21. Mourning Effect

185 15 0
                                    

TW // ABUSE

***

GIO

Pagi ini lebih tenang daripada biasanya, semua keluarga berkumpul dalam satu ruangan dengan baju formal dan beberapa diantaranya memegang tisu dalam genggaman. Gio berdiri di ujung ruangan menatap para tamu yang datang dan pergi mengucapkan bela sungkawa terhadap Tuan Luwaih yang hari ini ditinggal sang istri ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Di tengah ruangan tampak Zuhra duduk mendampingi jenazah sang ibu mertua yang akan dikebumikan setelah pukul dua belas, tidak ada ekspresi sedih atau kehilangan yang amat sangat, hanya pandangan kosong dengan tangan yang mendekap tangan jenazah yang telah dibalut kain kafan sementara Tuan nya –Andra- sibuk menghubungi beberapa pihak untuk menyegerakan pemakaman.

"sebentar lagi jenazah diberangkatkan." Ujar pelayan keluarga Luwaih yang lain. "kamu temenin nyonya muda, dia kayaknya terpukul."

Gio mengangguk seraya berjalan melewati Andra yang sibuk menelpon, sayup-sayup terdengar ucapan Andra ketika laki-laki itu pergi menjauhi ruang duka.

"ngga bisa sekarang, Mama meninggal hari ini." ucapnya sangat pelan seraya kepergiannya dan Gio mendekati Zuhra.

"mau ikut ke pemakaman?" tanya Gio. "saya temani."

"ya." jawab Zuhra. "makasih Gio."

Seraya pandangannya beredar, pendengaran tajam Gio menangkap beberapa suara yang bergosip.

Itu menantu Nyonya Luwaih? Cantik ya...

Belum punya anak tapinya, kasian Nyonya padahal beliau pengen banget gendong cucu segera

Udah berapa lama sih mereka nikah? Apa istrinya ada masalah kesehatan?

Kecantikan yang sia-sia..

Gio menggenggam erat jemarinya, andai mereka tahu...

"jadi aku naik mobil yang mana?" Zuhra mendongak dengan tangan merapihkan rambut yang sedikit berantakan.

"nanti diberitahu." Jawab Gio seraya Andra kembali. "Tuan, Nyonya semobil sama Tuan kan?"

"aku di ambulans, Nyonya sama kamu." Balas Andra singkat kemudian berlalu lagi, menyisakan Zuhra yang tangannya hendak meraih sang suami namun tak sempat.

"oke. Ayo Gio kita jalan bareng aja." Ucap Zuhra dengan wajah yang berusaha tersenyum.

Gio mengangguk seraya mengikuti langkah Zuhra menuju pekarangan rumah mencari arahan untuk menaiki mobil menuju pemakaman. Laki-laki itu masih mencari makna dari balik pandangan Zuhra yang benar-benar tanpa ekspresi ditambah pembicaraan Andra dengan sosok misterius di balik telpon beberapa saat lalu....

"dateng lain kali aja ya, jangan sekarang. Situasinya bisa rumit."

***

ZUHRA

Pandangan Zuhra memburam, nafasnya mulai putus-putus seraya jeratan tali di lehernya semakin erat. Telinganya turut mendengar hela nafas Andra yang memburu.

"siapa yang nyuruh tutup mata?" ucap Andra dingin, "liat aku kitty cat, buka mata kamu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"siapa yang nyuruh tutup mata?" ucap Andra dingin, "liat aku kitty cat, buka mata kamu."

Zuhra memaksa membuka mata, menatap sang monsieur dengan wajah merah padam dan mata berkaca-kaca di hadapannya. Baru beberapa jam setelah pemakaman sang Ibunda, laki-laki itu mengekspresikan kedukaannya secara berbeda pada Zuhra.

"m—mons--" suara Zuhra terputus, lagi-lagi ia memejamkan mata berharap besok ia masih bisa menatap langit pagi lantaran permainan Andra yang mulai melewati batas. Dengan gemetar ia mencengkram lengan Andra yang menjerat leher dan kakinya mulai menendang nendang ke udara. Menyadari wajah Zuhra yang mulai membiru akhirnya Andra melepas jeratan.

".... Kenapa harus kaya gini?!" akhirnya Zuhra mampu buka suara setelah udara berhasil kembali mengisi paru-paru. "aku... bisa peluk kamu... rengkuh kamu.... Tapi kamu... malah nyuruh ke.... playroom."

Andra diam seribu bahasa dengan tangan sibuk merapihkan alat-alat 'bermain'-nya, punggung yang terlihat berduka itu ingin sekali Zuhra kuatkan tapi Andra berucap..

"jangan sekalipun nyentuh aku sampe aku ijinin."

HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora