0,8%

1.5K 180 40
                                    

***

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

***

Galen mengusap pelan pipinya yang baru saja terkena tamparan kuat dari sang mama. Tapi Galen yakin, tamparan ini pun tak akan sebanding dengan rasa kecewa yang Mama rasakan ketika anak yang dia banggakan justru melakukan hal keji kepada orang lain. Membully, lalu menghamili.

"MAMA GAK PERNAH DIDIK KAMU SEPERTI BAJINGAN GALEN!" bentak Syanum disertai air mata yang tak berhenti keluar. Di undakan tangga, Yuda menatap sang kakak dengan pandangan miris. Antara kasihan namun ia juga ikut  merasa puas.

"Maaf, Ma."

"Bawa anak itu, Galen. Tanggung jawab!" setelah itu Syanum pergi menuju kamar untuk menenangkan diri. Sedangkan sang Papa, tetap duduk santai dan bersedekap dada menatap putra sulungnya dengan datar. Ia sudah cukup puas memberi satu bogeman mentah sebelum istrinya karena melihat beberapa memar diwajah Galen yang mana itu adalah ulah Galih.

"Kamu tau mama gak akan maafin kamu semudah itu kak. Dia kecewa berat. Dia udah ngebayangin kamu hidup sukses dengan pilihan kamu, tapi justru kamu hancurin itu dalam sekejab. Kamu juga gak mikir? Gimana perasaan korban dan orang tua korban? Kamu enak, sewaktu-waktu bisa kabur. Si korban gimana? Dia nanggung semuanya sendiri. Dari rasa malu, takut, omongan orang sampe kemarahan orang tuanya. Kamu gak bisa mikir ya? Kamu pinter kan?"

"Maaf, Pa. Besok Galen bakal bawa Rai ke rumah dan bakal tanggung jawab."

"Sekarang!"

Setelah itu Raja pun turut pergi dari ruang tengah menuju kamar.

Sepeninggal kedua orang tuanya, Galen meringis. Wajahnya terasa ngilu belum lagi tatapan meremehkan dari Yuda yang membuatnya menghela nafas panjang sebelum akhirnya beranjak keluar rumah guna menemui Raishaka.

"Sialan!" Ia mengumpat pelan.

***

Rai menatap terkejut kearah Galen yang tau-tau sudah berdiri di depan rumahnya dengan wajah babak belur. Ia sedikit meringis turut merasa ngilu tapi menunda niatnya untuk membantu.

Beberapa menit mereka dilanda sunyi hingga Rai merasa jengkel sendiri.

"Kenapa?" Tanyanya dengan nada bicara datar.

"Ikut gue."

"Kemana?"

"Nikah."

Mendengar itu sontak kedua bola mata Rai membulat, terkejut. Ia tak habis pikir dengan Galen. Dia pikir kata barusan itu bisa untuk main-main? Apa lagi dengan kondisi Rai sedang mengandung anaknya—anak? Tunggu, Rai baru sadar satu hal. Dari mana Galen bisa tau dia hamil anaknya?

"Kamu..?"

"Iya gue udah tau, Rai. Gue tau dari Galih. Maaf baru berani dateng sekarang. Udah berapa bulan Rai?"

Sebelumnya Rai tak pernah mendengar seorang Galen berbicara panjang seperti padanya dengan suara selembut ini. Sebelumnya Rai tak pernah melihat ekspresi sendu di wajah seorang Galen. Dan Sebelumnya Rai tak pernah melihat tatapan tulus yang Galen tujukkan padanya. Galen yang dia kenal itu selalu bersikap sombong dan kasar.

"Dua bulan. Dia baru dua bulan." sahut Rai dengan badan yang bergetar.

Dengan tersenyum lembut, Galen menyalurkan tangan kanannya kearah Rai. "ayo Rai, ikut gue. Gue bakal tanggung jawab."

Rai menatap uluran tangan itu. Dia menggeleng membuat Galen melunturkan senyumnya.
Rai terbayang bagaimana telapak tangan Galen pernah menamparnya dengan kuat hingga pipinya memerah. Bagaimana tangan itu memukul perut dan dadanya hingga ia kesulitan bernapas.

"Ayo Rai. Gue gak bakal nyakitin lo lagi."

Semua bayangan jahat itu membuat Rai merasa sesak. Dia menatap Galen dengan tatapan rapuh penuh luka seakan menunjukkan bahwa tak semudah itu untuk membenari apa yang sudah Galen rusak pada dirinya.

Ini bukan hanya tentang tanggung jawab. Tapi ini tentang trauma masalalu yang Galen pernah lakukan pada Rai. Rai bisa saja memaafkan tapi semua butuh waktu. Rai bukan menolak pertanggung jawaban dari Galen, hanya saja dia ingin Galen lebih berusaha agar yang merasakan susah bukan hanya dirinya.

"Maaf Galen."

Rai menutup pintu rumahnya dengan cepat dan langsung menguncinya. Membiarkan Galen diluar sana terus memanggil namanya penuh permohonan.
Tangannya bergerak diatas perutnya yang masih rata. Mengucapkan kata maaf berulang kali pada Galen dan bayinya.

***

"Makan. Lo mau anak lo sakit?" Wilona berbisik pelan di samping telinga Rai yang sedari tadi hanya menatap nasi uduknya tanpa minat.

"Buset Rai effort gue ngantri nih nasi demi lo yang kemaren katanya pengen makan nasi uduk mang jamal." celoteh Wilona yang merasa usahanya sia-sia.

Cowok manis itu menatap Wilona dengan wajah cemberut. Sejujurnya dia lagi tidak mood makan alias dia sebenarnya lagi menginginkan bakso pedas yang dimakan Biru tapi dia takut terkena semprotan nyelekit dari kedua sahabatnya itu.

Jadi, mau tak mau dengan perlahan Rai memakan nasi uduknya.

"Makwasih ilwo" ucap Rai di sela-sela mengunyah.

"Galen atau Galih gak nemuin lo Rai?" Tanya Biru

Rai terdiam. Sisa kunyahan terakhir ia telan dengan susah payah. "Dateng."

"Terus gimana?"

Rai menatap kedua sahabatnya secara bergantian lalu menghela nafasnya dengan berat. "Galen mau tanggung jawab." Lirihnya. "Tapi aku belum siap. Aku mau liat usaha Galen seberapa kuat untuk tanggung jawab. Soalnya aku takut ini semua cuma settingan dia aja."

Mendengar itu, Wilona dan Biru sontak saling bertatapan lalu tersenyum. Wilona mengelus punggung Rai dengan lembut. "gak pa-pa. Keputusan lo itu udah termasuk bener kok. Intinya kalo ada apa-apa jangan sampe gak cerita ke kita, Rai. Lo gak sendirian."

"Gue juga sebenernya gak akan biarin Galen semudah itu buat selesain masalah. Dia pikir kalo dia mau tanggung jawab lo mau dikasih makan apa? Anak lo juga makannya apa? Jangan dipikir dia anak orang kaya bisa semena mena." tutur Biru yang seketika membuat Rai terkekeh.

"Iya Biru.."


***

HEYOOOOOO KALIAN APA KABAR TEMAN TEMAN KUUU???

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

HEYOOOOOO KALIAN APA KABAR TEMAN TEMAN KUUU???

SEHAT KAN?
Keep praying for Palestine 🙏

*Anyway, aku kesel sama staff wakeone. My baby strawberry ricky kok tega di bentak-bentak gitu:(

☽︎❥︎ it's fate [slow]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz