku membalasnya karena tidak sopan jika mengabaikannya. Lagipula bisa saja orang ini adalah pemilik Castelyur.

"Apa tujuan Anda melamar ke Castelyur, Nona Cathy?"

See you next chapter 👋

Lüste on LoveWhere stories live. Discover now