U're my world, baby -JunShiho (bonchap)

124 9 15
                                    

Bahasa kotor!

Afrel berjalan santai menuju kelasnya, matanya menyipit ketika ia melihat Junan yang sedang jongkok di tengah koridor gelap seraya menulis sesuatu dengan tangannya di lantai berdebu.

"Itu beneran Junan ga sih?" gumam Afrel takut. "Nanti kalau gw samper ternyata bukan Junan gimana?" Afrel menggigit kuku khawatir.

"Eh, kok jadi gigit kuku." ia menjauhkan tangannya ketika sadar ia melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan.

Afrel berdecak sebal, "samperin aja lah." ujarnya lalu berlari menghampiri Junan.

"Junan?" sapa Afrel ketika ia sampai tepat di samping Junan.

Junan menghentikan kegiatannya, lalu mendongak ke arah Afrel. Junan berdiri dan membersihkan kotoran di seragamnya, ia menatap Afrel dengan mata berkaca-kaca.

"Afrel.." balas Junan dengan suara bergetar.

"Kenapa, jun? Kok kamu nangis?" tanya Afrel khawatir.

Junan yang mendengar pertanyaan Afrel lantas menerjang Afrel dengan pelukannya, membuat tubuh kecil Afrel oleng ke belakang. Afrel berteriak kesakitan, namun Junan hanya menelusup kan kepalanya di ceruk leher Afrel.

"Junan sakit, badan kamu gede tau!"

"Afrel.." Junan merengek, membuat Afrel menghela nafasnya.

"Kenapa sih, hm?" Afrel pasrah, membiarkan Junan berada di atas tubuhnya dan memeluknya erat. Afrel mengelus rambut Junan dengan kasih sayang.

"Jinan marah sama aku rel.. aku, aku-" nafas Junan tersendat, ia terisak.

"Astaga, itu doang? Cengeng banget lo ah, udah berdiri." Afrel menepuk-nepuk punggung Junan agar ia berdiri.

Junan menggumam tidak jelas, lalu ia berdiri dan membantu Afrel berdiri. Afrel tersenyum, ia mengelus pipi Junan lalu menggelengkan kepalanya.

"Lo ngapain Jinan sampe dia marah, hm?" tanya Afrel. "Gw yakin Jinan marahin lo karena lo nakal Jun." sambungnya.

"Aku cuman ngintipin dia lagi ngentot sama Havza, itu doang dan dia marah-marah ke aku!" Junan mendumel kesal.

"Astaga sayang, mulutnya!" Afrel menepuk bibir Junan, Junan cemberut setelah itu.

Beberapa detik kemudian, bibir yang cemberut itu perlahan berganti dengan seringaian nakal. Afrel meneguk salivanya kasar, ia memiliki firasat buruk tentang ini.

"Aku juga mau loh, kayak Jinan sama Havza." ujar Junan dengan suara rendah. "Emang kamu ga mau, keenakan sampe matanya juling ke belakang kayak Havza?" sambungnya.

Afrel mematung. Sial, gw harus pergi sebelum Junan ngapa-ngapain gw.

Afrel mundur perlahan, Junan yang mengetahui gerak-gerik kekasihnya lantas menahan tangan Afrel yang hampir saja kabur darinya. Afrel berteriak panik, namun dengan cepat Junan mencium bibir Afrel dengan brutal.

"Mmhh mphh!"

Afrel memberontak, berusaha melepaskan ciuman Junan. Tangan Junan merambat ke bagian bawah Afrel, lalu meremas gundukan itu, membuat Afrel melenguh di sela ciuman mereka.

"Nghh mmhh"

Suara kecipak memenuhi koridor sepi nan gelap, koridor ini memang jarang di lewati, karena rumornya koridor ini berhantu. Lagi pula, koridor ini ujungnya buntu.

Junan melepaskan ciumannya, membuat benang saliva menjuntai. Junan tersenyum saat melihat kekasihnya yang sudah berantakan. Sangat seksi. Afrel mengambil udara dengan rakus, ia menatap Junan dengan tatapan sayu.

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Where stories live. Discover now