13. Lukisan

318 48 5
                                    


Senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senang. Kata itu benar-benar mampu mendeskripsikan hati Lintang saat ini. Sehabis pergi kepantai dan menghabiskan waktunya untuk menikmati indahnya pesona laut biru, rasanya Lintang benar-benar merasa bahagia. Ditambah lagi sekarang, Lintang sudah sampai dirumah. Rasanya, Lintang benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengan bunda dan melepas rindu.

“Ayah pulang dulu. Jaga diri kamu baik-baik, ya? Kalau butuh sesuatu, hubungi saja ayah.” Fahendra berucap dengan nada pelan, tidak lupa, sebuah senyuman tulus dirinya tunjukkan juga untuk anak bungsunya.

Lintang merespon dengan memberikan sebuah anggukan singkat pada sang ayah. Setelahnya, Lintang segera masuk kedalam rumah menyusul Gentala yang sudah masuk terlebih dahulu. Sebelum pergi, tidak lupa Lintang menyalami tangan sang ayah terlebih dahulu.

“Mau makan dulu, atau langsung tidur aja?” Suara milik Gentala sudah terlebih dahulu menyambut kedatangan Lintang yang baru saja menginjakkan kakinya kedalam rumah.

“Bunda ngga ada dirumah, bang?” Lintang tidak menjawab pertanyaan Gentala, anak itu mala balik bertanya sembari menatap sekitar rumah untuk mencari keberadaan sang ibunda.

“Bunda mungkin pulang telat hari ini, bunda bilang, kerjaannya lagi numpuk banget.” Balas Gentala memberi jawaban untuk pertanyaan yang tadi adiknya berikan. Sejujurnya, Gentala tidak mau menjawabnya, karna tau Lintang pasti akan sangat kecewa setelah mendengar jawabannya nanti. Namun, Gentala juga tidak punya pilihan lain selain menjawab pertanyaan itu.

Mendengar itu, dengan sekejap rasa senang yang tadinya begitu membuncah, mendadak hilang begitu saja. Perasaan senang tadi langsung digantikan dengan rasa kecewa serta rasa rindu yang semakin membuncah didadanya.

“Kenapa bunda harus sibuk sekarang, bang? Aku pengen banget ketemu bunda. Aku kangen bunda.” Dengan sengaja Lintang tundukkan kepalanya agar Gentala tidak melihat mata berkaca-kaca miliknya setelah mengucapkan kalimat itu.

Gentala menghembuskan nafasnya pelan, dan dengan langkah pelan segera mendekat kearah sang adik. “Bunda pasti pulang sebentar lagi.”

Gentala dengan lembut mengusap bahu sang adik, “Ngga usah sedih! Nanti juga bakalan ketemu kok.” Ucap Gentala menggebu-gebu.

Hanya anggukan kepala yang Lintang tunjukkan untuk merespon ucapan sang abang.

“Sekarang kita harus apa supaya kamu ngga sedih lagi?” Tanya Gentala berusaha untuk membujuk sang adik.

“Aku mau langsung tidur aja.” Lintang hendak pergi setelah mengucapkan itu, namun pergerakkannya langsung ditahan oleh Gentalan.

“Makan dulu, baru tidur.” Gentala berucap tegas.

“Aku udah kenyang.” Tolak Lintang dengan mengucapkan sebuah kebohongan.

“Jangan ngeyel, ayo makan dulu.” Gentala kembali memaksa Lintang untuk mengisi perutnya. Setelah tidak mendapat penolakkan apapun lagi, lantas dengan segera Gentala tuntun sang adik menuju meja makan.

HAPPINESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang