12. Terimah Kasih, Laut

320 44 0
                                    


Hari yang ditunggu-tunggu oleh Lintang untuk keluar dari rumah sakit, akhirnya datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Lintang untuk keluar dari rumah sakit, akhirnya datang. Kini, Gentala, Lintang serta sang ayah tengah dalam perjalanan pulang menuju rumah. Diperjalanan menuju rumah, hati Gentala terus-menerus dipenuhi rasa khawatir untuk sang adik. Kondisi adiknya itu masih terbilang belum sepenuhnya sembuh, namun Lintang sudah bersikeras untuk pulang kerumah. Gentala serta sang ayah tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Lintang setelah anak itu bersikukuh bahwa dirinya telah sembuh. Walau begitu, tetap saja Gentala masih khawatir.

Gentala yang tadinya sibuk dengan pikirannya sendiri, mendadak sedikit terkejut kala mobil milik sang ayah berhenti secara mendadak.

“Hampir saja ketabrak!” Fahendra berusap sembari mengusap dadanya perlahan. Lelaki paruh baya itu terlihat terkejut kala seorang anak kecil dengan kostum badut berlari dengan kencang tampa memperhatikan mobil yang melaju kearahnya. Untung saja tadi Fahendra sempat menginjak pedal rem, jika tidak, mungkin hal buruk akan menimpa anak itu.

Fahendra beserta kedua anaknya lantas keluar dari mobil untuk menghampiri anak kecil dengan kostum badut doraemon itu.

“Kamu ngga apa-apa, kan?” Fahendra berucap dengan nada khawatir. Tangan kekar miliknya dengan sigap membantu si anak untuk membuka topeng kostum yang tadi dirinya tengah kenakan. Setelah terbuka, pemandangan semuanya langsung teralihkan pada wajah pucat pasi yang dipenuhi oleh ketakutan itu.

“Muka kamu pucat sekali. Ada yang sakit?” Fahendra berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan anak itu.

“A-aku baik-baik saja. Maaf ya, om. Aku tadi nyebrangnya ngga liat-liat dulu.” Sesal bocah laki-laki itu.

“Tidak apa-apa. Lain kali lebih hati-hati lagi, ya?” Fahendra tersenyum kecil dengan satu tangan yang terangkat untuk mengusap kepala milik sang anak.

Anggukkan diberikan oleh bocah laki-laki itu sebagai tanggapan untuk membalas ucapan pria paruh baya dihadapannya.

“Kamu mau kemana?” Lintang yang sedari tadi hanya diam, mulai membuka suaranya.

“Mau pulang kerumah. Sudah mau sore, nenekku dirumah pasti khawatir sekali karna aku belum pulang.” Balas sang bocah dengan raut wajah gelisah. Dirinya benar-benar gelisah saat ini. Banyak pikiran yang melayang-layang diatas kepalanya. Apa nenek sudah makan? Apa nenek masih menunggunya diluar rumah? Apa nenek sudah minum obat, belum? Semua kekhawatiran tentang sang nenek, terus berputar-putar dikepalanya. Rasanya, dirinya ingin menangis saat ini juga.

“Nama kamu siapa?” Lintang mendekat kearah bocah laki-laki itu dan menanyakan satu pertanyaan lagi.

“Azam” Balas anak laki-laki bernama Azam itu.

“Ayah, boleh kita antar Azam pulang?” Tanya Lintang meminta persetujuan dari sang ayah. Lintang khawatir harus melihat Azam pulang sendirian, jadi dirinya lebih memilih untuk meminta tolong pada sang ayah untuk mengantar Azam pulang.

HAPPINESS [END]Where stories live. Discover now