ekskul

300 31 0
                                    

Hari Sabtu itu waktunya ekskul yang kegiatannya berhubungan dengan fisik. Tapak suci, paskibra, pramuka, juga marching band. Tapi nggak seperti biasa, lapangan Sabtu pagi ini bakal diisi sama anak-anak marching doang. Taufan salah satunya.

Ngedumel, dia tendang kerikil yang tertimbun pasir sambil jalan ke masjid buat nungguin anggota yang lain.

Tiba-tiba ada yang nepuk Taufan dari belakang kuat-kuat, terus lanjut lari ke masjid sambil ngeledek julurin lidah. Itu Blaze.

"Adu-AH SAKIT hissssss."

Taufan kesel terus ngejar si pelaku yang udah buat punggungnya yang dia yakin udah merah. Pas terkejar, dia ngebales mukul pundak Blaze nggak kalah kuat. Suaranya sampai buak.

"ANJ- astaghfirullah," Blaze elus dada nahan emosi. Terus gantian elus pundaknya sambil natap tajam Taufan yang masih badmood.

"Rasain lu."

"Apaan sih, ya maap."

"Yang ikhlas kek."

"Maaf Taufan gantengggg, dah?"

Taufan mendengus lalu ngalihin pandangan, "Iya, maaf juga." balesnya ngerasa bersalah juga. Pasti sakit banget rasanya. Pernah digituin sama Halilintar soalnya. Pas itu katanya nggak sengaja, tapi perih banget.

"Gantengnya mana?"

"Jelek."

Dahlah, Blaze ngambek aja.

Mereka berdua duduk depan masjid. Pantatnya nempel di lantai tapi kakinya masih di luar batas suci. Males lepas sepatu. Mereka lihat-lihat gerbang sekolah yang cuman dibuka satu pintu. Nunggu anak-anak marching band lewat situ.

Mereka diem-dieman. Sebenarnya mau ngomong tapi nggak ada topik.

Mulut Taufan gatel. Jadi akhirnya dia ngomong basa basi, "Lapangan sepi ya."

Blaze langsung ngegas, "KAN, kok yang lain nggak ekskul juga ya walaupun libur semester. Nggak latihan gitu buat acara pembukaan penyambutan murid baru??? Nggak adil banget cih cih IHHH." ngomongnya sambil nyerocos cepet. Padahal Taufan cuman ngomong singkat, dibalas panjang lebar.

Tapi nggak apa-apa, bagus.

"Tapi parkiran masih rame," Taufan ngelirik beberapa kendaraan yang memenuhi parkiran sekolah.

"Mungkin punya guru kali, tapi ngapain juga? Rapat kah?" Blaze ikutan lihat parkiran. Mobilnya banyak banget, kan jadi mau juga. "Ya Allah, mau duit."

Taufan ngernyit, "Apaan dah tiba-tiba?" Dia geleng-geleng terus buka handphone. Tekan notifikasi yang sempat berbunyi tadi, berasal dari group chat.

=

MARCHING BAND 22/23

Bang Arsyad
Yang udah datang silahkan ambil alat, kita latihan cepat hari ini

=

"Ayok ke ruang musik, ambil alat." Taufan berdiri, ulurin tangannya ke Blaze yang masih berandai-andai jadi orang kaya.

"He? Oh oke oke."

-
-

"Kita latihan di lapangan belakang sekolah ya, guru-guru lagi pada meeting," perintah Arsyad, si ketua marching band.

Oh pantesan, Taufan ngebatin.

"Tapi bukannya sama aja ye Bang? Main alat kan bising nih?" Blaze protes. Kalau gini mah mending diliburkan aja nggak sih? Kalau pakai lapangan belakang sekolah serem. Banyak pohon yang melengkung. Angkernya luar biasa terasa.

"Pelatih yang nyuruh."

Blaze males banget. Dia bawa bass sambil ngomel pelan, padahal masih kedengaran.

"Udah lah Blaze. Kan buat kebaikan kita sendiri," itu Taufan. Dia megang alat brass yang terompet. Tangan sebelah ngerangkul pundak sahabatnya.

"ISH JANGAN PEGANG-PEGANG BERAT NIH."

"IYA IYA, ya Allah yaa maafff."

Cerita Biasa (✓)Where stories live. Discover now