8. Latihan berujung bencana

160 13 2
                                    


Hari ini masih hari yang sama dengan chapter sebelumnya, namun, latar kali ini sedikit berbeda. Semua anggota best player sedang mengenakan jersey kebanggaan mereka, mereka barada di lapangan futsal umum untuk latihan futsal.

"Udah lama banget ga sih kita ga latihan?" celetuk Afrel.

"Iya, kayaknya udah seminggu lebih, moga aja skill kita masih kayak kemaren." sahut Havza yang tengah duduk seraya mengikat tali sepatunya.

"Cuman seminggu elah, belom juga genap satu bulan, gw yakin skill kita tetep sama kayak kemaren." ujar Harsa.

"Bener juga, lagian kita masih bisa ngasah skill kita lagi kok, kalau kita serius latihannya." ujar Dama.

"Udah yok latihan, bola-nya mana?" tanya Arshaka.

"Lah, bukannya kamu bawa, vyy?" tanya Deon balik seraya mengernyitkan kedua alisnya.

"Lah, enggak kok."

"Ih, ivyy, tadi aku kasih ke kamu kok bola-nya!" bantah Deon tak Terima.

"Tadi di taruh mana?" tanya Havza datar dengan raut yang seolah akan membunuh mereka, membuat seluruh anggota best players diam menundukkan kepalanya.

"Enggak tau.. Tadi keyne engga kasih ke Ivyy, serius.." cicit Arshaka.

"Deon?" pandangan Havza beralih ke Deon yang sedang menunduk takut.

"Bukan Deon, jangan panggil Deon.. Aku keyne.."

Panggilan Deon dari Havza adalah sebuah peringatan besar, mereka semua memanggil nama asli hanya jika mereka sedang marah besar. Namun bagi Havza, marah dengan memanggil nama asli bukan hal wajar. Maka dari itu Deon takut ketika Havza memanggilnya seperti itu.

Havza berdecak keras, "CARI!" teriaknya dengan wajah merah menahan marah.

Semua anggota tersentak, dimana Havza yang cengeng dan suka merengek? Tidak ada. Dia bukan Havza, dia Reza.

"I-iya, kak Reza, key minta maaf.." Deon mulai menangis, ia terisak pelan dengan pundaknya yang bergetar.

"Ayo.. Ivyy bantu, ya?" bisik Arshaka yang tidak tega melihat sahabat baiknya menangis.

"Arshaka, biarin dia sendirian." perintah Havza-- ah, maksudku Reza itu mutlak, tidak bisa di bantah.

"Iya, kak." Arshaka menunduk, menggumamkan maaf kepada Deon yang menghela nafas gusar.

Bola itu, bola kesayangan Reza, bola itu di beli saat Reza mengambil alih badan Havza. Bola itu juga yang menemani Reza semenjak dia belum bisa bermain futsal. Maka dari itu Reza marah besar ketika bola kesayangannya hilang.

Deon membalikkan badannya, ia berjalan lunglai menuju trotoar yang berada di samping jalan raya. Deon berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berhenti mencari sebelum bola itu ketemu.

Deon menghela nafas, dengan hal sepele seperti ini saja pikirannya sudah kalut. Ia menyebrang jalan, tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu. Tak tau jika ada mobil melaju dengan kecepatan yang lumayan.

Ckitt

Srett

Suara decitan rem dan ban mobil yang bergesekan dengan aspal memekikkan telinga. Deon yang berada di dekapan seseorang memejamkan matanya.

"Lo gila?!" bentak pemuda itu.

Deon yang di bentak melengkungkan bibirnya, membuat pemuda itu menggigit bibir bawah menahan gemas.

"Deon keyne, lo luka anjir!" pemuda itu kembali membentak, dengan panik ia menggendong Deon ala pengantin dan mendudukkan nya ke jok belakang motornya.

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Where stories live. Discover now