0,3%

1.6K 185 21
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Pagi hari sekali. Saat jam baru menunjukkan pukul enam pagi, Biru dan Wilona sudah berada di depan rumah minimalis milik Rai yang terkunci. Dua sekawan itu panik sejak semalam karena ponsel Rai yang tidak aktif. Terutama Biru yang niatnya mau memarahi Rai habis-habisan justru menjadi urung.

"RAI!" pekik Biru memanggil. Tapi tak ada sahutan atau tanda-tanda Rai membuka pintu yang semakin membuat mereka berdua panik.

"Rai! Raishaka! Buka pintunya Rai!"

Biru nyaris mendobrak pintu itu kalau saja pintu rumah Rai yang tiba-tiba dibuka pelan oleh sang empu. Menampilkan keadaan Rai yang sangat jauh dari kata baik-baik saja.

Rai tersenyum. Sejak semalam ini memilih ini. Sama sekali tak tidur karena menyiapkan diri untuk jujur pada kedua sahabatnya; Wilona dan Biru.
Rai mempersilahkan keduanya untuk masuk kedalam. Dan Biru langsung memeluk Rai dengan kuat.

"Lo okay?" tanya Wilona khawatir

Biru melepaskan pelukannya. "Mana yang sakit? Pusing?" bertanya dengan tangan yang langsung memegang kening Rai.

Rai menggeleng. "Aku gak pa-pa. Mau cerita, tapi tolong kalian jangan potong dulu. Kalo habis ini kalian mau jauhin aku, gak pa-pa."

Wilona dan Biru saling tatap kebingungan sebelum akhirnya mengangguk membiarkan Rai bercerita.

Lalu, Rai benar-benar menceritakan kejadian semalam dengan detail tanpa menambah atau mengurangi meskipun saat bercerita pun ia berusaha menahan tangisnya.

Mendengar itu, Biru dan Wilona lantas menangis dan langsung memeluk Rai bersamaan.

"Lo mau Galen gue apain, Rai?" tanya Biru pelan dari matanya terpancar emosi yang tertahan. Rai tau bahwa Biru mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

"Jangan. Tolong biarin Galen sadar sama kesalahan dia sendiri. Lagi pula, ini juga salah aku."

Namun karena ini Biru dan Wilona, keduanya sama sekali tak mendengarkan perkataan Galen. Karena besoknya, mereka membayar orang untuk membuat Galen babar belur bahkan sampai masuk rumah sakit selama tiga hari dengan keadaan yang memprihatinkan.

***


Rai tetap kuliah seperti biasa. Tapi berusaha menjauhi Galen. Hal itu berjalan selama hampir sebulan. Lagi pula, Galen sebenarnya tak gencar sama sekali mencari Rai. Dia masih belum sanggup dan sekaligus malu pada Rai.

Disisi lain, Galih kerap menghampiri Rai dan sesekali membawakan cowok itu makanan karena Galih tau kalau Rai sedang menjauhi Galen.

Rai juga sudah berhenti bekerja di club. Ia pindah ke tempat caffe milik sepupu Biru.

Seperti sekarang ini. Rai menyeka peluh di keningnya. Akhir-akhir ini, Rai memang lebih sering merasakan kepanasan dan mudah Haus.

"Capek banget tah?" tanya Biru seraya menyodorkan sekotak tisue kecil pada Rai.

☽︎❥︎ it's fate [slow]Where stories live. Discover now