pulang

208 25 3
                                    

Hari ini, Solar pulang. Libur semester udah tinggal seminggu. Itu waktu yang cukup buat siap-siap kembali masuk sekolah.

Dua minggu nginap di rumah sepupu bikin Solar bahagia. Isinya bercandaan juga main terus. Mereka berdua sama-sama anak tunggal, jadi kalau barengan gitu udah kayak saudara dan selalu nempel kemana-mana.

Walaupun sering jahil satu sama lain sih, tapi, ya, siapa sih yang nggak suka jahil sama saudaranya?

Itu yang bikin Solar pengen menetap di rumah sepupu. Nyaman. Lebih nyaman dari rumahnya sendiri, kadang bikin dia heran. Padahal keluarga dia harmonis aja tuh.

"Assalamualaikum," Solar ngucap salam setelah turun dari gocar. Nggak mau minta orang tuanya jemput karena takut repot. Tak lama kemudian pintu terbuka, ternyata bunda.

"Waalaikumsalam sayang. Gimana rasanya nginap di rumah Duri?" suaranya lembut banget. Cocok buat baca buku dongeng sebelum tidur. Tmi, dulu Solar suka dibacain dongeng sama bundanya.

"Seruu banget! Kami jadi sering main! Makasih bunda udah izinin Solar nginap!!"

Bundanya ketawa kecil, terus elus-elus kepala Solar yang masih ada topinya, "Udah mandi kan? Beresin barang kamu dulu di kamar ya. Terus makan, oke? Bunda buat makanan kesukaan Solar hari ini."

Solar ngangguk nurut terus ngacungin jempol kanan. Lalu masuk ke rumah dan langsung ke kamar. Pas sampai, ada yang aneh.

Kok rasanya ada yang kurang.

"Em, bunda? Lukisan sama cat air Solar dimana ya?" Kepalanya nyembul dari pintu kamar. Lihatin bunda yang lagi siapin makanan anaknya di meja makan.

Bunda diam sebentar, "Ah, itu udah bunda buang. Maaf ya Solar, bunda buang tanpa izin.. lukisannya nggak sengaja kena tumpah minuman pas mau lihat-lihat. Terus cat airnya kirain udah kosong." suaranya sendu, merasa bersalah.

Solar jadi nggak tega. Dia langsung hampiri bundanya terus ditenangin, "Nggak apa-apa bunda. Kan bunda nggak sengaja dan nggak tahu, tapi lain kali... tolong kasih tau Solar ya?" ucapnya berusaha mengerti.

Seingatku cat airnya masih sisa banyak. Apa jangan-jangan salah lihat ya? batin Solar.

Bundanya senyum. Terus tarik kursi dan suruh Solar duduk situ.

"Makan dulu ya? Kamu kelihatan laper."

"Ah, enggak, Solar bisa kok—"

"Pasti Solar capek, laper, makan dulu ya?"

Solar nggak bisa ngelawan. Bunda itu kelemahannya. Dia hela napas terus ngangguk. Nurut dan makan dengan anteng. Biarin bundanya masuk kamar. Katanya bunda aja yang sekalian beresin.

Di kamar, bunda lihat tiga kanvas kosong yang menumpuk di pojok kamar. Dia mendekat, terus pegang kanvas itu. Sebenarnya, dia mau kasih kanvas kosong itu ke teman yang anaknya beneran hobi melukis.

Karena,

"..Solar harus berhenti," gumamnya. "Supaya anakku bisa fokus, dia harus berhenti."

Bunda nggak mau Solar lanjut melukis. Takut anaknya terbuai sama hobi yang buat belajarnya jadi terganggu. Lagipula, Solar setuju sama usulnya kalau dia mau jadi dokter. Tidak ada hubungannya sama cat air dan kanvas.

Sama sekali tidak ada.

Apa harus berbohong lagi?

Lagipula, ini untuk masa depan Solar sendiri, kan?

Cerita Biasa (✓)Where stories live. Discover now