part 32

6.5K 650 22
                                    

🌈Happy Reading🌈

"Bagaimana keadaan cucuku?" tanya kakek yang kini duduk di single sofa dengan matanya yang terus menatap cucu laki-lakinya.

"Luka di pergelangan tangannya tidak terlalu dalam, jadi ia akan baik-baik saja dan mungkin ia akan mengalami demam pasca luka ini, cukup berikan obat ini dan ia akan pulih seperti sedia kala." ujar dokter seraya memeriksa tekanan darah Louis.

"Kalau begitu saya pamit, jika terjadi sesuatu silahkan hubungi saya kembali." dokter pun pergi meninggalkan mereka berempat di ruangan itu.

Luka di tangan Lauren maupun Louis kini sudah diobati dan dipakaikan perban. Zergan duduk disamping kakeknya seraya mengurut pelan pangkal hidung dan keningnya.

Ernest masuk kedalam ruangan dengan mata merah dan jejak air mata yang masih terlihat dipipinya.
Ia mendekati Lauren yang terduduk di tepi ranjang lantas menjatuhkan diri dan menaruh kepalanya dipangkuan gadis itu, ia juga memeluk erat dan mulai terisak kembali.

"Hiks hiks aku kakak yang gagal. Aku gak bisa buat Louis menjadi lebih baik." ujarnya terisak pelan.
Lauren hanya diam tak menjawab dengan tangan yang membelai kepala Ernest.

Zergan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati ranjang dimana Louis terbaring lemah, ia lantas berbaring di samping pemuda itu dan menutup mata dengan sebelah tangannya.

"Kakek istirahatlah, aku akan mengantarkan makan malam untuk kakek nanti." Lauren menatap kakeknya dengan tersenyum lembut.

"Jaga saudara-saudara mu nak, beritahu kakek bila ada sesuatu yang terjadi." kakek mengusap pelan kepalanya dan pergi meninggalkan mereka disana.

"Mari beristirahat, saat ini ada kak Zergan yang menemani Louis." ajak Lauren.
Pemuda itu bangkit dengan tertatih, akibat minuman beralkohol dan sedari tadi menangis membuat tenaganya terasa habis.

Lauren membantu memapah pemuda itu untuk memasuki kamar disampingnya.
"Tidurlah, kamu butuh istirahat." Ernest memejamkan mata dengan masih memeluk erat gadis itu agar tidak pergi kemanapun.

Setelah beberapa saat ia melepas pelukan Ernest dan pergi keluar untuk mengantarkan makan malam kakeknya.
Ia membawa nampan itu dengan pandangan kosong.

Tok tok tok

"Kakek ini aku." ujar Lauren setelah mengetuk pintu, tak berapa lama muncullah kakek dengan pakaian tidurnya.

"Kakek tidak lapar, tapi bisakah kamu menemani kakek untuk minum teh bersama?" tanya kakek yang dibalas anggukkan kecil.

"Ayo kita ke halaman samping, Zergan membuat taman mawar merah untukku." ajak Lauren.

Mereka berdua berjalan beriringan hingga saat dibawah Lauren meminta sang kakek untuk terlebih dahulu menuju taman sementara ia akan membuat teh untuk mereka.

Saat di taman kakek menatap bulan purnama yang bersinar begitu indahnya, terdengar suara-suara hewan malam dari balik dinding yang berbatasan langsung dengan hutan.

"Kakek minumlah selagi hangat." ujar Lauren seraya memberikan secangkir teh hangat pada kakeknya.

"Teh buatanmu enak." puji kakek yang membuat Lauren tersipu malu.

"Terimakasih kakek." sahut Lauren.

Mereka saling terdiam menikmati teh hangat dengan pemandangan yang luar biasa cantiknya.

"Lauren lakukanlah apa yang menurutmu benar nak, tadinya kakek kemari ingin mencoba berbicara padamu dan Zergan untuk mengikhlaskan saja kepergian orang tuamu dan orang tua mereka berdua."

"Bukan kakek tak menyayangi anak dan menantu kakek juga, tapi kakek sendiri sudah terlalu sedih dengan keadaan kalian." Lauren masih terdiam mendengar ucapan kakeknya itu, ia tak akan merespon terlebih dahulu.

Laurencia.Where stories live. Discover now