part 39.

3.3K 246 14
                                    

🌈Happy Reading🌈

"Semua sudah pada posisi?" tanya Lauren dengan raut datar.

"Sudah." ujar Ernest yang kini merangkul pinggang gadis itu yang terekspos karena menggunakan baju crop top. Ia tidak suka jika Lauren mengenakan pakaian yang terbuka seperti ini.

"Kamu benar-benar akan ikut kedalam sayang?" Zergan memakaikan jaket pada gadis itu untuk menutupi tubuhnya yang bisa saja memancing singa jantan disampingnya mengamuk tak suka.

"Aku suka baju ini, kenapa kalian berdua berusaha menutupinya? Dan ya aku akan tetap masuk kedalam untuk membantu mereka." Zergan tertawa kecil mendengar nada ketus dari Laurencia.

"Kami saja sudah cukup gadis kecil." bujuk Zergan agar gadis itu tidak ikut masuk kedalam gedung tersebut.

"Berhentilah memperlakukanku seakan gadis polos yang tak tahu apa-apa kakak, aku heran mengapa mempunyai sepupu sinting seperti dirimu." ujar Lauren dengan pedas yang dibalas tawa puas darinya.
Sementara Ernest sibuk mengamati situasi sekitar karena ia takut rencana yang sudah Lauren susun berantakan akibat tawa Zergan yang lepas kendali.

"Kamu tahu bahwa aku gila, lantas apakah kamu lupa jika kita berdua itu sama?" tanyanya dengan senyum bodoh.

Lauren yang kesal lantas menaikkan senjata api yang ia pegang sedari tadi, lantas menembak secara babi buta pada para penjaga yang ada di area sekitar gedung tersebut. Ia bahkan melemparkan bom asap ke segala arah dengan asal.

Rasa kesal pada sepupunya membuat ia hilang kendali, walaupun begitu ia masih bisa berpikir secara sadar. Beberapa kali ia menghindar dari serangan balik musuh.

Zergan serta Ernest hanya memandang gadis tersebut menembak serta menghajar habis-habisan para musuh dibawah sana.
Ya karena lokasi gedung yang mereka datangi berada dibawah bukit jadi dari atas sanalah mereka melihat kekacauan dari seorang Laurencia.

Beberapa anak buah mereka sudah berhasil meretas sistem keamanan serta masuk kedalam gedung tersebut.
Hingga saat Lauren menghajar satu orang sampai terkapar, ia berteriak dengan keras membuat Zergan tersenyum puas.

"Waktunya berpesta Ernest." ujar Zergan kembali tertawa dengan raut mengerikan.

Sementara Ernest hanya dapat terdiam melihat kedua orang gila itu mulai membantai tubuh musuh mereka yang sudah terkapar diatas tanah.

Malam dengan sinar bulan yang terang itu nampak menambah kesan kuat pada mereka yang berdiri diantara mayat serta darah yang mulai mengenang disekitar.

Adakalanya ia tak dapat memahami seperti apa mereka berdua sebenarnya, hal apa yang membuat mereka begitu pandai memanipulasi keadaan dengan baik tanpa cela sedikit pun.

Seulas senyum kecil nampak pada wajah rupawan itu, ia menyadari bukan karena apa Laurencia serta Zergan seperti itu, melainkan karena ikatan keluarga lah yang membuat mereka mati-matian dalam menjaga satu sama lain.

Mungkin benar ada masalah gangguan kejiwaan pada keduanya, namun selama bersama dalam beberapa waktu ini mereka tidak menunjukkan adanya perilaku yang menyimpang seperti pada orang lain.

Walaupun tetap saja menyimpang dalam hal menghabisi banyak orang karena satu dan lain halnya.

Ernest kini duduk diatas dahan pohon yang tepat dibawah bukit sana jelas terlihat Zergan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Jarak yang jauh bukan hal yang mustahil bagi keduanya untuk tidak melakukan pertukaran informasi dengan kode tangan yang dilakukan Zergan.

Sesaat kemudia terdengar ledakan besar dari dalam gedung diiringi dengan kepulan asap yang mulai membumbung tinggi dari setiap jendela yang pecah.

"Sudah waktunya ya." lirih Ernest seraya tersenyum kecil.

Laurencia.Where stories live. Discover now