25. Psikopat [Flashback]

689 82 18
                                    

WARNING!

⚠️

Chapter ini terdapat adegan kekerasan, dan kata-kata kasar. Bagi yang tidak nyaman, boleh mundur perlahan.

Sejak takdir mempertemukan kembali Praja Wiratama dengan Darian Prayudha, keduanya kembali bersahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak takdir mempertemukan kembali Praja Wiratama dengan Darian Prayudha, keduanya kembali bersahabat. Ya, sahabat. Setidaknya itu adalah satu kata yang bisa diterima nalar dalam hubungan sesama pria. Walau nyatanya hanya Darian yang mengerti arti sahabat, tetapi Praja tetap buta karena perasaan cintanya.

Darian yang semula hidupnya baik-baik saja bersama Raline sang istri, mulai terusik dengan keberadaan Praja yang sering menemui Darian, berdalih kerja sama perusahaan. Karena memang Praja yang enggan terjun ke dunia politik seperti sang ibu, memilih menjadi pengusaha.

Berbekal pengalaman masa lalu, Darian menjauhkan keluarganya dari Praja. Terutama sang istri tercinta. Ia tak mau kegilaan Praja yang bisa saja masih tersisa, akan melukai Raline Damarish—wanita yang dinikahi Darian Prayudha.

Namun, di luar dugaan Darian, ternyata Praja bersikap sangat normal, layaknya rekan kerja pada umumnya. Praja Wiratama bahkan menggunakan tutur kata yang sangat sopan dan berkharisma dalam setiap tindak tanduknya, sebagaimana posisi yang ia sandang sebagai presiden direktur sebuah perusahaan. Keberhasilan Praja dalam dunia usaha, menjadikan Darian tak ragu untuk menerima kerja sama yang ditawarkan oleh sang teman lama.

Darian tak tahu saja, jika di balik senyumnya, Praja merencanakan niat jahat untuk membalas dendam. Dendam karena Darian mengkhianatinya.

Jalinan kerja sama perusahaan berjalan dengan lancar, bahkan mendatangkan banyak keuntungan untuk kedua perusahaan. Kebahagiaan Darian semakin lengkap ketika sang anak lahir ke dunia dan diberi nama Biananta Prayudha. Putra pertama, yang ia syukuri segenap jiwa.

Tak berselang lama dari hari kelahiran Bian, istri Praja pun melahirkan putra kembar. Sebagai rekan kerja, mereka saling mengucap selamat dan bertukar kunjungan. Praja tampak sangat normal. Bahkan sang istri mengira suaminya itu sudah berubah waras. Tak lagi berbuat kasar dan justru menunjukkan rasa sayang pada para putranya--Kaynan, Zayyan, dan Rayyan.

Hingga tahun-tahun terlewat, semua tampak baik-baik saja. Darian bahkan sering mengajak Bian bermain ke rumah Praja untuk bisa bermain bersama si kembar, Rayyan dan Zayyan--yang memang seusia.

Ketika itu, tak lama setelah perayaan ulang tahun Bian yang keenam, Darian mendapat undangan agar datang ke rumah Praja guna merayakan ulang tahun si kembar yang memang hanya selisih beberapa minggu dari Biananta.

Raline tidak bisa menemani sang suami dan si kecil karena bersamaan dengan dibukanya usaha butik miliknya. Raline sendiri belum terlalu mengenal Praja, karena memang selama ini Darian sengaja menjauhkan sang istri dari si rekan bisnisnya tersebut, karena khawatir akan kegilaan Praja yang mungkin saja masih tersisa dan bisa membahayakan istrinya. Akibat cemburu buta, misalnya.

DANCING WITH THE DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang