08. Ada Luka Disetiap Tulisannya

350 46 10
                                    


Untuk kesekian kalinya, Gentala kembali menitikkan air matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk kesekian kalinya, Gentala kembali menitikkan air matanya. Lembaran buku yang diisi oleh tulisan rapi itu bahkan sudah basah akibat tetesan air mata yang terus meluncur dari pelupuk matanya.

Gentala menutup buku dengan sampul penuh stiker itu dengan pelan akibat tidak tahan lagi membaca setiap lembarannya. Walau disetiap lembaran hanya berisi kata-kata singkat, namun kata-kata itu benar-benar mampu membuat hati Gentala merasa sakit dan sesak secara bersamaan.

Gentala benar-benar merasa gagal dalam menjadi sosok kakak yang baik bagi Lintang. Seharusnya, Gentala dapat memahami Lintang dan selalu ada untuknya kapanpun. Namun, dia gagal. Jangankan memahami Lintang, mengerti tentang apa yang dirasakan adiknya saja Gentala belum bisa. Gentala menyesal. Sangat.

Gentala tatap lama-lama pemandangan yang menyuguhkan secara langsung belakang rumah kecil tempat dirinya tinggal. Rumah sederhana yang kehilangan hangatnya sejak lama. Rumah yang sudah terasa dingin tampa sedikitpun cahaya kehangatan dan juga canda tawa yang muncul. Semuanya sirna. Hancur tidak tersisa. Meninggalkan sejuta kenangan manis yang begitu menyakitkan untuk diingat.

Gentala bangkit dari posisi duduknya dengan kedua tangan yang masih setia memegangngi buku kecil yang tampa sengaja dirinya tadi temui dikamar Lintang. Dengan langkah pelan Gentala berjalan mengelilingi pohon besar nan rindang. Tempat ini, tempat dimana Lintang sering menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar melamun sembari memikirkan banyak hal. Tempat ini menjadi saksi bisu disaat Lintang berbicara seorang diri mengeluarkan semua yang dirinya pendam. Ditempat ini juga, Lintang membuat banyak karya lukisan dan juga deretan tulisan rapi yang mampu membuat siapa saja menangis ketika membaca setiap untaian katanya.

Gentala menghentikan langkahnya ketika kakinya mulai terasa pegal akibat terlalu lama berdiri. Dengan langkah pelan segera Gentala berjalan mendekat untuk mendudukkan dirinya kembali diatas sebuah kursi kayu sederhana yang kemarin dirinya buat. Gentala membuat kursi itu dengan susah paya hanya untuk Lintang. Gentala ingin, adiknya dapat duduk dengan nyaman ketika tengah menghabiskan waktunya disini. Jadilah dirinya membuatkan tempat duduk yang nyaman ini untuk Lintang.

Gentala menundukkan kepalanya untuk menatap buku kecil yang sedari tadi dirinya usap dengan lembut. Setelah terjeda beberapa saat, kembali Gentala membuka lembaran buku itu. Sebenarnya Gentala tidak ingin membacanya lagi, namun dirinya ingin tau. Jadi, Gentala memilih untuk kembali membacanya.

19 Maret 2022.
Hari ini Aku ulang tahun.
Hari ini aku seneng banget, karna abang kasih aku hadiah!
Mau tau isi kadonya apa? Isinya boneka kucing lucu sama kertas yang isinya tulisan rapi abang Gentala! Abang tau banget kalo aku pengen boneka itu. Makasih banyak buat abang!

Isi surat abang Gentala:
Selamat ulang tahun ade abang!
Semoga panjang umur, dan bahagia selalu!
Kamu suka ngga sama hadiahnya?
Abang sebenarnya pengen beliin hadiah yang lain, tapi karna kamu keliatan suka banget sama boneka itu, jadi abang beliin boneka itu aja. Aneh banget! Masa cowo suka boneka? Hahaha

HAPPINESS [END]Where stories live. Discover now