part 13

11.8K 905 9
                                    

🌈Happy Reading🌈

Untuk sementara waktu semuanya seakan berjalan dengan normal dan membosankan
Tanpa ada drama yang memancing emosi.
Ya karena aku sakit! Sial, sepulang dari jalan-jalan bersama si bocil tengah malam tubuhku mendadak demam.

Ernest yang merawatku pun selalu menunjukkan wajah tak ramahnya saat akan memberiku makan atau minum obat.

Hey, inikan bukan keinginanku juga untuk jatuh sakit, entah mengapa daya tahan tubuhku mendadak lemah seperti ini, jadi ya tolong itu wajahnya kondisikan.
Bukannya lekas sembuh malah makin depresot aku tuh.

"Makan." pemuda itu menyuruhku makan atau ngajak ribut sih? Ngeselin banget tuh muka ya walaupun cakep banget sih.

"Ngga mau." wah tidak berperikesaudaraan sekali kawan, ia malah memegang kedua pipiku dan sedikit menekannya agar terbuka lantas segera memasukkan sesendok bubur hambar seperti wajahnya yang kurang ekspresi itu.

"Hiks hiks hiks kamu jahat." ujarku terisak dengan air mata yang mulai berjatuhan dari pelupuk mataku ini.

"Kau seperti dia." dinginnya menatapku.

"Hahahaha...bukankah memang seperti itu ciri khas dari sang protagonis utama kita?" yang langsung diangguki oleh Ernest.

"Sudah hampir seminggu aku jatuh sakit lantas bagaimana keadaan mereka saat ini?" tanyaku seraya menerima suapan dari Ernest.

"Ada yang tidak beres, terutama gadis itu." terang Ernest.

"Jika saja bukan karena 'dia' mungkin kita sudah menyelesaikan kegabutan ini sejak lama, bukan begitu?" Ernest hanya mengangguk kecil.

Ada orang-orang yang mengawasi mereka berdua dan gadis itu juga dilindungi oleh orang-orang tersebut, jadi mereka berdua harus lebih sedikit berhati-hati agar tidak mengacaukan rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa.

Sinting memang tuh orang, padahal baik aku maupun Ernest sangat mampu untuk menangkap orang tersebut namun mereka hanya malas saja. Jika tidak menganggu kenapa harus merasa terusik?.

"Senin depan adalah seleksi olimpiade." Ernest berujar sembari membantuku untuk kembali berbaring diatas ranjang, sungguh tubuhnya ini sudah terasa lebih baik hanya saja pusing di kepalanya itu yang sangat menyiksa.

"Jika hari senin nanti kondisiku belum pulih, maka tugasmu yang harus memenuhinya." ujarku menikmati belaian yang pemuda itu lakukan, sedikit mengurangi rasa pusing dan menambah rasa kantuk pada kedua mataku.

Dengkuran halus perlahan mengisi kesunyian ruangan itu, Ernest masih membelai sayang gadis yang sudah terlelap dialam mimpinya. Sebelah tangannya sibuk menari dengan lincah diatas keyboard laptop yang berisi file penting.

"Kau ceroboh nona."

"Tutup saja mulutmu itu tuan!" sarkas Lauren dengan pandangan yang terkesan sayu namun tajam.

"Baiklah, baiklah." ujar Ernest terkekeh kecil, ia kira gadis itu benar-benar sudah terlelap ternyata belum sepenuhnya.

Pemuda itu menaruh laptop diatas nakas samping tempat tidur, lantas ikut berbaring disamping gadis yang kini sudah kembali memejamkan matanya. Sejenak ia tersenyum kecil lalu memberikan sebuah kecupan ringan pada keningnya, dilanjutkan dengan memeluk tubuh yang terasa pas untuknya, seraya ikut memejamkan mata untuk bersama menyelami alam mimpi.

*
Senin yang dibicarakan ternyata memang benar Ernest yang harus menjalankan rencana mereka, karena kondisi Lauren mendadak turun saat dini hari tadi.

Pemuda itu memarkirkan mobil sport-nya di halaman parkir sekolah.
Didalam mobil ia mengamati murid-murid yang mulai berdatangan untuk menimba ilmu pelajaran.

Laurencia.Where stories live. Discover now