09 Juni 2023

4 1 0
                                    

Happy Reading 🌹





Aku beruntung bisa bertemu dengannya, meski dalam mimpi. Setidaknya itu membuat ku lebih sabar untuk menunggu alasan dibalik sikap aneh Rega. Ketika ku tanya, dia selalu menjawab aku harus membaca 5 buku penulis favoritnya. Syarat iku aku turuti, malam ini 5 buku itu sudah selesai ku baca.

Selepas merayakan ulang tahun Aldi, sikap Rega sedikit mencair. Dia lebih banyak tertawa,  melempar lebih banyak jokes, dan bercerita lebih banyak mengenai dirinya. Aku membayangkan, apa jadinya besok pagi saat ku beritahu bahwa syarat yang diberikan Rega telah aku penuhi. Apakah dia akan menjadi Rega seperti dalam mimpi ku sepenuhnya? Entahlah.

Aku mengetik pesan untuk Rega

Rega, besok berangkat lebih pagi. Aku sudah baca 5 buku penulis itu.

Beberapa saat kemudian, Rega menjawab.

Oke

Kini, saatnya tidur. Aku sangat ingin tahu alasan apa yang akan Rega katakan.

...

"Hei, Anggun."

Langkah ku berhenti, aku mencari sumber suara itu. Orang-orang di sekitar fokus pada kegiatannya. Mereka berbincang, tertawa, dan lain sebagainya.

Sekolah tinggal beberapa meter lagi, anehnya di jam ini sudah ramai, tidak seperti biasanya. Suara itu masih menjadi tanda tanya, siapa gerangan yang memanggil.

"Hallo Anggun!"

Di samping ku sudah ada Aldi, ia tersenyum lebar, aku membalas sapaannya.

"Kok ga bareng Fani?"

"Hari ini ga bareng,"

Aldi mengangguk sekilas. Kami disambut oleh petugas OSIS ketika memasuki gerbang. Salah satu petugas itu menghentikan ku, dia memberiku sebuah gantungan kunci boneka kepala srigala.

Ketika aku bertanya siapa yang menitipkannya, petugas itu tidak tau. Katanya ada seorang kurir membawa benda itu dan minta tolong supaya disampaikan kepada Anggun.

Aku menerimanya, lalu dia melanjutkan langkah menuju kelas.

Pagi ini mendung, udara dingin menyelimuti, kabut tipis pun terlihat di halaman sekolah. Sebagian besar siswa mengenakan cardigan dan jaket.

Ketika hampir sampai di kelas, banyak dari mereka sedang duduk di bangku koridor sambil minum teh hangat. Suasana pagi ini tidak seperti biasanya.

Aku tersentak saat ada yang menarik tanganku, hampir saja berteriak, namun tangan itu menutup mulutku terlebih dahulu. Rega, laki-laki itu penuh kejutan. Dia berkata pelan "Ikut aku ke halaman samping sekolah." kemudian ia tersenyum, lalu menuntun ku mengikuti langkahnya.

Aku mencoba untuk mengajaknya bicara, tapi dia tidak menanggapi. Raut wajahnya tersenyum, seperti menahan cerita yang tidak sabar untuk dia ceritakan padaku. Apapun itu, aku siap mendengarkannya.

Kami tiba di halaman samping sekolah, di sana sudah digelar karpet berwarna biru. Rega mengajak ku untuk duduk berhadapan dengannya.

Aku melirik jam tangan, jam 06.35 masih ada banyak waktu sebelum pelajaran di mulai. Sebelum aku bicara, dia sudah memanggil nama ku. Lalu kedua tangannya berada di pundak ku.

"Anggun, terima kasih."

Rega menjeda kalimatnya, tunggu, kenapa ekspresi wajahnya seperti akan menangis? Aku khawatir, lalu memanggil namanya pelan, Rega memalingkan mukanya, ia menunduk sejenak kemudian kembali menatapku dengan senyum lembut.

|30DWCNPC2023| Wind After The AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang