Sad Truth

1.6K 240 21
                                    

Was our love all a lie?
I did not know you would be like this to me
How could you not know
*****

Agam menyadari satu hal saat Ataya menatapnya dengan penuh rasa kebencian, tatapan yang tidak pernah Ataya berikan padanya selama ini. Dan menyadari bahwa apapun yang mungkin menjadi alasannya saat ini untuk membawa Ataya kembali padanya, istrinya itu tidak akan pernah ingin kembali lagi sebagaimana Ia dulu. Semakin Agam menyadarinya, semakin Ia ingin memeluk Ataya saat ini juga, bahkan kalau perlu Ia akan berlutut dihadapan Ataya seraya memohon ampun atas semua yang sudah Ia lakukan pada istrinya di masa lalu.

Agam berjalan mendekati Ataya, "Ta..."

"Stop! Jangan dekat-dekat aku," Ataya beranjak duduk dengan susah payah,

Chloe datang saat Agam hendak meraih tangan Ataya untuk membantunya.

"Kenapa, Ta?" Chloe menoleh ke sebelahnya dan mendapati Agam yang kini berdiri dengan penampilan yang acak-acakan, napasnya bergerak tidak teratur seperti habis lari marathon, seraya menatap Ataya tanpa kedip yang kini justru memalingkan wajah seolah tidak menganggap Agam disana.

Chloe mengabaikan keberadaan Agam saat Ataya memegang tangannya.

"Gue mau pulang."

"Iya, ini lo udah boleh pulang, kok. Lo bisa jalan ga? Pake kursi roda ya. Bentar gue ambilin." Chloe berlalu untuk mengambil kursi roda, namun tangan Ataya menahannya.

"Gausah, gue bisa jalan kok."

Chloe pun mengangguk sambil membantu Ataya turun dari ranjang.

Agam hendak mendekati Ataya, namun peringatan dari Ataya tadi membuat tubuhnya kaku seketika. Mendadak semua kata-kata yang ada dikepalanya menghilang, Ia merasakan seperti seluruh hidupnya perlahan direnggut.

"Maafin, Mas, Ta." Lirih Agam seraya menunduk, Ataya yang kini duduk di sisi bangkar terdiam dengan kepala menunduk, bukannya Ia tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Agam, melainkan Ia mencoba untuk menulikan telinganya agar tidak kembali luluh dengan segala ucapan suaminya itu.

"Maaf untuk apa? Untuk salahmu yang mana, Mas?" Ataya mendongak menatap Agam yang masih menunduk.

"Untuk semuanya, Ta, untuk semua yang sudah Mas lakukan ke kamu, yang menyakiti kamu. Mas minta maaf," Agam mendongak, menatap Ataya yang sedang menatapnya dengan mata bergetar, kekehan kecil keluar dari bibirnya yang mungil, seolah apa yang didengarnya hanya omong kosong belaka.

"Bahkan Mas aja gatau salah Mas dimana," Gumamnya, Ataya menggigit bibir bawahnya sebelum kembali berucap.

"Aku Cuma minta Mas tanda tangani surat cerai yang udah aku kasih." Lanjutnya, sebelum mulai berjalan sedikit tertatih dibantu dengan Chloe.

"Ta, Mas bisa jelasin semuanya. Mas tau kamu nemuin kotak yang ada di ruang kerja Mas, kan? Ta—"

Ataya mengangkat tangannya, meminta Agam untuk berhenti, "Aku ga minta Mas jelasin apapun lagi. Dari awal, aku udah salah banget percaya sama Mas. Aku terlalu berharap Mas bisa nerima pernikahan kita, tapi ternyata—" Ataya menggeleng pelan, masih tidak memercayai kebodohan dirinya terdahulu yang percaya dengan segala ucapan dan perilaku Agam.

"Bukannya ini yang mau kamu dari awal kan, Mas? Kita pisah? Aku masih inget gimana kamu ngasih batasan buat aku untuk ga ada di dalam hidup kamu. Jadi sekarang, aku kasih semuanya ke Mas. Mas udah bebas, udah gaakan ada aku lagi di hidup Mas."

Ataya membalikkan tubuhnya sebelum berucap untuk yang terakhir, "Jadi aku minta ke Mas, untuk jangan ganggu aku lagi."

Agam terdiam kaku seolah tidak memercayai apa yang dikatakan oleh Ataya barusan, jantungnya berdegup kencang, bukan ini yang Ia ingin dan harapkan, berpisah dengan Ataya? Demi apapun Agam tidak pernah menginginkan hal itu datang didalam hidupnya, tidak disaat dirinya sudah menemukan Rumah yang tepat, yang slalu akan Ia jadikan tempatnya pulang.

ᴅʀᴀᴡ ᴀ ʟᴏᴠᴇ | JaeroséDove le storie prendono vita. Scoprilo ora