4.

2.4K 21 0
                                    

Pulang dari Sbuck, tubuh Enbi langsung lemas. "Kenapa wajah lo Bi? Ngeri amat?" sapa Lilo.

"Pusing Mbak," jawabnya sambil menampakkan wajah melas, berharap dikasihani Lilo dan mendapat makanan gratis.

"Yodah mandi dulu sana entar makan bareng, gue masak seafood."

Pucuk dicinta ulampun tiba.

"Wah makasih Mbak Liloku sayang," pekik Enbi sambil melayangkan flying kiss ke Lilo.

"Ih jijik lo. Udah sana mandi!" usir Lilo, namun Enbi masih menampakkan wajah senangnya ke Lilo.

Dengan cepat, Enbi membuka pintu kamar kostnya dan menguncinya. Ia melempar tas dan jaketnya asal lalu berjalan cepat menuju kamar mandi. Hanya lima menit dengan mandi bebeknya, Enbi selesai mandi. Buru-buru dia berpakaian lalu membuka pintu.

Di kamar sebelah, dia sudah disambut Lilo yang menyiapkan makanan untuknya. Dengan senyum merekah, Enbi berjalan senang masuk ke kamar Lilo.

"Duduk!" perintah Lilo.

Keduanya duduk dikarpet bulu dikamar Lilo sambil menonton TV. Karena kamar Lilo ini memang nyaman sekali dibanding kamar Enbi yang kismin itu. Di kamar Lilo, sudah ada AC dan TV. Sedangkan Enbi berbanding terbalik, hanya kipas angin kecil yang tidak bisa mengusir kegerahannya. Terkadang kalau terlalu gerah Enbi sering mengungsi dikamar Lilo.

"Jadi gimana kerjaan pertama lo bareng mantan?" tanya Lilo.

Enbi mendesah panjang. Ingatan hari ini begitu memuakkan. Sudah pusing ketemu mantan eh tiba-tiba ketemu cinta pertama yang ternyata kelakuanya nggak semulus wajahnya.

"Hidup lagi kampret-kampretnya eh ketemu mantan sama cinta pertama yang nggak terbalas!"

"Pfft.. Hahahaha! Serius lo Bi?" tawa Lilo langsung pecah mendengar ucapan Enbi.

"Satu juta rius Mbak. Mana gue jadi editornya lagi!" curhatnya.

"Lo pernah punya cinta tak terbalas juga ternyata. Gue kira Rafdi itu cinta pertama Elo!" ucap Lilo.

Sejak pertama kenal Lilo sampai sekarang, Enbi memang tidak pernah membahas perihal Elmo. Ya menurut Enbi ngapain juga dibalas, toh hanya cinta sepihak. Lagipula, malah malu-maluin kalau ngebahas cintanya kepada Elmo dulu. Tololnya kebangetan.

"Ih apaan sih jadi bahas Rafdi!" keluh Enbi.

Meskipun Elmo menyebalkan tapi Rafdi jauh lebih menyebalkan. Enbi jadi berpikir kalau memberi Elmo itu termasuk kerjaan Rafdi.

"Gue curiga Mbak!" cicitnya sambil menyendokkan makanan ke mulut.

"Curiga kenapa?" tanya Lilo.

"Jangan-jangan si mantan kampret itu ngerjain gue Mbak"

"Hah, ngerjain gimana emang?"

"Dia sengaja ngasih gue penulis yang ngeselin biar hidup gue susah," jelas Enbi.

Dariawal masuk ke perusahaan itu dan bertemu dengan Rafdi. Sejak saat itu, Enbi tahu hidupnya tak akan damai. Apalagi mendengar ucapan Rafdi tempo hari lalu yang menyebalkan. Pantas saja tadi setelah cerita ke Nadira dan Kelvin mereka langsung menepuk bahu Enbi.

"Rafdi sialan! Awas aja gue bakal bales lo!" pekik Enbi yang membuat Lilo tertawa.

"Emang lo mau bales gimana anjir? Secara otak dan duit aja masih unggul di dia" ceplos Lilo.

"Oh iya sih" tubuh Enbi langsung merosot disamping ranjang Lilo. Menyebalkan sekali hidup sebagai orang miskin, tidak salahpun harus diinjak-injak tanpa bisa melawan karena tak punya kekuatan.

"Gue doain kualat itu si Rafdi!"

"Hah kualat gimana? Bukannya elo yang ngeselin sampe diputusin!" sindir Lilo.

"Ih gue tuh nggak ngeselin Mbak! Emang dia aja tuh yang nggak mau ngertiin cewek. Maunya dingertiin terus!"

●●●

Pagiku cerahku. Ah tidak. Lebih tepatnya. Pagiku semrawut. Begitulah yang dirasakan oleh Enbi hari ini. Baru saja sampai di kantor, setelah melakukan brifing pagi sebentar, Enbi langsung dipanggil ke kantor Rafdi.

"Selamat Pagi Pak!"

"Pak, gundulmu! Udah saya bilang panggil saya Bang!" protes Rafdi, Enbi sekarang sudah duduk di kursi depan meja Rafdi.

"Jangan Pak, kalau Bang nanti malah jadi Abang tukang Bakso."

"Eh siapa yang suruh ngejawab?"

"Baik saya diam Pak!"

"Panggil Bang!"

Ih najis banget nih orang. Batin Enbi.

"Iya Bang," dalam hatinya Enbi ingin muntah. Sementara Rafdi menarik sudut bibirnya. Melihat Enbi menunduk dan takut karenanya itu sebuah kepuasan untuknya.

"Gue didepan lo! Bukan dibawah!" sindir Rafdi, Enbi mengangkat kepalanya. Melihat Rafdi dipagi hari bukan hal bagus, Enbi yakin pasti hari ini moodnya rusak parah.

"Lo itu ya! Baru aja kerja sehari udah bikin masalah!"

Degg

Perasaan gue nggak bikin masalah apa-apa deh. batinnya.

"S-saya bikin masalah apa P-eh Bang?" gugupnya.

"Jangan kek orang gagu kalau ngomong!"

Ya ampun pen gue lempar sendal itu mulut!

"Terserah lo Bang." cicitnya.

Enbi sudah mulai kesal dengan sikap Rafdi yang menyebalkan dipagi hari yany suram ini.

Sementarw Rafdi, lelaki itu terlihat menahan senyumnya melihat wajah kesal Enbi. Setidaknya, Rafdi bisa membalas dendamnya kepada Enbi. Meskipun sebenarnya itu tidak etis dan profesional sih. Tapi bagi Rafdi tidak apalah, kan berenang sambil minum air

"Apa yang lo lakuin ke penulis ikan hiu makan tomat sampai dia protes ke gue? Lo nggak ngegoda dia kan?"

Ya ampun ini orangnya mulutnya minta di solatip emang.

Sabar Enbi Sabar Enbi. Jadi pengangguran itu lebih nggak enak.

Nggak punya uang itu nggak enak.

Enbi mencoba meyakinkan dirinya untuk bersabar. Dia akan bertekad mempertahankan pekerjaan ini. Karena pekerjaan ini satu-satunya harapapannya. Ksrena sekarang cari kerjspun susah tanpa ada orang dalam dan uang.

"Maaf Bang. Elmo, eh maksudnya ikan hiu makan tomat mintanya editor senior."

"Lo tahu dia Elmo darimana?" tanya Rafdi penuh selidik. Karena menurut Rafdi, penulis itu tak sembarangan membocorkan nama aslinya.

Sementara Enbi, gadis itu terdiam. Memang kenapa kalau dia menyebut nama Elmo? Ada yang salah ya? Kan memang namanya Elmo.

"Dulu saya satu sekolah sama Elmo, Bang," jawabnya jujur lagipula untuk apa dia berbohong.

"Yakin cuma satu sekolah?" tanya Rafdi memicingkan matanya.

Lah terus maunya gimana? Gue dulu istri Elmo gitu?

"Iya Bang."

"Atau dia korban lo juga?"

Ya ampun nih orang minta disleding ke neraka emang.

"Duh Bang. Kemarin siapa ya yang bilang intinya jangan bahas masa lalu. Kok situ masih aja ngungkit masa lalu?" sindir Enbi sudah tak tahan.

"Elo berani nyindir gue?" tuduh Rafdi kesal.

"Bukan Bang tadi ngomong sama nyamuk ditangan."

"Lo pikir gue bodoh?!"

Lo emang encer otaknya tapi bodoh soal sikap!

"Intinya apa Bang dari panggilan ini? Katanya kemarin kan saya harus jauh-jauh dari Anda?!" sindir Enbi.

Rafdi mengepalkan kedua tangannya. Berhadapan dengan gadis didepanya ini sungguh membuatnya emosi.

"Karena lo terus ngebantah hari ini, hari ini draft lo harus selesai dan lo kasih gue!"

Ya setan emang ni orang!

Enbi Solo (21+)Where stories live. Discover now