Part 10

83 28 273
                                    

10). CEMARA TERUS YAA SAMPAI KIA-KIO GEDE



====================
HAPPY READING
====================





Semalaman, tidur Kia-Kio tidak nyenyak. Sesekali keluar tangis dan rintihan mereka memanggil-manggil mami. Tentu saja Raka sangat tidak tega, bahkan ia sempat merasa menjadi ayah terbodoh di dunia. Maka di malam itu pula Raka berjanji, apapun yang terjadi, hari esok juga ia akan menjemput Darra kembali.

Sementara pagi ini Raka tengah menyeduh secangkir teh hangat di balkon kamarnya. Sendiri, menikmati langit yang amat cerah seraya menunggu si kembar bangun dari tidurnya. Alih-alih mampu menetralkan pikirannya yang berbalut risau sejak dua hari lalu.

"Papiiii!"

Sontak Raka menoleh. Rupanya yang muncul itu adalah buah hati kembarnya, sambil dengan menerbitkan senyum terbaiknya. Seolah-olah beban pikiran keduanya semalam telah hilang dari ingatan.

"Heiii selamat pagi sayang... Bangun-bangun kok ceria banget sih," tutur Raka lembut.

Dengan semangat pun Kia-Kio mendekat lalu mendongak, menunjukkan wajah penuh cerianya itu kepada sang papi.

"Tia cama tio kan tadi abis ke pantai cama papi mami!"

"Poto-poto baleng cama beli es telapa muda. Hemm cegel..."

"Telus tia-tio juga belenang pake pelampung bebek!"

Raka hanya mengernyit gemas menyimaknya. Kedua anak itu pasti hanyalah habis bermimpi. Kok bisa samaan yah mimpinya.

"Kia-Kio langsung mandi yuk? Abis itu makan terus ke rumah om--"

"Makan cambil jalan-jalan papii! Liat anjing, embe, kucing... Cama liat capi-capinya pak elte!"

Alhasil Raka hanya bisa tersenyum lebar, lalu mengangguk.

•••

Amat cenang~
Cungguh cenang~
Bangun pagi-pagi amat cenang~

Begitulah salah satu lagi yang disenandungkan oleh Kia-Kio sambil berkeliling komplek bersama sang papi. Terkadang si kembar berjalan santai bergandengan, bersenda gurau, bahkan lari-larian. Hingga Raka yang mengekorinya dengan membawa satu mangkok makan untuk mereka pun harus extra sabar. Mereka terlalu aktif dan unyu-unyu. Bagi Raka lelah, tetapi ia bangga karena mereka adalah calon anak-anak pintar yang mau menggali dan beradaptasi dengan lingkungannya.

"Tia! Tupu-tupuu!"

Telunjuk mungil Kia langsung menapak pada bibir adiknya itu yang barusan bersorak keras menunjukkan seekor kupu biru yang hinggap di atas bunga tulip di pinggir jalanan.

"Jangan belicik tioo... Ayo tangkap tupu-tupunya."

Kio mengangguk, spontan mengikuti langkah hati-hati sang kakak menghampiri si kupu cantik tersebut.

"Catuu... Duaaa---"

"Kenapa sayang? Kok pada berhenti?" tanya Raka yang tidak tahu.

Lantas si kembar pun cemberut pasrah karena suara papinya itu telah mengangetkan si kupu dan membuatnya terbang.

"Yahh... Maafin papi yaa... Nanti kalo ada kupu-kupu lagi papi tangkepin deh. Sekarang buka mulut lagi ya biar makannya cepet abis?"

Kia-Kio pun membuka mulutnya, bahkan berebutan menerima suapan dari Raka. Untungnya saja Kio bersedia mengalah, sehingga mereka tidak berlanjut ke fase pertengkaran. Bagi Raka lumayan lah, tinggal separuh. Soalnya dari tadi Kia-Kio makannya diemut mulu.

THE REAL KELUARGA RECEH [On Going]Where stories live. Discover now