0,2%

1.9K 200 14
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Rai sudah pasrah ketika Galen melecehkannya. Rai yakin dada dan lehernya pasti sudah penuh bercak tanda dari Galen.

Sejak tadi Rai menangis dalam diamnya. Galen sadar akan hal itu tapi ia abai. Ia membawa Rai dalam ciuman yang memabukkan. Benar-benar candu sampai Rai sedikit terbawa suasana.

"G-galen,"

"Shut up, Rai."

Galen menggeram pelan saat berusaha masuk ke dalam milik Rai yang masih sempit total. Rai bahkan berusaha menahan pekikan kesakitan dan tak segan-segan meremat atau sesekali mencakar punggung dan bahu Galen.

Lalu, Galen berhasil memasuki milik Rai sepenuhnya.

Rai menangis. Dirinya benar-benar kotor.

Malam itu dihabiskan Galen untuk terus melecehkan Rai.

***

Rai terbangun. Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul dua malam. Rai kembali menangis. Melirik kearah Galen yang tampak tertidur dengan tenang.

Dengan perlahan, Rai beranjak dari kasur. Sesekali meringis karena merasa sakit. Ia berjalan untuk membersihkan diri ke kaamar mandi. Setelah selesai, memungut bajunya dan memakainya dengan perlahan juga.

Sampai Galen terbangun dan menatap Rai yang tengah merapikan diri.

"Rai?" panggilnya.

Rai menoleh. Menatap Galen dengan tatapan putus asa. Lalu memungut kunci kamar yang tak sengaja tercecer di lantai. Mengabaikan panggilan dari Galen dan segera beranjak keluar dari sana.

Suasana club masih cukup ramai. Justru semakin ramai. Tentu saja.

Rai berjalan menuju meja bartender untuk mengambil ponselnya dan berganti baju. Tapi ia tidak menemukan atensi Juli. Rai menghela nafas lega. Dia tidak mau di tanya-tanya dulu oleh Juli dengan keadaan yang berantakan dan mata sembab.

Bersyukur Rai pakai hoodie yang setidaknya area leher dan dadanya tak begitu terkespos dan bercak itu tidak terlihat.

Sebelum pulang, Rai mengirim pesan lebih dulu pada Lisa. Izin pulang dengan dalih sakitnya kambuh yang tentu saja langsung disetujui oleh Lisa. Rai berpamitan pada teman-temannya yang lain yang tampak cemas juga melihat wajah pucat Rai.

Di pintu keluar, Rai berpapasan dengan Galih dan Haidar yang menatapnya penuh keterkejutan. Jelas saja, bagaimana sosok Rai yang dikenal lugu, sopan, dan kesayangan para dosen bisa berada di sebuah club dengan keadaan berantakan dan wajah pucat.

Sekilas Rai melihat Galih yang tersenyum kearahnya sebelum ditarik paksa oleh Haidar.

Di jalan, Rai menangis lagi. Ia benar-benar berjalan dari club ke rumahnya. Hingga setengah jam kemudian dia baru sampai rumah. Yang biasanya bisa dia tempuh 20 menit menjadi lebih lama karena Rai berjalan dengan pelan.

☽︎❥︎ it's fate [slow]Where stories live. Discover now