warna

195 23 0
                                    

Duri tersenyum bangga melihat Ais melukis berbagai macam bunga warna-warni hasil kerja kerasnya. Mulutnya tak berhenti mengucapkan "woah keren!" atau "cantikkk" juga "aku suka banget ueue" dan "boleh nggak sih kupajang di rumah....." dengan matanya yang berbinar.

Ais yang mendengar semua itu dari Duri kelihatan malu-malu. Pipinya merah. Setiap pujian dilontarkan buat dia semakin nunduk pas ngelukis. Sampai harus ditegur jangan terlalu kebawah, nanti punggungnya sakit.

"..selesai.." Ais pindah atensi dari kanvas ke Duri yang masih antusias sama lukisannya. Dia tepuk tangan kecil sambil teriak seneng bilang makasih.

"ADUH BAGUS BANGET MASYA ALLAH," Duri megang pundak Ais yang masih malu nggak berani natap dia, "KERENN SUMPAH, MAKASIHH."

"Bunganya beneran mirip! Warnanya agak beda tapi emang kelihatan kayak ini lukisan 'kamu banget', ada kesannya sendiri gitu. Good job! Makasih udah nawarin mau gambar anak-anak aku!" Duri ngomong sambil megang kanvas. Bangga sama sahabatnya yang udah mulai berani lagi melukis.

Informasi tambahan: anak-anak yang Duri maksud itu bunga-bunga yang dia rawat.

Ini pertama kalinya Ais digituin. Dipuji-puji kalau lukisannya bagus (dengan berlebihan, tapi dalam hal baik). Buat kepercayaannya meningkat supaya bisa tetap lanjut sama sesuatu yang dia suka.

"Aku juga, makasih.." ucap Ais pelan, "selama ini, cuman kamu yang kayak gini ke aku. Bingung mau bales gimana... tapi aku suka. Gara-gara itu juga, aku jadi suka melukis lagi."

Duri senyum. Tatapannya lunak. Dia genggam kedua tangan Ais yang masih sedikit kotor karena cat air.

"Sama-sama, Ais juga harus bangga sama diri sendiri karena udah buat keputusan lanjutin apa yang kamu suka. Kali ini bukan karena terpaksa, tapi karena kamu ada alasan sendiri. Itu bagus banget, keren."

Ais balas juga dengan senyum kecil. Dia genggam balik tangan Duri dengan lembut. Dalam hati dia benar-benar bersyukur bisa berteman dengan orang sebaik Duri.






-
-

Halo
Singkat ya? Maaf :(

Psst, sebenarnya aku ada buat cerita khusus tersendiri buat ini. Udah dihapus sih.

Yap, bagian ini berhubungan dengan sebelumnya, 'pulang'.

Pokoknya ini ceritanya tentang Ais yang nggak pede sama kemampuannya dalam melukis karena alasan yang berhubungan sama sahabatnya, Solar, dan ayahnya yang berprofesi sebagai pelukis.

Akhirnya dia ketemu Duri sama Gempa, terus ......(bagian tidak dapat dilanjutkan).

Itu aja deh. Senin udah mulai sekolah, semangat :D

Cerita Biasa (✓)Where stories live. Discover now