Painful Love

2.5K 347 65
                                    

Like that, I love you
You who hate me are endless
Even the painful wound made me cry
Even the pain was wrenching my heart

***

Ataya melepaskan genggaman tangan Agam dibahunya dengan pelan, kepalanya menunduk, melepaskan tatapan Agam begitu saja yang seakan ingin menggoyahkan dirinya. Ayo Ataya bisa! Ataya bisa lepas dari Agam untuk sementara, kejadian malam itu masih terus terngiang-ngiang di kepalanya ditambah dengan keberadaan laki-laki itu dihadapannya kini membuat hatinya semakin sakit. Ataya tidak mau melihat Agam, untuk saat ini.

"Maaf, Mas... Aku mau istirahat dulu," ucap Ataya pelan, lalu berbalik meninggalkan Agam yang masih terdiam, gadis itu memasuki kamarnya tanpa melihat Agam lagi dan menutup pintunya.

Agam mengusap wajahnya frustasi, Ataya saat ini seperti tidak tersentuh, Ia menyadari bahwa sikapnya dari awal pernikahan pada Ataya memang jahat, tapi Agam sungguh-sungguh ingin memperbaikinya, Ia ingin menjadi sosok suami yang baik untuk Ataya. Kejadian tadi malam memang tidak masuk kedalam ingatannya, dan bagaimana Ia memperlakukan Ataya semalam juga Agam tidak mengingatnya, tapi melihat bagaimana Ataya saat ini, dari awal gadis itu menjauhinya, Agam menyadari bahwa ada yang salah, tapi apa? Agam tidak mengingat semuanya, Agam tidak tahu apa yang menyebabkan Ataya hingga seperti ini.

...

Ataya keluar dari kamarnya sambil membawa gelas yang kosong, Ia kehausan dan air di gelas kamarnya sudah habis, jadi Ia hendak ke dapur untuk mengambil air saat dilihatnya Agam yang sedang duduk disalah satu bangku dekat meja dapur seorang diri. Kenapa Agam masih ada disini? Pikir Ataya laki-laki itu sudah pergi setelah penolakannya tadi.

Mendengar suara langkah, Agam menoleh dan mendapati Ataya yang saat ini berdiri mematung di dekatnya.

"Belum tidur, Ta?" Tanya Agam pelan, Ataya diam tidak menjawab.

"Kenapa Mas Agam masih disini?" Ataya melirik kearah jam di dinding, "Udah jam segini, nanti kemaleman Mas pulangnya," lalu kembali berjalan menuju dispenser untuk menuangkan air ke gelasnya.

Agam memerhatikan pergerakan Ataya dengan diam, ditatapnya punggung Ataya dengan sendu. Keinginannya untuk memeluk Ataya semakin kuat, namun Ia menahan diri karena Ataya yang masih terlihat enggan untuk berinteraksi dengannya.

"Mas boleh nginap disini, Ta?" Tanya nya pelan, ragu jika Ataya memperbolehkan,

Ataya terdiam, masih membelakangi Agam, "Aku gaada kamar lain," jawabnya pelan, lalu berbalik menatap Agam.

"Dikamar mu kalo gitu," Agam balas menatap Ataya dengan sedikit bercanda, Ataya tidak menjawabnya, hanya diam menunduk menatap gelas di kedua tangannya, melihat itu Agam pun berdehem, merasa ucapannya barusan benar-benar dianggap serius oleh gadis itu.

"Bercanda. Mas bisa tidur di sofa atau dimanapun, kamu tenang aja." Agam berucap dengan santai, diliriknya tangan Ataya yang menggenggam gelas dengan erat, gadis itu melirik kearah sofa dan ke penjuru ruangan lainnya.

Agam memperhatikan gadis itu yang masih diam diposisinya, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, entah apa yang jelas Agam melihat raut enggan dan tidak bersahabat dari wajah Ataya. Agam merasa gadis itu berubah dengan cepat, seingatnya kemarin Ia melihat Ataya yang menatapnya dengan khawatir saat baru sampai di apartementnya, lalu dengan telaten memindahkannya ke kamar, memperhatikanya seperti biasanya gadis itu. Namun saat ini, untuk berbicara dengannya saja Ataya seperti banyak pertimbangan, seolah berbicara dengannya adalah salah satu hal yang Ia benci.

"Kenapa?"

Agam mengernyit bingung mendengar pertanyaan tiba-tiba Ataya,

"Kenapa Mas mau disini?" Ataya mendongak, menatap Agam dengan lekat, salah satu pertanyaan yang slalu mencokol dibenaknya sejak keberadaan Agam, apalagi saat laki-laki itu tadi mengutarakan maksudnya.

ᴅʀᴀᴡ ᴀ ʟᴏᴠᴇ | JaeroséWhere stories live. Discover now