don't peek us! -Hoonsuk (bonchap)

117 7 0
                                    

Jinan bersiul seraya menunggu sangat kekasih keluar dari rumah, ia bersandar di pintu mobil hitam miliknya dengan santai. Tak lama kemudian Havza keluar dengan tas selempang berwarna ungu dan kaos putih dengan luaran sweater yang juga berwarna ungu, Havza memakai celana putih.

Semua pakaian itu terlihat menawan jika Havza yang memakainya, Jinan sampai hampir lupa cara bernafas karena melihat itu.

"Kamu nunggu lama ya? Maaf, aku tadi bingung nyariin tas yang cocok." ujar Havza dengan cemberut.

Jinan hanya diam, tak membalas ucapan Havza. Havza semakin cemberut, ia kira Jinan marah karena ia terlalu lama berdandan. Jadi ia bergelayut manja di lengan kekar Jinan, memohon agar ia dimaafkan.

"Jinan~" ujar Havza dengan suara lucu.

"Eh, iya?" Jinan tersadar, ia lantas menarik tangannya dari pelukan Havza dengan reflek.

Havza merengek, tanda ia akan menangis. "Maaf Jinan.." pintanya dengan nada bergetar.

"Eh, eh. Jangan nangis, aku ga papa!" panik Jinan.

"Jinan marah?" tanya Havza, matanya yang berkaca-kaca memandang Jinan dengan binar sendu.

"Astaga sayang, aku ga marah kok" ujar Jinan seraya memegang pipi Havza. "Yaudah, sekarang kita pergi?" sambungnya.

"Hu'um.." Havza mengangguk, lalu mereka masuk ke dalam mobil.

"Kita mau kemana?" tanya Jinan yang sedang mengendarai mobil.

"Mall!" balas Havza semangat.

Jinan sedikit terkekeh gemas. "Baik, tuan putri!" ujarnya membuat Havza tergelak.

◐◐◐

Jinan membuka pintu mobil, ia turun dan berlari menuju pintu yang lain. Jinan membuka pintu, mempersilahkan Havza turun layaknya keluarga kerajaan.

"Terimakasih, pangeran." Havza menunduk elegan.

"Sama-sama, tuan putri. Ayo, kita masuk?" balas Jinan dengan menyodorkan telapak tangannya untuk Havza genggam.

Havza menggenggam tangan Jinan dan menyandarkan kepala di pundak Jinan dengan manja. Lalu mereka berdua tergelak renyah dan memasuki mall. Havza menarik tangan Jinan dengan semangat, ia ingin membeli sesuatu.

"Kemana sayang?"

"Aku mau beli mainan!" Havza membalas dengan sedikit berteriak, karena ramai.

Jinan hanya tersenyum pasrah, membiarkan kekasih polosnya menarik dia hanya untuk membeli mainan. Dasar anak kecil, batin Jinan. Tak lama, Havza berhenti di salah satu toko dengan tulisan sex toys.

Jinan membelalak. "Sayang?" Jinan sungguh terkejut, apa yang ada di pikiran kekasihnya?

"Aku mau mainan Jinan, ayo masuk!" pintar Havza dengan tak sabaran.

"Bentar, ini bukan toko mainan yang biasanya kamu masukin. Ini toko mainan untuk orang dewasa sayangku, kamu masih kecil, ga boleh ke sini."

"Aku udah gede, aku mau mainan itu."

"Tapi sayang, itu buat-" Havza menyela perkataan Jinan.

"Iya aku tau, alat seks kan?" ujarnya membuat Jinan tak habis pikir. "Aku emang mau beli itu." sambungnya.

Lalu Havza mendekat ke telinga Jinan dengan jinjit karena perbedaan tinggi badan. "Buat kita mainin nanti" bisiknya.

Jinan mengusap kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut sakit. "Ya udah, ayo." Jinan masuk ke toko dan di ikuti Havza.

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora