05. Maaf Untuk Semuanya

408 54 2
                                    


Mata dengan sorot ketenangan itu perlahan terbuka, kala merasakan usapan lembut tepat disurai hitam lebat miliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata dengan sorot ketenangan itu perlahan terbuka, kala merasakan usapan lembut tepat disurai hitam lebat miliknya.

“Bunda ganggu tidur kamu, ya?” Bunda bertanya dengan lembut, sembari memperhatikan setiap inci wajah pucat sisulung.

Gelengan Gentala tunjukkan untuk menjawab pertanyaan yang tadinya dilontarkan Bunda. Melihat tanggapan sang anak, Indah lantas mengukir senyum tipis.

“Badan kamu udah enakan?” Usapan pada rambut Gentala Indah hentikan, atensi perempuan paruh baya itu kini benar-benar terpokus pada sang anak.

“Aku baik-baik aja. Bunda jangan khawatir lagi, ya?” Gentala membalas ucapan bunda penuh keyakinan.

Indah menanggapinya dengan anggukkan. “Bunda keluar dulu, ya? Kamu lanjut tidur lagi.”

“Bunda, aku boleh nanya sesuatu?” Indah yang tadinya hendak beranjak, lantas terhenti ketika suara pelan Gentala terdengar.

“Boleh. Genta mau nanya apa?” Indah membalas sembari menunggu pertanyaan apa yang akan dilontarkan anak pertamanya.

“Lintang udah pulang?” Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pertanyaan Gentala, namun entah mengapa raut wajah Indah begitu berlebihan dalam menanggapi ucapan sang anak.

Indah menghembuskan nafasnya dulu secara kasar, baru membalas pertannyaan itu. “Lintang udah pulang dari tadi. Sekarang dia lagi tidur dikamarnya.” Kebohonggan itu meluncur begitu saja dari mulut Indah.

“Udah, ya? Sekarang kamu tidur. Selamat malam anak Bunda!” Setelah melayangkan satu kecupan singkat didahi Gentala, Indah segera beranjak untuk pergi, dengan Gentala yang mulai menutup matanya kembali.

Beberapa menit setelahnya, Gentala kembali membuka kedua matanya ketika sang Bunda sudah keluar dari kamarnya. Setelahnya, dirinya segera bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk. Dirinya tatap lamat-lamat pintu kamar yang tadinya dilewati sang Bunda. Setelah memastikan Bunda sudah benar-benar tidak terlihat lagi di pandangan matanya, akhirnya ia segera berjalan pergi untuk keluar dari kamar.

Gentala dengan langkah pelan, segera melangkahkan kakinya menuju kamar milik Lintang. Dirinya ingin memastikan, kalau Lintang sudah tertidur lelap dikamarnya.

Sejujurnya, Gentala sedikit ragu ketika bertanya pada bunda. Bunda tadi mengatakan bahwa Lintang sudah pulang kerumah, dan sudah tertidur lelap dikamarnya. Namun, ada sedikit keraguan dalam dirinya ketika mendengar ucapan Bunda yang satu itu.

Benar saja, setelah Gentala memasuki kamar, ia langsung dikejutkan kala tidak menemukan keberadaan Lintang dikamarnya. Kecurigaannya pada ucapan Bunda jelas terbukti.

Gentala mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang tergeletak didinding kamar itu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun mengapa Lintang belum juga pulang? Perasaan khawatir mulai hinggap dihati remaja itu.

HAPPINESS [END]Where stories live. Discover now