penakut

168 20 1
                                    

Gempa lagi tiduran di kasur. Capek, habis nugas. Ini udah jam enam yang artinya mau Maghrib. Tapi entah kenapa untuk kali ini Gempa merasa malas mengambil wudhu, astaghfirullah.

Tiba-tiba hapenya bunyi dari atas meja. Gempa ngelirik sedikit. Oh, ada yang nelpon?

Tangannya mengambil dengan malas, terus angkat sambil merem ngantuk.

"BANG, BOLEH NGGAK KE RUMAH ABANG?"

"Ngapainnn?"

"NGGAK BISA DIJELASIN SEKARANG BANG, SUMPAH URGENT BANGET. SUMPAH SUMPAH SUMPAH SUM—"

Gempa menghela napas. Ada masalah apalagi kali ini, dia udah lelah.

"Ya udah sini."

"ALHAMDULILLAH MAKASII BANG, MELUN—"

pip.

Gempa keburu matikan telponnya duluan. Berisik bener, mana udah adzan.

Tak lama kemudian ada yang ngucapin salam.

"ASSALAMUALAIKUMMMM, BANG, BLAZE MASUK AJA LANGSUNG YA?"

Gempa mengernyit, sumpah, dia cuman mau ketenangan. Sesusah itukah untuk didapatkan?

Terus pintu kamarnya kebuka. Siapa lagi selain si anak tengil itu yang bukain. Anehnya lagi, dia kesini sambil bawa handuk dan sikat gigi.

"..mau apa..?"

Blaze nyengir.

"Boleh mandi sini ndak?"

Gempa makin bingung, "Hah, kenapa lagi? Kamar mandimu ada perbaikan?"

Blaze menggeleng, "Enggak noh."

"Terusss???"

"Anu.. itu, ada lipan di kamar mandi rumahku, jadi.. boleh nggak mandi sini? Heheh.."

Gempa diem aja. Dalam hati dia bertanya-tanya: tolong sebutkan alasan supaya dia tidak memukul Blaze saat ini juga.

Cerita Biasa (✓)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu