Part 7

97 34 293
                                    

07). WEEKEND YANG DITUNGGU-TUNGGU TWINS


====================
HAPPY READING
====================






Si kecil Kia tampak tersenyum miring seolah memberi sebuah kode, alhasil Kio sang adik pun mengangguk menyepakatinya.

"PAPIIII AYO KE SUPELMACETTT!"
Rupanya keduanya berteriak tepat di sepasang telinga Raka.

Sang ayah yang kondisinya itu masih tertidur pulas, kini langsung terbangun lantaran kaget. Hampir saja gendang telinganya pecah. Biasanya ia bangun oleh adzan subuh, bukan teriakan anak dakjalnya itu.

"Kia-Kio kebiasaan ngangetin... Jangan diulangi lagi ya?"

Si kembar mengangguk.

Raka pun tersenyum. Namun kemudian tersadar, tidak ada Darra di sampingnya. Ia lalu melirik jam. Masih pukul 03.00. Apakah istrinya itu sudah bangun? Dan Raka memilih bertanya pada sang anak yang secara mengejutkannya sudah bangun di sepertiga malam ini.

"Kalian kok udah bangun sih sayang? Ini masih petang lho...."

"Ayo ke supelmacettt papii!" sahut Kia kelewat amat girang.

Bagaimana tidak. Weekend adalah hari yang paling ditunggu-tunggu, karena papinya itu libur bekerja dan sudah berjanji akan mengajaknya dengan Kio ke supermarket membeli kinderjoy dan juga es cream.

"Cekalang hali minggu papii," Kio turut memperjelas.

Raka pun lagi-lagi tersenyum tipis di tengah kantuknya. Mengahadapi anak kembar lucu itu memang harus penuh dengan kesabaran. Apalagi wajah kedua anak itu tengah bersemangat, Raka tidak mau mereka kecewa. Tentu saja ia akan menepati janjinya. Tapi nanti.

"Iyaaa kita ke supermarket---"

"Yeyy kita ke supelmacett cekalang!!!"

Darra yang rupanya dari toilet, kini muncul mengomel. "Jam segini supermarketnya belum bangun. Dasar unyil-unyil tolol. Jam segini aja udah bangun! Nggak liat hah ini masih gelap? Tidur lagi sana!!"

Kia langsung memasang raut tak suka. "Tia-tio banun juga kalena kaget tau, dengel mami lali-lali ke wece!"

Darra mendelik tajam. Memang benar tadi ia terbangun karena ada panggilan alam, tapi apa sekeras itu suara langkah kakinya? Sementara Raka yang masih ber-positif thinking, justru tersenyum hangat.

"Kamu abis wudhu mau tahajjud ya sayang? Kok nggak ajak aku?"

"A-abis boker yang ada..." sahut Darra pelan sekaligus malu.

"Pantecann bau tai!" ejek Kia.

•••

"Nait teleta apii~"

Itu Kio yang mengawali lagu naik kereta api untuk bahan sahut-sahutan dengan Kia selama perjalanan dalam mobil sang ayahnya.

"Tut tut tut! Ciapa hendat tulunn!"

Darra menutup telinganya yang kini terganggu. Karena si imut Kia cenderung bernyanyi dengan suara bak terompetnya.

"Te bandun... culabayaa~"

"Bolelaa nait denan pelcumaa!!"

Darra kini berdecak. "Kia fals banget. Jelek, nggak enak ditelinga..."

"Emana tia altis yang puna cuala bagus? Mami juga cualanya taya toa!"

Mendengar balasan Kia yang terlalu menohok, Darra mencebik kesal. Berbeda dengan Raka, ia justru terkekeh sambil tetap fokus menyetir.

THE REAL KELUARGA RECEH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang