14. Miksue date

167 15 2
                                    


Jeano menurunkan standart motornya dan membiarkan Arshaka turun terlebih dahulu, lalu ia turun setelahnya.

Arshaka meloncat semangat, "ayo Jeje, ayo!" serunya seraya menarik tangan Jeano.

Jeano terkekeh, "iya, sabar dong." ujarnya.

Mereka berdua pun memasuki toko eskrim itu, "mbak, ice cream sunday original dua ya." ujar Jeano.

Mbak penjual tersenyum ramah, "baik mas, di tunggu ya." ujar si mbak penjual dan segera menyiapkan pesanan Arshaka dan Jeano.

Arshaka duduk di salah satu kursi, ia memainkan HP dengan damai. Tak lama Jeano datang membawa dua cup icecream sunday di tangannya.

"Lama ya?" tanya Jeano sekedar basa-basi.

Arshaka mematikan HP dan meletakkannya di meja, lalu mengalihkan atensinya ke lelaki tampan yang sudah menduduki kursi kosong di depannya itu.

"Ah, enggak kok." balas Arshaka seraya tersenyum.

Jeano menyodorkan icecream itu dan di sambut oleh Arshaka dengan sumringah, itu kesukaannya.

"Makasih jeje, aku suka banget sama miksue." ujar Arshaka semangat.

Jeano mengangkat kedua alisnya, "oh ya?"

Arshaka mengangguk semangat, "iya, asa suka banget sama miksue." balasnya dengan nada panjang.

Jeano tersenyum, Kata-kata muncul dalam benaknya. Sebenarnya dia bimbang, bilang ke Arshaka atau tidak, soalnya ini agak.. Ah, kalian liat nanti aja deh.

"Asa" panggil Jeano dengan bergetar.

Arshaka menoleh dengan pipi penuh eskrim, "eum?" gumamnya.

"Kamu.. Kamu tau ga apa bedanya miksue sama kamu?" tanya Jeano.

Arshaka mengernyit, jadi dia di samain sama eskrim gitu? Oke, tetep tenang, sha. Arshaka menyiapkan mentalnya, kalau kata Harsa, cowok kayak Jeano itu buaya.

"Enggak, emang apa bedanya?"

"Kalau ini," Jeano menunjuk cup miksue-nya yang tinggal setengah, "miksue," ia menjeda kalimat "terus yang itu," Jeano menunjuk Arshaka, "milik gue."

Arshaka membelalak, lalu ia tersenyum seraya memalingkan wajah dan menutupi pipinya yang  memerah dengan tangan. Astaga, ini di luar perkiraan Arshaka.

"Je.." gumam Arshaka masih dengan pipi yang memerah.

"I-iya?"

"Kamu suka sama.. Aku?" Arshaka menunjuk dirinya sendiri.

Jeano menggigit bibir, "maaf kalau kamu risih, Sa." ujarnya seraya menunduk.

"Ih, enggak, orang aku nanya!" Arshaka panik.

"Iya, aku suka kamu Sa, sejak kita ketemu di kantin.. Aku udah mulai terpesona sama kamu. Terus pas kita di hukum bareng sama pak Bobby, pas kita ga sengaja pelukan, perasaan aku makin tumbuh Sa. Dan aku ada niat buat deketin kamu itu baru beberapa hari yang lalu, ketika aku ngechat kamu."

Arshaka berkaca-kaca mendengar penjelasan dari Jeano, jujur, ia adalah orang yang mudah menangis, apalagi karena hal romantis seperti ini.

"Je.." air mata Arshaka turun.

"Eh, asa, kok nangis?!" ujar Jeano panik ketika ia sadar Arshaka menangis, Jeano memeluk Arshaka, membiarkan Arshaka menangis sesenggukan di dada bidangnya.

"Aku tuh, ga pernah ngerasain yang kayak begini je, aku dulu pernah di sakitin sama kakak kelas aku.." tangis Arshaka.

Jeano menatap sendu Arshaka, ia mengelus punggung Arshaka dan membisikkan kata penenang tepat di telinganya.

"Sstt, udah, kan sekarang ada aku.. Ga usah di ceritain dulu kalau kamu belum mampu. Ga apa, kalau kamu udah mampu buat nyeritain, baru deh kamu ceritain semuanya sama aku, oke asa?" bisik Jeano.

Arshaka mengangguk, ia semakin mengeratkan pelukannya terhadap Jeano, membuat Jeano sesak. Tapi tak apa, Jeano rela sesak hanya untuk Arshaka seorang.

Jeano menaikkan kaki Arshaka ke pinggangnya, tak lupa membawa dua cup miksue yang sudah habis dan ia buang ke tempat sampah. Jeano menggendong Arshaka dan ia taruh di jok motor scoopi miliknya, lalu ia duduk di depan untuk menyetir.

"Pegangan loh, nanti kamu terbang kalau ga pegangan, aku juga yang di marahin Harsa." canda Jeano membuat Arshaka terkekeh.

Jeano tersenyum mendengar suara tawa yang mengalun indah dari belakang punggungnya, hatinya lega, seakan semua beban hidupnya hilang begitu saja.

"Gitu dong, ketawa, ayo pulang yok!" Jeano mengantar pulang Arshaka.

◒◒◒

"Zidane, maaf.."

"Ga ada maaf buat lo, Harsa." Zidane memandang tajam Harsa yang sedang menunduk dengan mata sembab.

Harsa melengkungkan bibirnya, "aru minta maaf, zidane, aru minta maaf!" tangis Harsa.

Zidane menghela nafas, ia tidak bisa marah terlalu lama dengan bocah ini.

"Janji ga ngomong kasar lagi?"

"Janji.." gumam Harsa.

"Janji ga gigitin kuku lagi?"

"Janji.."

Zidane tersenyum, "aku ga papa kalau kamu ngomong pake lo-gw sama temen-temen kamu, asalkan satu, kamu ga boleh mengumpat." ujarnya Seraya mengelus rambut Harsa.

"Ngerti ga, Aru?"

Harsa mengangguk lucu, "ngerti.." gumamnya masih di sertai isakan kecil.

Zidane memeluk tubuh Harsa, meletakkan kepala Harsa di pundak selebar 60 cm miliknya. Harsa menelusup ke leher Zidane, mengendus wangi maskulin yang membuatnya candu akhir-akhir ini.

"Aru sayangnya Zidane, kan?" tanya Zidane.

"Iya.."

"Jadi Aru harus apa?"

"Nurutin Zidane.."

Harsa mengangkat kepalanya, menatap Zidane dengan mata menukik gemas. "Zidane sayangnya Aru, jadi Zidane juga harus nuruti Aru!" ujarnya.

Zidane berteriak gemas, ia mencubit pipi yang entah kenapa menjadi gembul ini, tapi tak apa, Zidane malah suka.

"Gemesin banget sih, hm?" ujar Zidane dengan suara beratnya.

"Iya dong, pacarnya Zidane Alden gitu!"




TO BE CONTINUE
HALOOOOHAAAIIII TEUMEE~
NGEHEHEEE KAGET GAAA KEGET GAAAA???!!!!
KAGET DONGGG HARUSSSSS. AKUU TUUUHH UP KARENA LIAT MOMENT JEONGHARUUUU GEMES BANGET SI MPUSSSS MAKANYA AKU TAMBAHIN JEONGHARU DI SINIIIII
YAUDAHH

BUBBYEEEEEE!!!!

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Where stories live. Discover now