0,4%

1.4K 198 19
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari ini adalah hari paling langka yang pernah ada. Kenapa? Karena secara bersamaan Rai, Wilona, dan Biru sama sekali tak ada kelas kuliah.

Jadi mereka disini menemani Rai bekerja di caffe. Sedari tadi Biru dan Wilona memperhatikan bagaimana lincahnya Rai bekerja meracik minuman dan mengantarkan pesanan. Mereka berdua selayaknya seorang ibu yang bangga bisa melihat anaknya sudah pandai berjalan.

Suasana caffe cukup ramai. Kebetulan jam-jam seperti ini memang yang paling tepat untuk menongkrong di caffe. Apalagi caffe milik kak Jasir ini tergolong caffe mewah dan aestethic.

"Kenapa ya gue kok gak suka sama Rai aja?" celetuk Wilona tiba-tiba yang membuat Biru tersedak capuccino.

"Maksud apa ya njing?"

Wilona terkikik. "Ya gitu" sahutnya, pongah.

"Terus yang ngebuntingin nanti siapa?" sungut Biru, julid.

"Kak Jasir" sahut Wilona blak-blakan yang buat Biru refleks memukul kepala cewek itu lumayan kencang. Sangking kencangnya, kepala Wilona sampai hampir terdampar diatas meja.

"Tai lo kasar amat dah"

"Abisnya lo ngawur"

"Emang kenapa sih? Lagian kak Jasir jomblo"

"Bocah gendeng" Biru pasrah dan memilih mengabaikan Wilona yang semakin gila terang-terangan memuji Jasir di depan dirinya, sepupu Jasir sendiri.

Sampai akhirnya Biru dibuat terkejut disusul oleh Wilona yang sama terkejutnya ketika melihat Rai yang terduduk dengan wajah pucat kentara menahan sakit.

"Rai lo kenapa?" Wilona dan Biru segera berlari mendekat kearah Rai yang kini sudah berdiri.

"Perut ku tiba-tiba kram. Sakit banget" ujar Rai pelan.

"Ke rumah sakit yuk? Takutnya maag lo kambuh." Ajak Wilona.

"Lo sih sok-sokan diet gak makan nasi emang bajigur banget." Omel Biru seraya berjalan menuju ruangan Jasir untuk meminta izin.

Rai berjalan menuju mobil bersama Wilona. Cewek itu merangkul lengan Rai dengan manja. Padahal harusnya ia merangkul atau tidak memapah Rai yang sedang sakit.

Tapi justru kata Wilona, "disini rame, Rai. Pada bawa pasangan. Gue gak mau dicibir jomblo" dan berakhir Rai cuma bisa menghela nafas pasrah. Sampai akhirnya mereka menunggu Biru di dalam mobil.

Sekitar tiga menit kemudian Biru datang terpogoh-pogoh dengan nafas yang tak beraturan. Dia langsung ambil posisi menyetir mobil. Soalnya, Biru ini supir handal. Cepat tapi tidak bikin mabuk kalau kata Rai.

Sepanjang jalan mereka tak mengobrol sama sekali. Cuma terdengar suara ringisan Rai yang tak lepas memegang perutnya yang terasa semakin sakit.

10 menit kemudian mereka sampai di rumah sakit. Biru dan Wilona memapah Rai hati-hati menuju ruang periksa setelah merujuk dan diantarkan oleh salah satu perawat disana. Tak lama seorang dokter datang untuk memeriksa Rai. Dari raut wajah sang dokter, Biru dan Wilona dibuat gugup bukan main. Apalagi setelah sang dokter beberapa kali tampak bolak-balik mengecek perut Rai. Mereka takutnya maag Rai sudah kronis atau kemungkinan terburuk, Rai usus buntu dan harus operasi.

☽︎❥︎ it's fate [slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang