0,9%

668 93 25
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Rai tampak kesusahan membawa kantung belanjaan miliknya. Ia mendengus beberapa kali, belum lagi ditambah perutnya yang sesekali terasa nyeri itu membuatnya benar-benar payah.

Setelah memastikan genggaman kantung plastik nyaman, ia kemudian berjalan. Menatap lalu lalang yang lumayan ramai mengingat ini hari weekend.

Niatnya ingin mencari taksi ia urungkan begitu ingat atas saran dokter untuk rajin melakukan olahraga agar perutnya tidak kaku dan kram. Si manis menghela napas. Tidak menyangka kalau hamil bisa serepot ini. Dan sialnya, matanya yang memang jelalatan ini justru terpaku pada penjual telur gulung yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Perutnya yang sedikit buncit itu ia elus dengan susah payah. Ia mengidam lagi.

"Bang sepuluh tusuk ya?"

"Siap manis!"

Rai menunggu dengan sabar di menit pertama tapi kemudian ia mulai merasa lelah padahal baru berdiri sebentar. Keringatnya mengucur karena cuaca memang sedang panas walaupun tidak begitu terik.

"Bang ada kursi gak?"

Rai menoleh dan menemukan atensi Galen yang kini menyodorkan kursi plastik kearahnya.

"Duduk." ujar pemuda itu memerintah dan Rai menurut.

"Berapa bang?"

"Sepuluh ribu aja dek"

"Gak usah, Galen. Biar aku bayar sendiri" ujar Rai seraya menahan tangan Galen yang hendak menyodorkan uang pada si penjual. Galen tak memaksa karena takut Rai risih. Uang sepuluh ribu Rai berikan. "Makasih Bang" ucapnya dengan riang.

"Sini gue bantu" Galen mengambil belanjaan milik Rai dengan agak dipaksa. Membawa semua barang belanjaan Rai dan meletakkannya di kursi tengah mobil.

"Galen aku biar pulang sendiri aja"

"Panas Rai, gue gak mau kalian kenapa kenapa"

Mendengar itu Rai menghela napas. Sejujurnya dia juga tak masalah pulang dengan Galen tapi ia agak takut dan, harus jual mahal sedikit.

"Aku bisa telpon Wilona" kata Rai, masih mencoba menolak.

"Nurut aja bisa gak sih? Gue gak bakal nyakitin"

"Kamu pikir aku bakal percaya?" jawaban dari Rai sukses membuat Galen terdiam.

"Udah sini aku pulang sendiri aja" kekeuh Rai seraya mencoba mengambil lagi barang-barangnya.

Galen tentu saja mencegah. Ia memicing menatap Rai dengan tajam. Menggenggam tangan Rai dan satunya memeluk pinggang ramping itu dengan erat. "Ikut atau gue cium disini" ancam Galen tak main-main. Rai meneguk ludahnya susah payah. "Oke!" sahutnya mengalah. Mendengar itu tentu saja Galen tersenyum puas.

☽︎❥︎ it's fate [slow]Where stories live. Discover now