udah besar

153 24 4
                                    

Halilintar melirik Duri yang sedang membaca buku untuk ujian akhir semester besok. Terlihat raut adeknya yang fokus sembari mencoret beberapa baris kalimat dengan stabilo juga pena.

"Biologi di hari pertama?" Halilintar sedikit terkejut dengan jadwalnya, tapi nggak heran juga. Soalnya dia besok ujian MTK minat. Sekolahnya emang gila.

Duri meringis. "Iya, yang ngatur jadwalnya kan si guru sok senior galak itu. Cih," omelnya. Kepalanya tenggelam dalam kedua tangan yang dilipat. Walaupun sudah baca kisi-kisi, dia masih aja belum bisa dapat gambaran pertanyaan seperti apa. Mana bentuk soal kayak AKM, stress betul.

"Kakak besok ujian emteka lanjut kan? Semangat."

"..ya, makasih. Kamu juga."

"Heemmm," balas Duri kemudian baring di karpet. "Kak?" panggilnya sambil mainin kain-kain yang mencuat dari karpet. Halilintar hanya berdehem tanda mendengarkan. "Bentar lagi kakak udah kuliah kan ya? Mau di mana?"

Oh iya,

kuliah.

"Di sini aja," bales Halilintar singkat. Dia kurang tertarik dengan bahasan semacam ini. Tangannya agak kasar membuka lembaran buku. Duri mengangkat alis.

"Kok gitu, enggak di Jawa aja?"

"Biaya."

Duri mengangguk. Diam-diam mikir kalau misalnya dia nanya Taufan, pasti jawabannya beda.

"Nanti kamu kangen sama akoeh, ihihiwhuw xixixi."

Duri merinding, geli banget. Astaghfirullah.. kakaknya yang satu itu kok agak lain ya?

"Kamu emangnya mau kuliah di luar?" Halilintar tiba-tiba bertanya. Duri menggeleng cepat. "ENGGAK AH, nggak mau jauh sama bunda."

Halilintar cuman diam. Kalau misalnya dia beneran kuliah di luar kota, ninggalin bunda dan saudara-saudaranya, rasanya gimana ya? Dia ngelirik Duri yang masih main-main sama karpet.

Yang dilirik enggak peka. Duri malah kedip-kedip nunjukin muka polos bingung. "Apa?"

Halilintar bangun dari lamunannya.

"Nggak ada."

Cerita Biasa (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang