19. Selamat Datang di Neraka

1.7K 192 14
                                    

Sejak kejadian malam itu, di mana Rayyan melontar penolakan atas rencana pernikahan papanya dan mama Bian, anak itu tak terlihat lagi batang hidungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak kejadian malam itu, di mana Rayyan melontar penolakan atas rencana pernikahan papanya dan mama Bian, anak itu tak terlihat lagi batang hidungnya. Bahkan, sudah tiga hari Ray tak masuk sekolah. Keterangan izinnya pun tak jelas. Bu Suryani hanya mengatakan bahwa Ray sudah mengirimkan surat izin, tetapi wanita berbadan subur itu tak menuturkan alasannya.

"Lan," panggil Bian, memutar badan pada satu meja di belakangnya ketika jam istirahat tiba.

"Apa?" sahut Arlan yang sedang membereskan bukunya.

"Menurut lo, Rayyan ke mana?" tanya Bian.

"Mana gue tahu. Enggak urus." Arlan yang memang belum bisa akrab dengan Ray, menjawab ketus.

"Kita cari tahu ke rumahnya aja gimana?" ujar Bian, meminta pendapat.

"Kurang kerjaan amat, sih, lo. Mentang-mentang calon sodara. Dianya aja gak mau sodaraan sama lo," seloroh Arlan. Bian sudah menceritakan kejadian beberapa malam sebelumnya. Tentang calon suami Mama Raline yang merupakan ayah dari di kembar Zayyan dan Rayyan pun Arlan sudah ia beri tahu.

"Justru itu yang bikin gue penasaran. Kenapa dia enggak mau papanya nikah sama Mama. Enggak jelas banget tingkahnya. Dia bukan lagi bocah. Harusnya mikir kalau orang tuanya juga berhak punya pasangan," ujar Bian di antara berisik teman-teman lainnya yang ingin pergi ke kantin berburu jajanan.

Arlan sudah selesai merapikan buku dan alat tulisnya. Remaja yang tiga bulan lebih tua dari Bian itu lantas mengeluarkan kotak bekal seraya mengutarakan pendapat. "Mungkin karena selama ini dia tinggal bareng mama kandungnya. Dan enggak terima aja kalau papanya punya wanita lain yang dicinta. Enggak tahu jugalah. Itu dugaan gue doang."

Biananta terdiam. Seandainya saja malam itu ia bisa segera bangkit dan mengejar Rayyan untuk meminta penjelasan, pasti ia tak kebingungan. Akan tetapi, jangankan mengejar Rayyan, untuk sekadar menggerakkan badan saja ia sudah kehilangan kemampuan. Malam itu, setelah Praja juga Kaynan pamit mendadak untuk menyusul Rayyan, Biananta kembali tumbang.

Bian sudah berusaha menghubungi nomor telepon Rayyan yang ia dapat dari grup chat kelas. Namun, hanya operator yang menjawab bahwa nomor tersebut berada di luar jangkauan.

"Gue enggak pernah denger apa pun tentang mantan istri Om Praja, sih. Kecuali waktu Zay meninggal, kayaknya Mama sempet bilang kalau Mama ketemu. Tapi, Mama enggak cerita lebih dari itu," ungkap Biananta sembari memutar kursi hingga sepenuhnya menghadap ke arah Arlan. Seingatnya, memang sang mama tak menceritakan apa pun tentang pertemuannya dengan mantan istri Praja Wiratama.

"Mantan dan calon istri Om Praja ketemu? Wow, gimana tuh interaksi mereka?" Sembari membuka penutup kotak bekal, Arlan berujar demikian. Dan Biananta hanya mengangkat bahu sebagai tanggapan.

Arlan menyodorkan kotak bekal berisi dua potong sandwich tersebut ke arah Bian. "Ambil satu. Pastiin tangan lo bersih. Gue yang bikin sendiri. Gue tahu lo lagi diet gak makan nasi. Itu juga dagingnya sedikit banget. Gue banyakin sayurannya. Aman buat lo," ujar Arlan.

DANCING WITH THE DEATHWhere stories live. Discover now