9. Havza dan Reza

147 11 2
                                    


Havza sekarang sedang merenung, bergelut dengan Reza dalam pikirannya. Havza yang merasa bersalah dan ingin Reza agar meminta maaf kepada Deon, sementara Reza tidak mau minta maaf.

"Reza, kamu harus minta maaf."

"Di bilang gw ga mau ya ga mau, bocil."

"Kalau numpang di badan Eza tuh harusnya nurutin perkataan Eza, bukannya malah bantah!"

"Nyenyenye.."

"Reza, minta maaf!"

"Ga mau!"

"Kalau ga minta maaf, aku mau ke psikolog dan suruh dokternya buat hilangin kamu."

"Ah elah, lo ga seru."

"Ya makannya minta maaf Reza!"

"Gw bilang ga mau ya ga mau kntl!"

"REZA TOXIC IH, GA BOLEH!"

"Bodo, intinya gw ga mau. Dia udah ilangin bola kesayangan gw, dan gw yang harus minta maaf? Hell, harusnya dia yang minta maaf cil!"

"Yaudah kalau gitu Eza ngambek sama kamu."

Havza menghela nafas lelah, jika seperti ini terus, dia yang akan di hantui perasaan bersalah, bukan Reza.

"Reza bandel, liat aja, aku bakal ke psikolog besok."

◓◓◓

Sekarang, seperti apa yang Havza bilang kemarin malam, ia sedang berada di ruang psikolog.

"Dengan adek Havza?" seorang dokter tampan berbaju putih tersenyum kepada Havza.

"Iya dok, saya Havza."

"Adek ada keluhan apa?" tanya dokter itu dengan masih di sertai senyuman tampan, Havza di buat terpesona karenanya.

"Em, itu dok, saya punya jiwa lain di dalam tubuh saya. Namanya Reza, dari kecil saya dan Reza ada di dalam tubuh yang sama. Dan kali ini saya mencoba untuk menghilangkan Reza, apakah bisa, dok?"

"Oke, jadi adek memiliki altar ego, ya?" tanya dokter yang di balas anggukan dari Havza.

"Apakah adek sebelumnya memiliki trauma yang bisa membuat adek memiliki altar ego?"

Havza diam, ia berfikir, sepertinya tidak ada.

"Tidak, dok."

"Baiklah, jadi adek, ada kemungkinan altar ego adek adalah bawaan dari kecil, bukan karena trauma atau semacamnya." jelas dokter.

"Ah, apakah ini bisa di hilangkan?"

"Sepertinya bisa, adek bisa dateng kesini satu minggu sekali di hari Jum'at."

"Baik, dok, Terimakasih."

Havza keluar dari ruangan itu, ia memegangi kepala yang mulai terasa pening. Sepertinya Reza memberontak, ingin mengambil alih tubuhnya dan entah melakukan apa.

"Enggak, Reza, jangan di sini tolong.." bisiknya seraya memejamkan mata.

"Ahh s-sakith" rintih Havza, ia menyangga tubuhnya dengan cara memegang tembok dan bersandar di sana.

"Enggak Reza, stop it please.. " Havza dengan tidak sadar mengeluarkan air mata, sungguh, ini sakit.

"Re.. Enggak gini.." Havza menggeleng pelan, ia yakin Reza tidak ingin keluar dari tubuhnya.

Havza terisak, kini ia sudah sepenuhnya duduk di lantai dingin koridor.

"Eh, Havreza albirru?" tanya pemuda tampan dengan menundukkan badannya.

"I-iya, tolong ban-tu Ez-za, sa-sakit.." pemuda tadi membelalak kaget setelah mendengar suara parau Havza.

"Anjir, iya-iya, tunggu bentar ya za."

Pemuda tadi mengetikkan sesuatu di HP-nya, lalu setelah itu ia menggendong Havza ala pengantin, dan dengan panik ia berlari menyusuri koridor menuju mobilnya.

"Lo duduk sini, gw bayar parkir bentar." Jinan, pemuda tadi berlari menuju tukang parkir dan menyerahkan uang berjumlah 5.000 kepadanya, lalu ia kembali dan segera duduk di kursi pengemudi tak lupa menutupnya.

Jinan mengendarai mobil dengan kecepatan yang gila, Havza jadi makin pusing yang ada.

"Ji.. Jangan cepet-cepet, aku makin pusing.." lirihnya.

"I-iya maaf, maaf!" Jinan memerankan laju mobilnya.

"Kita ke apart gw sama Junan, ga ada tempat lain dan gw ga tau rumah lo di mana." Havza hanya mengangguk.

Dua menit berlalu, mereka berdua sampai di tujuan mereka, apartement si kembar JinJun.

"Bisa jalan ga?" tanya Jinan kepada Havza.

"Bisa.." jawab Havza ragu.

"Gendong aja ya? Gw takut lo ga kuat, elevator nya lagi rusak dan apart gw di lantai tiga." jelas Jinan yang di angguki Havza.

Jinan menggendong Havza ala koala, agak canggung sebenarnya, tapi ya mau bagaimana lagi.

Jinan terus berjalan, selama perjalanan Havza hanya diam dan menegangkan badannya. Mau nyender kok ya nanti di kira ga sopan, mau ga nyender kok nanggung banget.

"Nyender aja ga papa, nanti lo pegel kalo gitu terus."

Oh? Jinan bisa baca pikiran kah?

"Iya, ji, maaf ya kalau bikin ga nyaman." ujar Havza sebelum menempelkan pipinya ke pundak lebar Jinan.

Karena Jinan baru menaiki tangga pertama, perjalanan mereka menuju lantai tiga mungkin sedikit lama. Jadi Havza menunggu seraya menahan kantuknya, dia kelelahan karena tenaganya yang tiba-tiba hilang saat Reza berusaha mengambil alih tubuhnya.

Saat di tengah perjalanan, entah kayaknya mata Havza ketiban gedung yg kali ya, berat banget, jadi Havza memutuskan untuk tidur aja.

Jinan yang merasakan tidak ada pergerakan di pundaknya seketika tersenyum teduh, hatinya menghangat entah kenapa.

"Sleep well, Havza." bisiknya tanpa menoleh.

Lima menit berlalu, Jinan sudah sampai di depan apartemennya. Jinan mengetikkan digit pasword untuk masuk kedalam, dan suaranya sedikit mengganggu Havza, Havza menggeliat dan melenguh.

"Eungh" lalu Havza menduselkan wajahnya ke leher Jinan.

"A-anjir.." tubuh Jinan menegang, leher adalah salah satu spot sensitif miliknya.

Jinan menghela nafas, berusaha merilekskan tubuhnya sejenak, lalu melangkahkan kaki ke arah tangga yang menuju kamarnya.

Jinan meletakkan tubuh Havza dengan hati-hati, lalu ia merenggangkan otot-ototnya, padahal badan Havza kecil, tapi berat.

Tanpa menunggu lama, Jinan ikut merebahkan tubuhnya di samping Havza. Mereka berakhir tidur sekasur berdua, sudah seperti pasangan suami istri yang baru menikah, canggung.

Di sisi lain, Junan yang baru saja pulang dari basecamp tongkrongan Winners datang dengan meloncat kecil, dia lagi seneng-senengnya, ga tau kenapa. Jinan tadi ga ikut karena mau ketemu temannya.

Junan bersenandung riang, ia harus melewati kamar Jinan untuk menuju kamarnya. Junan melirik kamar Jinan yang memang pintunya terbuka, matanya membelalak kaget saat melihat Jinan yang sedang tidur seraya memeluk sosok lelaki mungil yang terlihat nyaman.

"Anjir anjir, sapa tuh?" bisik Junan. Ia mengeluarkan HPnya dan membuka kamera, ia memfoto mereka berdua seraya tersenyum menggoda.

"Asih nih di kirim ke grup." ujar Junan di sertai kekehan licik di akhir.


TO BE CONTINUE
HALOOOHAAIII TEUMEEEE
BTW ITU AKU NGARANG YA YANG PAS DI PSIKOLOG. JANLUP STREAM BONA BONA YAAAAA!!!

BUBBYEEEE

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Where stories live. Discover now