32. The News

139 16 1
                                    

***

ZUHRA

Bulir bulir air menjelajah wajah hingga menetes ke lantai kamar mandi, perempuan itu segera mengambil handuk kimono untuk mengeringkan tubuh dan handuk kecil untuk membalut rambutnya yang basah. Seraya keluar dari kamar mandi ditatapnya sosok laki-laki yang duduk dengan seluruh tangan menutup wajahnya.

"tenang, ngga akan jadi." Ucap Zuhra. Alih-alih Satya merespon positif, laki-laki itu bangkit dengan wajah merah padam.

"apa yang kamu lakuin, Ra?" ucapnya dengan intonasi lebih tinggi. "aku berusaha ngelindungin kamu tapi kamu memaksakan semuanya."

Dahi Zuhra berkedut, bukan ini respon yang ia harapkan. "aku serius ngga denger kamu tadi bilang apa." Ucapnya menahan emosi. "kan tadi aku bilang karena terlalu seru jadinya--"

"kamu manfaatin aku?" potong Satya. "kamu perempuan orang lain Ra, tolong lah! Perasaan aku ke kamu bukan cuman untuk hal ini!"

PLAK! Tamparan melesat di pipi Satya, kali ini Zuhra tidak menahan diri lagi meski ia mencintai laki-laki di hadapannya.

"kamu ngga pernah tau rasanya menginginkan keturunan tapi ga diizinin sama pasangan kamu." Cetus Zuhra dengan tatapan yang berkilat. "kamu ngga tau... rasanya mencintai orang lain tapi Cuma dipandang sebagai objek."

Pandangan Satya memburam oleh air mata, hidungnya memerah menahan emosi. Kenekatan nya selama ini membuahkan petaka yang belum ia persiapkan konsekuensinya.

"ya... aku ngga pernah tahu." Ucap Satya lirih. "mungkin itu sebabnya Tuhan ga izinkan kita bareng karena ketulusan aku.... kamu manfaatin."

Zuhra tertegun ketika Satya berbalik dan memasukkan barang-barang ke dalam koper, "kamu mau kemana?!"

"bukan urusanmu." Balas Satya dengan suara gemetar. Dalam waktu 20 menit laki-laki itu keluar dari ruangan meninggalkan Zuhra yang menghempaskan diri ke kasur, meraung melepaskan emosi batin yang ia derita.

***

SATYA

"mas... "

"mas.... "

Satya membuka mata dengan berat hati, diliriknya jendela kamar yang memancarkan sinar mentari tipis-tipis.

"ya bu."

"ada tamu buat mas." Ucap Ibu dari sisi pintu kamar.

"bilang aja aku sakit, ngga terima tamu." Balas Satya enggan. Semenjak kejadian tak terduga bersama Zuhra, Satya mengambil cuti panjang lantaran mengalami psikosomatis yaitu demam dan muntah-muntah berkelanjutan. Ia juga mengabaikan ponselnya setelah tiba di kampung halaman, tak peduli siapapun yang akan menghubungi.

"katanya dia janji sama kamu untuk ke sini.... dari lama." Ucap Ibu lagi. Satya bergelut kesal di kasur kemudian bangkit membuka pintu dan terpana melihat sosok di depannya.

"lu kenapa----"

"astaga bang, lo tirus banget!" seru sosok itu, "udah ke rumah sakit, tante?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"astaga bang, lo tirus banget!" seru sosok itu, "udah ke rumah sakit, tante?"

Ibu menggeleng, "anaknya bebal emang, dibujuk nolak terus."

"bukan penyakit serius, ngga harus dirawat." Satya menghela nafas, setelah dua minggu hibernasi tak disangka sosok Zidan ada di hadapannya. "ngomong-ngomong... ga nyangka ternyata lo ngga gimmick doang pengen kesini."

Zidan menoleh ke Ibu, "em... maaf Bu bisa kami bicara di kamar bang Satya? Ada yang perlu saya sampaikan Bu hehe... makasih."

Dengan tangan yang memegang nampan sajian, Zidan memasuki kamar dan duduk di lantai. "lu ga baca berita sama sekali bang?"

"gue sakit males ngapa-ngapain." Satya mengusak rambutnya pelan. "kenapa emang?"

Zidan mengeluarkan ponsel dan menunjukan laman berita


SKANDAL RUMAH TANGGA KELUARGA LUWAIH ; DUGAAN PENGANIAYAAN?


"Hi---- hilang? Bu Zuhra??" sontak mata Satya membelalak, jantungnya berdebar kencang.

"baca dulu beritanya bang." Ujar Zidan membantu Satya menggeser layar ponsel.

"..... rumah tersangka dengan inisial AL digrebek oleh pihak kepolisian setelah menerima dokumen berisi foto bukti penganiayaan atas nama Z dari pihak yang tidak bisa disebutkan identitasnya." Satya perlahan membaca berita. "ditemukan benda-benda tidak umum yang berasal dari rumah tersangka."

"coba liat di sini, bang." Ucap Zidan menujuk pada suatu kalimat di berita. "bu Zuhra ilang.... sejak dua pekan lalu."

Satya menelan ludah, dua pekan itu tepat di hari saat ia meninggalkan Zuhra di penginapan. Ketika rencana staycation mereka gagal total karena kejadian itu.

".... lo tau sesuatu?" tanya Zidan. Satya menggeleng demi menjaga nama baiknya.

"kita harus cari dia, Dan." Ucap Satya dengan telapak tangan yang menumpu dahi. "gue khawatir dia kenapa-napa, lo kan jago ngelacak orang... please."

Zidan termenung, "gue udah lakukan segala cara Bang, tapi.... informan gue pun ga menemukan apa-apa. Data dari ponsel beliau pun ngga terdeteksi."

Satya menghela nafas, lagi-lagi penyesalan merundungi dirinya. Kenapa ia meninggalkan perempuan itu? Kenapa ia terlarut dalam emosi sehingga malam itu dia pergi?

Jemari Satya mengepal erat, ia harus menemukan Zuhra. Ia harus mengembalikan perempuan itu ke pelukannya.

HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️Where stories live. Discover now