drama tengah semester

162 20 5
                                    

"Jadi?"

Solar mengambil napas dalam-dalam berusaha untuk tidak meledak menjelaskan kegiatannya bulan depan, "Kalau misalnya beneran dikumpul minggu depan, minggu ini kita harus selesai buat adonan sabunnya." dia bolak balik halaman buku yang kusut, tertekan.

Lagipula kenapa tugas penilaian harus buat sabun sih, batin Solar. Nyusahin.

Blaze, Ais dan Duri saling pandang. Lalu kembali menaruh perhatian pada Solar yang terlihat menahan emosi. Sesekali Solar melihat layar handphone yang berkali-kali berkedip karena ada notifikasi chat.

Ais nyeletuk, "Dikumpul sebelum ambil rapot pertengahan semester berarti tiga minggu lagi kan? Kenapa buru-buru banget, Solar?"

"Aku juga mau ngaret sebenarnya, tapi— anjir, disuruh pulkam mingdep," balas Solar akhirnya membalas chat dari ibunya. "Jadi akhirnya aku cuman bisa ada waktu minggu ini, minggu depan aku di kampung ges. Minggu depannya udah pengambilan rapot pula, ya Allah."

Jempol Solar terlihat sangat terpaksa menekan setiap huruf pada keyboard, "Ini lagi dibahas sama emak. Kenapa harus mingdep sih nikahnya pas pts, nyusahin banget sial."

"Nikah?" Duri membeo.

"Tante nikah, sekeluarga ayahku diundang. Nah otomatis aku termasuk. Awalnya aku gamau ikut karena ini bulan pts, tapi nenekku maksa. Malesin."

Anggota kelompoknya mengangguk paham. Iya sih, siapa yang nggak kesel digituin.

"Kalau aku sih ngamuk," Blaze mencibir. "Enak kali maksa-maksa, kalau bisa gantiin nilai pts ya boleh-boleh aja, lah ini?"

"YA KAN. MALES BANGET YA ALLAH. KENAPA NGGAK DESEMBER AJA NIKAHNYAAAA KSHAHSKANSJ."

Solar akhirnya bener-bener meledak, buat satu kelas nengok dia.

"Aduh gimana ya lar," Blaze menepuk bahu Solar. Niatnya sih kasih semangat, tapi anaknya malah tambah lemes.

"Semangat Solar." Duri mencoba menghibur.

"Jangan lupa oleh-oleh habis pulkam." Itu Ais.

Solar langsung lempar kotak pensil ke Ais, "ENYAH SANA."

Cerita Biasa (✓)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt