4. Hukuman

200 23 10
                                    


"Jangan mentang-mentang orang tua kalian orang penting, kalian bisa bolos gitu aja!" bentak pak Bobby kepada kedua tim futsal yang menundukkan kepalanya.

"Tapi pak, kita baru pertama kali bolos." gumam Arshaka yang masih bisa di dengar.

"Masa bodo, bapak mau kalian beresin gudang sampai bersih!" kedua tim itu terkejut, mendongakkan kepalanya menatap pak Bobby dengan mata membelalak.

"Pak, yang bener aja, gudang sekolah kita luas banget loh?!" bantah Zidane tak Terima.

"Zidane, kamu diem atau saya coretin wajah kamu!" Zidane diam, masa ganteng gini di coretin, kan sayang.

Mereka keluar dari ruang bk dengan raut lesu, apalagi Havza yang sudah berkaca-kaca. Ia tak pernah di bentak sebelumnya, dan baru kali ini ia di bentak.

"Eza, jangan nangis.." Dama mengambil tangan Havza dan mengelusnya pelan. Havza yang di perlakukan seperti itu bukannya tenang malah mengeluarkan isakan dari mulutnya.

"Huks, huaaa." Mereka panik bukan kepalang.

"Dih, katanya kapten, kapten apaan cengeng begitu." cibir Jinan.

"Diam kamu!" teriak Afrel seraya menunjuk wajah Jinan.

"Buset, tuh anak ngagetin aja."

"Eza.. Jangan nangis dongg! Nanti kita ikutan nangis nih.." ucapan Harsa membuat tim sebelah membelalak panik, tidak, jangan sampai mereka semua menangis secara bersamaan, itu akan menyusahkan.

"Lo jangan aneh-aneh deh sa, kita belum beresin gudang, nanti aja nangisnya kalau habis beresin gudang." ujar Juwan yang membuat Deon menatapnya julid.

"Huks, huaaaa acaaaa!" Havza memeluk Harsa erat.

"huks, e-eza jangan nangis- huaaa!" satu kata, mampus.

"Lah anjir, malah ikutan nangis, sa, jangan bikin panik dong anjir!" ujar Junan sebelum menarik tubuh Harsa dan memeluknya, sehingga pelukannya terhadap Havza terlepas.

"Sstt, cup cup.." Junan menepuk punggung Harsa sayang.

Havza yang pelukannya terlepas semakin menangis kencang, sementara anggota best players yang lain sudah berkaca-kaca. Yohan yang dari tadi diam sembari merekam kejadian menggemaskan itu untuk di kirim ke bunda-nya dan mama Havza ikutan panik.

"Apa gw harus peluk Havza juga?" monolognya.

"Iya lah goblok, entar yang lain nangis panjang urusanya gila!" ujar Jeano seraya memukul kepala Yohan.

Yohan mengangguk, ia lantas mendekati Havza, memeluknya tanpa tarikan, tidak seperti Junan tadi. Yohan memeluk Havza lembut, mengelus punggung itu dengan sayang, tak lupa membisikkan kata penenang andalannya.

Aduh, mau Yohan..

Juwan yang melihat itu memasang wajah bombastic side eye, dia tidak tahu saja bahwa Havza adalah sepupu Yohan.

Dama tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca, "huks, so sweet!" akhirnya dia menangis karena melihat drama live streaming tepat di depannya.

◒◒◒

Sekarang, kedua tim futsal yang awalnya musuh itu sedang berada di gudang sekolah, beruntung gudang itu tidak terlalu kotor, mungkin hanya perlu di sapu, pel dan membereskan kardus atau meja dan kursi yang sudah tidak terpakai.

"Yang nyapu empat, yang ngepel empat, yang bersihin barang-barang juga empat, pas kan jadi 12? Masalah bagi tim terserah kalian aja." ujar Jinan yang di setujui semuanya.

"Cio mau ngepel deh!" teriak Afrel.

"Aka juga." ujar Dama.

"Gw pel, udah sering di suruh emak di rumah." ujar Junan seraya mengangkat tangan.

"Gw juga dah." Yohan berdiri, menghampiri empat alat pel dan mengambil salah satunya.

"Oke, tim pel beres. Yang nyapu? Btw gw nyapu ye." mendengar kata sapu, Havza mengangkat tangannya tinggi.

"Eza sapuuu!" pekiknya girang. Hal kesukaan Havza adalah menyapu, jika ia badmood hilingnya ya nyapu.

"Ivyy juga, ivyy juga!"

"Gw ga pandai nyusun barang, takutnya malah roboh, nyapu aja dah." ujar Jeano.

"oke, jadi udah pas, berarti yang bersihin barang Juwan, Deon, Zidane sama Harsa ya." final Jinan.

Btw, gedungnya luas, bentuk kotak, jadi mereka seperempatan gitu loh. Nah, yang beresin barang duluan, baru nyapu, ngepel, dan barangnya di balikin lagi ke tempat semula tapi yang rapih.

Kayak aku waktu piket kelas ya, wkwk.

Deon menggerutu, bisa-bisanya dia setim sama Juwanjing. Tapi ya gimana lagi, nyapu nanti malah ga bersih, ngepel apalagi, jadi yaudah pasrah aja.

Tim bersihin barang mulai mengangkat barang-barang dan di bawa keluar gedung agar bisa di sapu oleh tim nyapu.

"Aish, berat banget, key ga kuat!" gerutu Deon yang berusaha mengangkat satu meja besar sendiri. Tiba-tiba Juwan datang, dan tanpa sepatah kata mengangkat meja tersebut sehingga Deon mau tak mau ikut mengangkat bersamanya, membawa keluar gedung dengan canggung.

"Juwan, ma-makasih." ini kenapa Deon tiba-tiba gugup gini?!

"Sans. Kita emang harusnya bantu membantu, inget, kita setim, Deon." Deon diam, benar, mereka setim. Tapi kenapa dia kecewa ya? Ga mungkin dong dia suka sama juwanjing.

"Woi, malah pacaran, beresin noh!" tegur Zidane yang membawa kotak kardus di tangannya.

"Dih, ogah gw punya pacar kertas." ujar Juwan ketus.

Deon mendelik tak Terima, "aku juga ga sudi pacaran sama orang sombong kayak kamu ya!" ujarnya.

Mereka kemudian melanjutkan pekerjaan mereka hingga bagian mereka selesai dan tiba bagian menyapu, mereka duduk di kursi panjang yang memang tersedia di sana.

"Jinan eza dulu yang nyapu!" ujar Havza seraya merebut gagang sapu yang masih di pegang Jinan. Jinan yang merasa sapunya di rebut dengan bocil tk berkedok sma itu menggulung bibirnya menahan gemas.

"Iya deh, ngalah gw sama bocil." Jinan melepas sapu itu, sehingga Havza yang tadinya menarik sapu itu dengan sekuat tenaga oleng ke belakang, untungnya Jinan sigap menangkap.

Pipi Havza memerah, tak lama terdengar sorakan teman-teman laknatnya yang berkata "cieeee Eza sama Jinan ciee" duh, mama, Eza maluuu.

Havza dengan cepat berdiri, mengambil sapu yang sempat terjatuh lalu berlari ke pojok untuk mulai menyapu. Sementara Jinan masih mematung dengan posisi sama seperti tadi ketika dia menangkap Havza.

"Woi nan!" sentak Junan, Jinan terjengit kaget.

"Euyy kembaran gw suka sama tim futsal sebelah~" goda Junan dengan wajah menyebalkannya.

"Apaan sih lo, enggak ya!" elak Jinan.

"Psstt, ivyy!" bisik Dama pada Arshaka yang berada di sampingnya.

"Kenapaa?" tanya Arshaka seraya memiringkan kepalanya.

"Eza suka Jinan?" bisik Dama lagi.

"Aka kenapa bisik-bisik sih?" sahut Afrel.

"Eh, itu Cio, kayaknya Havza suka sama Jinan deh."

"Enggak lah, eza mungkin cuma malu sama Jinan." ujar Afrel santai.

"Eh, iya juga, lagian Eza kan belum pernah jatuh cinta." mereka mengangguk setuju.



TO BE CONTINUE

HALOOOHAIIII TEUMEEE~ ENJOY WITH THIS CHAP YAAAA

BUBBYEEE

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Where stories live. Discover now