part 11

13.1K 1K 5
                                    

🌈Happy Reading🌈

Mimpi indahku terusik dengan suara gebrakan dipintu kamar diiringi suara cempreng yang melengking.

Braak braak braak

"Mamiiiiii bangun! Katanya mau beli es krim!"

"Mami budeg ya ihhh bangun."

Ceklek

"Ckckck mami kalau bobo kayak kebo susah bangun." ujarnya menggelengkan kepala.

Ia tersenyum senang dan tiba-tiba...

Brukk

"Ugh perutku!" gadis itu terperanjat karena sesosok makhluk kecil yang menimpa tubuhnya dengan melompat.

"Mami bangun?" pertanyaan kah apa pernyataan yang ia ucapkan itu? Keponakan kecil yang terlalu aktif keluhnya dalam hati.

"Apa yang kamu lakukan. Hm? Bagaimana jika mami merasa sakit?" ujarku padanya.

"Mami kesakitan ya? Apa yang sakit mami? Maafkan David." mata bulat itu perlahan menjatuhkan linangan air mata yang membasahi pipi gembulnya.

"Jangan lakuin itu lagi ya sayang." gadis itu menghapus air mata dan memeluknya dengan erat seraya mengecup pucuk kepalanya.

"Jadi apa yang kamu mau sampai bangunin mami?" tanyanya.

"Kata mami tadi pagi kita mau beli es krim." ujarnya mengerucutkan bibir dengan lucu.

"Baiklah ayo kita bersiap-siap tunggu mami dibawah oke. Jangan pergi kemanapun." bocah itu mengangguk dan turun dari atas ranjang setelah mengecup pipinya.

Ia memalingkan pandangan pada pemuda disampingnya yang masih setia menutup mata, lantas menegurnya.

"Jangan berpura-pura tidur seperti itu dihadapanku, karena kau tak bisa mengelabuiku." dan mata itu perlahan terbuka menampilkan warna mata yang senada dengan warna matanya itu namun lebih pekat bak kedalaman samudra seakan kau bisa tenggelam didalamnya.

"Kau menganggu tidurku nona." ujarnya dengan suara serak.

Yap! Sepulang sekolah ia benar-benar tidak mengijinkanku untuk pergi kemana pun, lantas aku memilik untuk tidur disusul oleh pemuda itu disampingku.

"Aku akan pergi ke mall untuk mengajak David jalan-jalan dan membeli es krim. Kau disini saja karena aku memiliki tugas untukmu." Ernest hanya mengangguk lantas pergi meninggalkan kamarku.

Kulihat jam menunjukkan pukul 4 sore dan sebentar lagi kakakku dan istrinya akan pulang. Aku memilih untuk segera bersiap saja karena bocah itu pasti sudah terlalu lama menungguku.

Dilain tempat David sedang menuruni tangga, ia dapat melihat banyak orang disana yang ia abaikan.

"Mau kemana?" kepalanya sontak menghadap pada sang kakak yang bertanya padanya.

"Mau beli es krim." seorang gadis menyahut dari atas tangga, langkahnya begitu anggun namun terkesan tegas juga.
Saat tiba di dasar ia membelai lembut rambut keponakannya.

"Tunggu di mobil ya." bocah lelakiku mengangguk dan bergegas pergi menghilang dibalik pintu.

"Jangan salahkan mami jika nanti mama-mu marah padamu Enzo. Walau tadi adalah keinginan Rara tapi kamu mengabaikan pesan dari orang yang sudah melahirkanmu." Lauren menatap sang keponakan dengan dingin. Namun yang ditatap malah menundukkan kepalanya.

"Kak Lauren kok gitu sih wajar dong kalau Aya main kesini kan-"

"Kan aku pacarnya! Itu yang mau Lo bilang? Jangan merasa Lo itu kenal gue maupun Rara. Karena Lo itu cuman orang baru yang sok tau tentang kami. Jadi tutup mulut Lo itu sebelum gue jahit." Lauren menyela ucapan itu dan sedikit memberikan penekanan tentang siapa gadis itu di hidup Lorenzo.

Laurencia.Where stories live. Discover now