16. Tolong Tetap Hidup

430 57 9
                                    


Rintik gerimis kecil masih setia berjatuhan dari atas langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik gerimis kecil masih setia berjatuhan dari atas langit. Udara dingin yang begitu terasa menusuk, berhembus kencang menerpa setiap inci permukaan kulit. Bau tanah yang basah akibat guyuran air hujan menyeruak masuk ke dalam indra penciuman.

Dikursi kayu yang basah itu, Lintang duduk diam sembari menundukkan kepalanya. Sekujur tubuh serta baju yang dikenakan oleh remaja laki-laki itu sudah basah kuyup akibat diterpa oleh hujan yang beberapa menit lalu begitu deras turun ke permukaan bumi.

Ditengah sunyinya suasana di sana, suara isakkan terdengar begitu menyakitkan diindra pendengaran. Lintang menangis.

Dada miliknya sesak, nafasnya terputus-putus akibat hebatnya isakkan yang diciptakan oleh tangisan pilu itu. Sakit. Hati Lintang sakit sekali. Setelah mendengar ucapan Bunda tadi, dan melihat besarnya kepedulian yang Bunda tunjukkan untuk putra sulungnya, cukup membuat Lintang sadar. Bunda tidak menginginkannya. Yang Bunda butuhkan hanya Gentala. Ingat, hanya Gentala.

Cukup lama menangis dengan posisi menunduk seperti itu, Lintang lantas menengadahkan kepalanya kala suara yang sangat ia kenali menyapa indra pendengarannya.

“Berhenti nyiksa diri sendiri, Lintang.” suara yang sama. Namun kali ini nada bicaranya tidak terdengar mengjengkelkan kali ini.

Lintang dapat mendengar ucapan barusan dengan jelas. Walau kini, ia hanya mengenakan satu alat bantu dengar disalah satu telinganya.

Kalandra. Dialah yang tadinya mengatakan seuntai kalimat singkat itu. Entah perasaannya saja, atau memang dirinya dan Kalandra lebih sering bertemu? Entahalah, Lintang tidak ingin memusingkan hal tidak penting seperti itu.

Kalandra dengan langkah pelan berjalan mendekati Lintang dan membawa dirinya untuk duduk tepat disebelah remaja itu. Kalandra menatap Lintang dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Entah mengapa, mendadak perasaannya menjadi gelisah ketika melihat Lintang seperti ini. Bayang-bayang masa lalu, seolah-olah berputar dan terus mengingatkannya pada seseorang.

Setelahnya, tanpa diduga-duga, Kalandra dengan kasar membawa tubuh kecil Lintang ke dalam dekapan hangat miliknya.

“Sean, gue disini, gue bakal selalu ada buat lo.” entah sadar atau tidak, sontak saja ucapan itu terlontar dari mulut Kalandra.

“Tapi janji, ya? Lo tetap di sini aja, dan jangan tinggalin gue.” kembali, Kalandra mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak dimengerti Lintang.

Lintang hendak melepaskan pelukkan itu secara paksa, namun niatnya diurungkan kala mendengar suara isakkan kecil yang keluar dari mulut Kalandra. Entah mendapat dorongan dari mana, lantas saja tangan Lintang terangkat untuk mengusap punggung bergetar Kalandra.

“Sean, jangan tinggalin gue, ya?” Kalandra kembali berucap tidak jelas.

“Ini Lintang, bukan Sean,” balas Lintang memberitahu.

HAPPINESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang